[14] satu kontak

1.3K 83 1
                                    

14. SATU KONTAK

.

Fathan berhenti di halte hendak menurunkan Yera. Yera pun turun dari motor. Sebelum pergi ia menengadahkan tangannya ke Fathan. "Duit jajan mana?" tanya Yera.

Fathan merogoh sakunya, mengambil sebagian uangnya lalu memberikan ke Yera. "Udah?"

Yera mengangguk. Ia memasukkan uangnya ke dalam saku. "Iya. Thanks gue duluan," Yera melangkahkan kaki lebih dulu. Walaupun tahu kalau Fathan yang akan datang terlebih dahulu di parkiran.

Fathan hendak melajukan motornya tapi ia mendengar suara yang memanggilnya. Tanpa mempedulikan suara itu, Fathan melajukan motornya. Sementara yang memanggil Fathan, ia mencebikkan mulutnya kesal. Yang tak lain adalah Atella.

***

Yera mendudukkan bokongnya di kursi. Disampingnya sudah ada Lira, sedangkan Cyra belum datang. Ia menatap Lira. "Ada pr gak?" tanyanya.

"Matematika, lo udah?"

"Oh, udah."

"Lihat dong,"

"Wani piro?"

"Ih lo mah pelit sama temen sendiri,"

Yera terkekeh. "Canda," ia mengambil buku tugasnya lalu memberikan ke Lira.

Lira menerima. Ia pun menyalin tugas milik Yera. Tak lama kemudian, Cyra datang dengan senyum lebar di wajahnya. "Hai gengs,"

Yera menoleh. "Eh Cy, btw gue udah nyoba makanan yang lo unjukkin, gila sih enak banget!"

Cyra yang sudah duduk, terkekeh pelan. "Pasti lah, nanti gue kasih racun yang lain."

"Oke!"

Cyra melirik ke Lira. "Mtk ya? Gampang itu mah,"

"Lo udah?" tanya Lira.

"Belum hehe,"

"Haha hehe haha hehe, bilang aja lo mau lihat kan?"

"Iya dong. Yer liat ya?"

Yera mengangguk saja. Ia membuka ponselnya sembari menunggu bel masuk.

***

"Masa depan kita... Adnan jangan marah-marah..."

"Najis!" Adnan melempar kulit kacang di tangannya ke arah Albert.

"Tuh kan lo marah sama gue," ujar Albert.

"Istighfar akhi," balas Adnan.

"Baik ustadz. Astaghfirullahhaladzim, sudah ustadz." ujar Albert.

"Alhamdulillah," sahut Qathan.

Fathan memandang teman-temannya datar. Kenapa Tuhan memberinya teman seperti mereka? Ia menggelengkan kepalanya pelan, melanjutkan memakan makanannya yang tersisa.

"Than! Ngomong dong," suruh Albert.

Fathan menatap Albert malas. "Lo gak lihat gue lagi makan?"

Albert meringis. "Hehe, lihat kok,"

"Btw, lo tahu kan cewek yang di depan gang?" tanya Qathan.

"Tahu tahu, kenapa emang?" tanya Albert balik.

"Ah gila, subhanallah banget anjir! Udah seksi, putih, body kayak gitar spanyol terus cantik lagi!" ujar Qathan.

"Emang gak usah diragukan lagi, punya gue tuh," balas Albert.

Qathan mendelik tak terima. "Enak aja, punya gue itu!"

"Punya gue." bantah Albert.

"Punya gue." balas Qathan.

Fathan & YeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang