34. Perjalanan Hyereen

6 2 0
                                    

Rombongan Hyereen bergerak hati-hati menuju selatan. Mereka melewati jalan-jalan yang memastikan tubuh mereka ternaung pohon-pohon agar para burung pengintai tidak melihat mereka. Cherry terus melaju tanpa kenal lelah dengan Hyereen dipunggungnya. Kadang-kadang Katz atau Sapphire ikut membonceng dibelakang Hyereen. Mereka beristirahat sedikit sekali dan berusaha secepatnya sampai ke area tanah terbuka di selatan.

Hari kedua mereka sudah menyeberangi sungai Kalyan yang lebar namun cetek, mereka menyebrang dengan cepat-cepat dan buru-buru. Setelah ini kawasan hutan dan area yang dipenuhi pohon-pohon akan berakhir, mereka harus melintasi area terbuka untuk menuju Pegunungan Tanah Merah.

Matahari belum terbit saat mereka berhenti dibawah sebuah pohon besar tua. Area lapang terbuka terbentang luas di depan sana. Mereka beristirahat dan menunggu saat yang tepat untuk melewatinya.

"Moren dan Coral akan melintas kira-kira tengah hari, tapi sebaiknya aku mengawasi langitnya sejak sekarang. Lylo akan memeriksa keadaan sekitar sini."
Sapphire meninggalkan mereka, terbang mencari pohon yang cukup tinggi. Dia melihat beberapa pohon menjulang di selatan. Sapphire duduk di salah satu puncaknya dan mengawasi langit di atas kawasan terbuka.

Titik-titik kecil berkeriapan di kejauhan diatas kawasan terbuka. Burung-burung itu terbang bergerombol di langit, berputar-putar dalam formasinya. Kebanyakan burung-burung hitam, burung pemakan bangkai dan beberapa elang. Mereka semua bisa dipastikan adalah peliharaan para Roh Gelap.

Tanah dikawasan terbuka adalah tanah yang keras dan berbatu-batu sehingga yang bisa tumbuh diatasnya adalah semak-semak rendah, itupun sangat jarang. Tempat itu kering dan tandus.

Sapphire menunggu dengan sabar diatas batang pohonnya.

Lylo meninggalkan Katz dan Hyereen begitu saja. Sudah menjadi kebiasaan jika roh tidak pernah pamit seandainya harus pergi, jadi Hyereen dan Katz tidak pernah bertanya-tanya mengenai dirinya ketika tiba-tiba saja Lylo tidak ada. Sapphire sudah bilang Lylo akan mengawasi keadaan sekitar.

Hyereen berjalan mondar-mandir didepan Katz.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Katz memperhatikan.

"Melemaskan kaki, aku kan terus-terusan duduk di punggung Cherry." Dia berjalan menjauh.

Cherry menggeletak di dekat sana, tidur pulas setelah menelan dua ekor kelinci dan seekor tupai.

"Katz," Hyereen berjalan mendekat.

"Hmm."

"Mengenai celah di Pegunungan Tanah Merah, kau yakin kita akan lewat sana?" Hyereen duduk di samping Katz.

Katz mengangguk yakin.
"Pilihannya antara lewat atas pegunungan atau lewat celahnya. Pegunungan itu tandus, kalau lewat atasnya kita akan terlihat jelas oleh para pengintai Roh Gelap. Mau tidak mau kita harus lewat celahnya, lagipula waktunya akan lebih singkat kalau kita lewat celah."

"Bukankah celah itu tidak aman? Kudengar ada semacam binatang buas tinggal disana."

"Hei," Katz mengendik pada Hyereen.
"Setahuku, manusia tidak suka jalan-jalan, bagaimana kau tahu itu?"

Hyereen meluruskan kakinya.
"Dulu sekali, nenek moyang kami, orang Odorin; begitu kami disebut saat masih tinggal di benua Utama_ mulai bermigrasi menyeberangi kedaratan ini melalui sebuah jalan darat kecil yang menghubungkan benua Utama dan pulau New Hope, kami menyebut daratan ini demikian. Mereka tinggal di pesisir sampai suatu hari muncul gempa besar yang membuat gelombang ganas menyapu pemukiman mereka. Gempa itu pula yang kemudian menghilangakan jalan darat yang menghubungkan Benua Utama dan New Hope selamanya.

"Sejak itu para nenek moyang yang selamat dari gempa meninggalkan daerah pesisir dan berjalan ke utara mencari tempat untuk menetap. Perjalanan itu membuat mereka harus melalui Pegunungan Tanah Merah. Orang-orang dulu melihat celahnya disana dan mengirim beberapa orang memeriksanya. Sebagian kembali keluar dengan luka-luka dan menceritakan mengenai hewan buas yang tinggal di sana. Kami menyebut hewan-hewan itu monster, dari sanalah kira-kira istilah itu dipakai untuk menyebut binatang-binatang buas yang belum pernah kami kenal. Nenek moyang kami akhirnya menyeberangi pegunungan itu dengan mendakinya. Lalu mereka menemukan lembah yang indah itu, mereka tinggal disana dan menamai tempat itu Galgalore.

"Itu cerita yang sudah lama sekali, tapi ada keyakinan dari kami bahwa monster itu masih ada, Katz. Orang-orang Galgalore berpikir monster-monster seperti itu pasti banyak sekali di luar lembah mereka, karena itu mereka enggan bepergian."

Katz mendengarkan dengan penuh perhatian. Jadi begitukah sebabnya para manusia betah dirumah mereka?

"Mereka memang masih ada," kata Katz menanggapinya.
"Para monster di celah, kami menyebutnya Bugbeer, binatang tingkat rendah, para peri tidak bisa berkomunikasi dengan mereka. Mereka memang ganas dan gigitan mereka beracun. Tapi terakhir kutahu jumlah mereka sudah sangat sedikit sekarang ini. Kurasa, aku dan Sapphire akan dengan mudah mengatasi mereka. Kau tidak usah khawatir."
Katz tersenyum menenangkan Hyereen. Taringnya menyembul diantara senyumnya.

Hyereen tersipu. "Kau manis sekali saat tersenyum," katanya.

"Benarkah?" Katz jadi salah tingkah.
"Kakakmu bilang senyumku menyeramkan. Dia bahkan menyarankan supaya aku tidak usah tersenyum sama sekali pada orang Galgalore, atau mereka bukannya mau bicara denganku tapi malah lari."

Hyereen tertawa. "Benarkah Moren bilang begitu?"

Katz mengangguk yakin.
"Iya. Kakakmu itu, ngomong-ngomong kadang bicaranya suka kurang ajar."

Hyereen tergelak. "Dia hanya tidak suka basa-basi."

"Yah...aku rasa meskipun begitu Moren benar. Ada baiknya aku tutup mulut rapat untuk sementara jika nanti tiba di Galgalore. Apalagi nanti kalau bertemu dengan ayahmu, aku tidak mau kesan pertamanya padaku buruk."
Katz menghela nafas dan tersenyum lagi pada Hyereen.

Hyereen mengerjap dengan kikuk, jantungnya berdebar takkaruan karena senyum Katz. Sementara setelahnya ia merasa kecewa dan kemudian memperingatkan dirinya sendiri bahwa manusia jelas tidak bisa memenuhi kriteria cantik menurut Incanio. Dia tidak punya kesempatan untuk membuat Katz tertarik padanya.

Lylo kembali tidak lama kemudian.
"Aman. Tidak ada apa-apa disekitar sini, kurasa pergerakan kita tidak ketahuan."

"Bagus kita bergerak sesuai rencana."
Katz berdiri lalu bersiul menyerupai suara burung hutan. Sapphire membalas siulannya dengan kicauan yang takkalah merdu dari kejauhan.

"Belum ada tanda-tanda, kita tunggu dulu."

Menjelang siang, Cherry sudah bangun dan Lylo sudah berada di balik kerudung rohnya. Mereka menunggu dengan was-was menanti tanda bahwa mereka harus bergerak. Tiba-tiba terdengar kicauan kenari tanpa putus-putus dari pohon Sapphire.

"Itu dia!" Katz menepuk Cherry yang langsung berdiri dengan siap.
"Ayo! Ayo!" teriak Katz.

Hyereen dengan patuh memanjat punggung Cherry. Segera setelah itu mereka meluncur, bergegas menyeberangi kawasan terbuka Tanah Merah. Sapphire menyusul cepat bergabung dibelakang mereka begitu rombongan itu nampak keluar dari arena pepohonan.

Langit diatas mereka bersih, tanpa seekor pengintai pun terbang.

The Galgalore's TrapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang