[36] demam

1.2K 63 4
                                    

vote dulu besties

36. DEMAM

.

Yera mengernyit saat sambungan teleponnya dengan Fathan terputus. Ia menghela napas, kembali melanjutkan menonton drama korea di layar laptop. Selang 30 menit, hujan pun turun. Yera melihat jam di layar ponsel, pukul setengah 10 lewat beberapa menit. Ia menghela napas, kembali menonton drama korea.

Beberapa menit kemudian, lampu tiba-tiba mati membuat Yera tersentak kaget di tambah hujan yang semakin deras. Yera menelan salivanya takut. Sekarang ruangannya gelap. Hanya ada cahaya dari layar laptop. Yera tidak yakin kalau laptop tersebut baterainya masih penuh karena sudah digunakan satu jam lebih.

Dan benar, laptopnya mati. Jantung Yera berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Ia mengambil ponselnya, lalu mencari kontak Fathan dan langsung menghubungi Fathan. Yera berdecak saat Fathan tidak mengangkat teleponnya.

"Than, angkat plis... gue takut," ucap Yera gemeter.

Yera mencoba lagi sampai berkali-kali.

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif--

Yera mematikan sambungannya. "Fathan cepet pulang, pliss...."

Yera menekan kontak Cyra, menghubungi temannya itu, berharap Cyra akan mengangkat teleponnya, tapi Cyra tidak menjawab. Yera berdecak. Badannya lemas sekaligus bergetar, detak jantungnya berpacu cepat.

"Fathan.." ucap Yera lirih.

"Bunda, tolong... takut,"

Brakk!

Brak!!

"Buka!!"

Tangan kecil itu, memutar-mutar gagang pintu. "Bukain!!"

"Tolong jangan kunciin aku!"

"Abang buka! Jangan kunciin Yera!"

"Abang! Jangan tinggalin aku!"

"Abang, Yera takut!"

"Bunda, tolong! Yera takut!"

Anak kecil itu memundurkan langkahnya dengan tubuh bergetar. Tiba-tiba lampu di ruangan tersebut mati, membuat ruangan gelap, tidak ada cahaya satupun. Anak itu semakin memundurkan langkahnya, berjongkok menekuk kedua kakinya dan memeluk kedua kakinya erat seraya menangis. Suara tikus dan kucing bersahutan membuat anak itu semakin takut. Jantungnya berpacu cepat dan napasnya menipis. "Bunda, to--long.." lirihnya. Anak itu lalu memejamkan matanya, pingsan.

"Bunda.. Yera takut.." lirih Yera.

Ia memeluk kedua kakinya erat, bayangan kejadian masa lalunya muncul. Napas Yera mulai tidak beraturan, ia memejamkan matanya seraya menunduk dan membiarkan ponselnya tergeletak di sampingnya, menampilkan nama Cyra yang sedang meneleponnya balik. Namun, itu terlambat.

***

Fathan memakirkan mobil Albert di halaman rumahnya. Ia langsung memasuki rumah dengan tergesa-gesa. Rumahnya sangat gelap, tidak ada cahayanya sama sekali.

"Yera!"

Fathan berdecak. "Sial."

Ia berbalik badan, menghampiri mobil Albert. Mencari senter atau benda terang lainnya. Fathan menghela napas lega saat menemukan senter kecil di dashboard mobil. Fathan berlari memasuki rumah, ia langsung membuka pintu kamar.

Fathan & YeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang