63. Sempurna

32 3 5
                                    

Hari-hari seperti saat itu belum pernah terjadi sebelumnya di Menara Jarum. Peri-peri dilarang bepergian meninggalkan Menara karena serbuk peri akan lebih mudah terbentuk selama mereka tinggal di sekitar sang Ratu. Tapi semua tidak bersedih karena aturan itu, mereka tetap beraktivitas seperti biasa, tertawa, terbang dan menari-nari. Bahkan peri petualang yang biasanya mendapat tugas bepergian tidak keberatan menghabiskan waktu di Menara. Semua karena kini merasa tenang, ke depannya tidak akan ada ancaman yang berarti setelah para Roh Gelap dikalahkan.

Lily menatap Lotus di suatu sore, di tengah mereka sedang memilah biji manik-manik penyadap sinar matahari. Hanya Lotus seorang di Menara itu yang meskipun semua tertawa dan nampak gembira_ wajahnya muram. Lily menyikut Blubell yang disebelahnya. "Lihat temanmu itu," katanya, "dia seperti sudah tidak ada semangat hidup saja."

Bluebell mengerling ke arah yang di maksud Lily, melihat Lotus yang menjumputi maniknya setengah melamun. "Kalau aku jadi dia aku juga akan stress," jawabnya. "Kekasihku diantara hidup dan mati, dan aku tidak bisa sekadar ada di sampingnya."

Lily mencondongkan tubuhnya pada Bluebell dan berbisik, "Menurutmu Moren akan... emm, mati?" tanyanya pelan sekali.

"Hush! Jangan bicara seperti itu!" Blubell melirik Lotus dengan was-was, memastikan dia tidak mendengar pembicaraan itu.

"Lihat!" Lily berseru kembali. "Dia melamun lagi."

Mereka melihat Lotus menatap kosong pada manik-maniknya, tangannya berhenti dan wajahnya semuram musim hujan.

"LOTUS!" Lily membentaknya karena sudah tiga kali dia memanggil dengan normal dan Lotus tetap membeku.

"Oh!" Lotus terperanjat. "Ya. Ya...apa?" jawabnya geragapan.

"Ya ampun, aku sampai memanggilmu berkali-kali," tawa Lily.
"Apa kau sudah selesai?"

Lotus memandang isi nampannya. "Hmm ya, sepertinya ini sudah semua," katanya tidak yakin. "Aku akan membawanya ke sana dan mengambil yang lain." Lotus berdiri untuk menaruh nampan manik-manik itu bersama yang lain.

Saat itulah samar-samar terdengar suara peluit Pterogorn ditiup. Beberapa peri yang terlatih mengerti dengan suara itu, mereka tahu benar bagaimana setiap peluit bersuara. Setiap peluit memiliki suara yang berbeda satu sama lain sehingga mereka tahu itu suara peluit Lotus. Mata-mata kini menatap pada Lotus.

Lotus berdiri terpaku, tangannya gemetar dan dia menjatuhkan nampannya tanpa sadar. Manik-manik berhamburan di lantai, beberapa meletup serta berasap karena pecah. Nampannya terbanting dan berkelontang keras.

"Oh!" Lotus dengan gugup berlutut untuk memunguti manik-maniknya. Sebuah tangan menahan lengannya tangan Bluebell, dia berlutut di sisi kirinya sedangkan Lily di sisi kanannya.

"Biar kami yang membereskan ini. Pergilah!" kata Bluebell. Lotus melihat kedua sahabatnya, mereka tersenyum padanya.

"Terimakasih." Lotus melepas celemeknya dan melipatnya dengan asal. "Terimakasih," katanya sekali lagi, melempar celemek itu ke meja dan terbang tergesa meninggalkan tempat itu.


Moren, Hyereen dan Katz berdiri terpanggang sinar matahari sore di beranda. Moren baru saja meniup peluit peri dan mereka sekarang menunggu reaksi dari Menara.

Moren meletakkan kembali peluit ke mulutnya.

"Apa yang kau lakukan, Moren?!" Katz dengan cepat menyambar peluit itu sebelum Moren meniupnya kembali.

"Aku cuma... yah, siapa tahu mereka tidak mendengar yang tadi," jawab Moren.

"Astaga! Kau pikir ini mainan? Sekali saja cukup, Moren. Mereka tidak tuli!" semprot Katz.

The Galgalore's TrapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang