12. Lynn dan Grin

5 3 0
                                    

"Katz, apa yang kau lakukan?" Lylo melayang sejajar dengan Katz.

"Aku akan mendapatkannya, Lyl!"

"Tidak, Katz! Kembali!"

Katz tidak melambat ataupun berbalik. Lylo melayang-layang didepan wajahnya untuk menghalangi pandangan Katz.

"Minggir, Lyl!" Katz mendorongnya menjauh.

"Ini bukan saatnya, Katz!" teriak Lylo.

Cherry akhirnya menyusul, langkahnya berdebum-debum disamping Katz. Lotus melompat dan menyambar leher Katz.

"Berhenti, Katz!"

Katz berhenti, merenggut lengan Lotus dan melemparkannya. Lotus berguling diudara, dia membuka sayapnya tepat sebelum menabrak sebatang pohon besar.

Cherry berhenti didepan Katz dan menggeram padanya. Akhirnya Katz harus benar-benar berhenti, dengan terengah-engah dia memandangi semua yang berusaha menghalanginya.

Moren masih meringkuk disemak-semak, menimbang apakah akan pergi dari sana atau menunggu. Lotus bahkan tidak meninggalkan lenteranya. Moren mengedarkan pandangannya dan kegelapan sama sekali tidak memberi petunjuk apa-apa.

Saat Moren sudah ingin berdiri, saat itulah dia mendengar langkah kaki mendekat. Moren yakin itu bukan langkah kaki teman-temannya. Moren merangkak maju, dia merasa semak-semak itu tak akan lagi aman. Samar-samar dilihatnya batang-batang pohon besar disekeliling, sambil meraba-raba Moren bergerak menuju salah satu pohon dengan batang yang terbesar diantaranya.

Moren berdiri dengan menempelkan punggung pada batang pohon besar itu dan mulai mendengarkan. Tangannya mencengkeram pangkal pedang didepan dada.

Langkah kaki mendekat, dua orang bercakap-cakap.

"Manusia di Khelam? Yang benar saja Grin."
Sebuah suara parau dan berat.

"Aku bisa mencium aromanya," kata yang lain sambil mengendus-ngendus dengan hidung serigalanya. "Apa kau tidak bisa mencium baunya?"

"Tidak, Grin. Tubuh cannus ini tidak terlalu hebat masalah cium mencium bau."

"Sudah kubilang kan, Lynn, harusnya kau memilih warg saja bukannya cannus."

"Aku suka taringnya, ini membuatku terlihat tampan," Lynn terkekeh.

"Hmm," Grinn menggeram, "Arah angin sepertinya berubah, baunya tiba-tiba hilang."

Lynn mendengus-dengus. "Sejak Liura membawa perempuan itu ke Sarang, semua roh jadi gila, kurasa. Apa kau tahu ada lebih dari 40 roh yang sudah mendaftar untuknya. Aku ingin sekali melihat pertarungannya, tapi katanya akhir-akhir ini jumlah manusia berpedang yang berkeliaran di hutan Galgalore meningkat. Kesempatan bagus kalau bisa menangkap satu, kan?  Eh, kau mendengarkan tidak, Grin?"

Morenlah yang mendengarkan kata-kata Lynn. Ayahnya pasti sudah mengerahkan lebih banyak orang ke hutan sejak dirinya dan Hyereen menghilang dari istana. Dan siapakah perempuan yang dimaksud Lynn? Mungkinkah itu adiknya? Kalau begitu ada kemungkinan besar Hyereen masih hidup dan berada di Sarang.

"Nah, kita tetap berada disini atau pergi?" kata Lynn lagi karena Grin masih terdiam.

"Tunggu dulu," kata Grin, "Tadi aku mencium bau peri juga."

"Kalau begitu semakin jelas kita harus segera pergi. Hutan ini jadi banyak peri dan Incanionya akhir-akhir ini. Kau tidak ingin seorang peri memanahmu dengan 'light shot' kan?"

"Auro sudah jauh sepertinya."

"Si brengsek itu! Tadi kan kita berangkat bersama-sama. Curang sekali dia naik Wombark. Aku harap para peri menangkapnya." Lynn berdecak-decak kesal.
"Bagaimana kalau kita ambil jalan lain? Tidak ada gunanya menyusul, dia pasti sudah jauh."

The Galgalore's TrapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang