[46] baikan?

1.1K 66 3
                                    

bacanya pelan-pelan..

vote dulu

46. BAIKAN?

.

Pukul setengah 7 malam, Yera baru saja menaiki motor abang ojek. Setelah berdiam lama di sebuah cafe, Yera akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah. Ditambah malam jumat membuat Yera agak takut. Yera melangkahkan kakinya ke arah pintu, mengetuk pelan lalu membuka pintu itu. Yera tersentak saat Fathan tiba-tiba memeluknya dengan erat. "Lo ke mana aja sih? Kenapa chat gue gak dibales? Lo bikin gue khawatir tahu gak?" ujar Fathan.

Yera tak menjawab, ia memilih diam. Fathan melepas pelukannya, menatap Yera. "Ra, jawab,"

Yera melewati Fathan. Ia memasuki kamarnya. Fathan menutup pintu terlebih dahulu sebelum menyusul Yera. Yera menuju kamar mandi, sementara Fathan duduk di kasur menunggu Yera. Ia merebahkan badannya, berpindah-pindah posisi selama 15 menit menunggu Yera. Setelahnya Yera keluar kamar mandi, ia sudah rapi dengan piyama berwarna birunya.

Fathan beranjak, menghampiri Yera. "Ra, makan dulu yuk, lo pasti belum makan,"

Yera mengabaikan. Ia duduk di kursi meja belajar, memilih buku pelajaran yang akan dibawa besok. Fathan memandang Yera. "Gue ambilin ya, bentar," ucap Fathan. Ia membalikkan badannya, mengambil makanan untuk Yera lalu menaruh makanan itu di meja belajar. "Makan dulu," suruh Fathan lalu melangkah ke luar kamar, tak lupa ia menutup pintu kamar.

Sementara Yera memandang makanan itu. Ia menoleh ke arah pintu lalu menghela napas kesal. Fathan tahu gak sih kalau Yera nunggu dia minta maaf?! Dasar cowok gak peka! Yera beranjak, membuka pintu kamar. Ia menghampiri Fathan yang duduk di sofa yang sedang terdiam. Yera menarik kerah baju Fathan dengan kasar membuat cowok itu otomatis berdiri. "Ra--"

Yera menarik Fathan ke dalam kamar, ia melepas cekalannya lalu menampar pipi Fathan dengan keras. Fathan diam, merasakan rasa perih menjalar di rahangnya.

Yera mengepalkan tangan. "Gue benci lo. Gue gak bisa kayak gini. Gue benci, karena gue sayang sama lo." ucap Yera. Ia duduk di pinggiran ranjang dengan lemas lalu menunduk, matanya memerah.

Fathan menghampiri Yera, berlutut di hadapan kedua kaki Yera. Fathan meraih jemari Yera, menggenggam erat. "Maaf Ra, maafin gue, gue bener-bener minta maaf. Gue nyadar kalau gue salah, maaf Yera," ucap Fathan menunduk, menempelkan punggung tangan Yera ke pipinya.

"Gue capek banget, semua beban kerasa berat. Gue juga mau dingertiin, kayak lo peduli sama orang lain. Gue kesel banget sama lo. Tapi gue gak bisa marah-marah ke lo. Sekarang gue mau denger penjelasan lo,"

Fathan mendongak, matanya juga memerah. "Gue bakal jelasin semuanya. Semuanya berawal dari Mamanya Atella yang nyuruh gue buat jagain anaknya, nyuruh gue buat di samping Atella, gue nolak baik-baik waktu itu. Tapi dia maksa, akhirnya gue iyain. Tapi lama kelamaan gue kayak di kekang sama dia, dia seenaknya nyuruh gue ini itu. Gue juga capek banget asal lo tahu. Dengan tanpa sengaja gue punya tanggung jawab lain setelah gue punya tanggung jawab yang besar. Semua yang gue lakuin itu ke Atella bukan sepenuhnya kemauan gue Ra, itu cuma sekedar amanah yang harus gue jalanin."

"Dan... soal gue peluk Atella, gue cuma kasihan sama dia, gak ada yang lebih dari itu. Maaf, gue peluk cewek lain di belakang lo. Gue bego banget waktu itu, maaf Ra. Gue juga gak ngejar lo pas itu. Maaf Yera," ucap Fathan.

"Tapi lo sadar gak sih? Dengan lo menuhin tanggung jawab itu, lo nyakitin gue, istri lo sendiri. Gue benci sama lo Than, gue benci lo terlalu baik. Gue benci lo lebih peduli sama cewek lain dibanding gue. Lo nggak mikirin gimana perasaan gue ke depannya, entah itu maafin lo untuk ke sekian kali atau gue bisa aja ninggalin lo. Gue gak bisa harus selalu ngertiin perasaan lo, kadang gue juga butuh dingertiin Than. Bukan cuma lo," ucap Yera, air matanya keluar sedikit.

Fathan & YeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang