9. Tahanan

4 3 0
                                    

Hyereen meringkuk dibalik jeruji selnya. Tempat itu pengap dan gelap, dia tidak tahu apakah hari sudah malam atau siang diluar sana karena tidak ada cahaya yang masuk ke dalam selnya.

Hyereen memperkirakan ada beberapa sel ditempat itu dan masing-masing dihuni oleh beberapa tawanan. Ia mendengar suara dari sel-sel lain tapi tidak cukup jelas karena menurutnya selnya berada cukup jauh dari sel yang lain. Lagipula setelah melihat mereka yang menawannya jelas-jelas bukan manusia, ia tidak ada niat berkomunikasi dengan tawanan lain, mungkin mereka juga bukan manusia.

Hyereen merasa para penawannya cukup murah hati dalam hal pemberian makanan. Mereka memberi makanan yang cukup setiap kali jam makan. Awalnya Hyereen menolak makanan-makanan itu, tapi rasa lapar mengubah pikirannya. Dia harus tetap makan, siapa tahu kesempatan untuk kabur akan datang dan ia harus memiliki tenaga yang cukup saat itu.

Tapi Hyereen tidak ingin memasukkan sesuatu kedalam mulutnya jika dia tidak melihat apa itu. Maka ia memberanikan diri meminta penerangan pada penawannya. Dia mendengar makhluk bermata biru yang mengantar makanan itu menggeram dan pergi dengan kesal.

Tak lama kemudian orang itu kembali membawa lilin yang menyala dan Hyereen jadi bisa melihat sosoknya. Serigala raksasa, itu yang dipikirkan Hyereen saat melihatnya. Serigala didepannya memiliki tubuh tiga kali lebih besar dari pada serigala yang dilihatnya dihutan. Tapi serigala didepannya juga nampak aneh jika dibandingkan dengan serigala manapun. Hyereen belum pernah mendengar ada serigala yang berdiri tegak dengan kedua kaki belakangnya, yang bisa memegang lilin dengan kedua kaki depannya seolah itu adalah tangan dan yang bisa bicara. Dan lagi mata serigala itu bersinar biru, sama seperti makhluk-makhluk asap yang dilihatnya dan beberapa sloth yang menculiknya.

Serigala besar itu meletakkan lilin didalam selnya lalu meninggalkan Hyereen sendiri bersama makanannya. Hyereen melihat buah-buahan dan ikan bakar dalam pinggan. Sangat lumayan meskipun ikannya tidak dibumbui.

Dan setelah itu, lilin selalu menyertai makanan-makanan untuknya dikemudian waktu. Hyereen membiarkannya menyala sepanjang waktu sampai lilin itu habis terbakar dan mati dengan sendirinya. Lilin itu sedikit menghiburnya dan membuatnya tetap berharap suatu saat dia akan keluar dari tempat itu dan kembali bertemu dengan keluarganya. Terutama dengan Moren. Dia penasaran, apakah saudaranya itu berhasil selamat? Dimana dia sekarang? Selama perjalanannya sampai ke tempat tawanan, Hyereen tidak melihat Moren bersama mereka, jadi kemungkinan besar Moren tidak ada ditempat ini.

Suara orang bercakap-cakap yang mendekat membuat Hyereen terjaga. Beberapa makhluk asap berkerumun didepan selnya.

"Oh, lihat dia! Cantik sekali," kata salah satu dari mereka.

"Menurutmu dia benar-benar seperti yang dibicarakan?" kata yang lain.

"Liura yang membawanya, dia bukan tipe pembohong."

"Kapan gilirannya bertarung?"

"Aku berharap secepatnya, aku tidak sabar."

"Apa kau juga mendaftar? Nomer berapa kau?"

"Tiga puluh."

Mereka semua tertawa.

"Jika dia memenuhi kualifikasi, aku rasa Liura yang akan mengambilnya. Cukup adil, kan dia yang membawanya."

"Banyak sekali yang mendaftar, sampai-sampai jadwal bertarungnya diundur."

"Wajar saja, kita belum pernah mendapatkan perempuan, yang manusia maksudku, bukan peri atau yang lainnya."

"Aku tidak sabar. Setidaknya meskipun aku tidak mendapat tubuhnya, aku akan sangat terhibur melihat pertarungannya nanti."

"Ya ya, kau benar Nin."

Mereka tertawa-tawa menatap Hyereen, tidak peduli gadis itu menatap balik mata-mata mereka dengan cemas dan takut.

Suara geraman mendekat dan para mata menoleh ke arahnya.

"Cukup melihat-lihatnya! Waktunya kalian pergi!" Serigala besar itu mengusir mereka.

"Bordy, kenapa buru-buru?"

"Kenapa butuh waktu lama?" jawab Bordy serak dan bergetar.

"Aduh Bordy, kau hanya iri saja kan karena tidak bisa mendaftar untuk mendapatkan tubuh gadis itu?"

"Wah wah, ini pasti tubuh ke empat yang sudah kau pakai ya? Warg sudah cocok untukmu, Bordy," kata mata biru lain dan semuanya tertawa.

"Coba lihat! Aku rasa tak satupun dari kalian akan mendapatkannya. Aku menanti-nantikan wajah kecewa kalian, sepertinya pada akhirnya kalian harus mengambil bangkai ular untuk kalian pakai," sindir Bordy.

"Terserah, Bordy!"

"Pergi!" usir Bordy.

"Ini kami juga akan pergi!" jawab gerombolan asap itu.

"Daaahhh... Bordy!" Mereka berlalu sambil tertawa-tawa.

Bordy menatap kepergian gerombolan itu menjauh, memastikan tak satupun dari mereka berbalik. Hyereen bangkit dan berlari mendekat ke jeruji selnya.

"Bordy!" panggilnya, bergelantung pada jeruji sel.

Bordy melihatnya dengan sudut mata.

"Mmm... aku dengar mereka memanggilmu Bordy, jadi itu pasti namamu. Kau keberatan aku memanggilmu begitu?" tanya Hyereen.
Mata biru itu menatapnya dingin.

"Begini," kata Hyereen setelah menyadari basa-basinya diabaikan.
"Mereka mengatakan sesuatu mengenai bertarung_ aku mendengarnya. Apa maksudnya itu? Apa kau bisa memberitahuku sesuatu?"

Bordy mendengus dan berlalu begitu saja.

"Hei? Bordy!" panggil Hyereen, tapi Bordy menghilang dibalik kegelapan. Hyereen menghentakkan kakinya dengan kesal. Api lilinnya bergoyang ketika ia kembali ketempat duduknya. Dia merindukan Moren. Moren akan membiarkan Hyereen bergelayut pada lengannya saat Hyereen merasa ketakutan.

Hyereen menengadah pada langit-langit yang gelap dan mengipas-ngipas wajahnya dengan tangan. Dia berusaha keras agar air matanya tidak keluar. Menangis tidak akan ada gunanya saat ini.

The Galgalore's TrapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang