[59] keputusan

1.1K 52 3
                                    

vote dulu bestie

1 chapter menuju ending

bacanya pelan pelan aja

17+

59. KEPUTUSAN

.

Ini sudah 3 hari setelah acara liburan. Malam ini Yera duduk di kursi meja belajarnya. Memikirkan sesuatu diiringi helaan napasnya. Percikan air di luar terdengar, Yera memandang ke arah jendela yang menampilkan air turun ke bawah. Tidak deras hanya gerimis kecil. Gadis itu mengambil kertas ditumpukan buku. Ia menipiskan bibir sambil memandangi kertas itu. Bagaimana pun, ia harus segera memberitahu Fathan kalau ia akan kuliah di luar kota.

Yera beralih menatap kalender di sudut meja belajarnya. Ada lingkaran kecil di salah satu tanggal di bulan Mei. Ya, besok ulang tahunnya, 21 Mei. Yera tersenyum tipis. Apakah ia harus memberitahu Fathan di saat ulang tahunnya? Ia tidak tahu bagaimana reaksi Fathan nantinya. Namun Yera sudah memutuskan pilihan.

Gadis itu menoleh ke belakang. Tidak ada Fathan di ranjang, mungkin laki-laki itu sedang bermain PS di luar. Yera kembali menaruh kertas itu di tempat semula. Ia mendesah pelan sebelum akhirnya menelungkupkan wajah di atas lengannya.

Beberapa detik kemudian, Yera mendengar bisikan di telinganya. "Happy birthday sweetie,"

Yera membuka mata, menegakkan badannya menatap laki-laki yang membawa kue ulang tahun di tangannya itu. Fathan tersenyum. "Selamat ulang tahun, istri."

Yera balas tersenyum. "Makasih. Tapi ini belum jam 12."

"Sengaja. Biar aku yang ngucapin duluan."

Yera tersenyum geli. "Gemesnyaaa,"

Fathan masih tersenyum. "Make a wish dulu,"

Yera menurut. Mengangkat kedua tangannya, berdoa dalam hati. Setelah itu meniup lilin berangka 1 dan 8 lalu bertepuk tangan kecil. "Sekali lagi makasih,"

Fathan mengangguk, menaruh kue itu di meja belajar. "Mau dimakan sekarang?"

"Nggak nanti aja, aku masih kenyang."

"Ya udah. Aku simpen di kulkas aja."

Fathan hendak mengambil lagi kue itu, tapi Yera menahan lengannya. "Than,"

Laki-laki itu menoleh. "Iya? Kenapa? Mau minta kado? Bilang aja, nanti aku beliin."

Yera terdiam sejenak. Sejujurnya ada rasa tak tega ia akan meninggalkan Fathan dan berpisah jarak dengan laki-laki itu.

"Ra, kenapa?"

Yera mengerjap, menggeleng pelan lalu tersenyum ceria. "Kamu harus denger ini,"

"Apa?"

"Denger baik-baik,"

Fathan mengangguk.

Yera mendekatkan wajahnya. "Aku, sayang kamu."

Fathan menyipitkan mata. "Apa? Apa? Gak denger."

"Aku sayang kamu."

"Kurang kenceng."

"Aku! Sayang! Kamu!"

Fathan tersenyum lebar. "Aku juga sayang kamu."

Yera beralih memeluk laki-laki itu dan Fathan membalasnya tak kalah erat. Malam ini bagi Yera terasa beda, perasaan gadis itu campur aduk. Senang, sedih dan hampa menjadi satu.

Fathan & YeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang