[17] first day

1.3K 83 4
                                    

Hai its me Nazmy

Jangan lupa untuk Vote ☆

happy reading ,-

17. FIRST DAY

.

Kedua pasangan remaja masih dalam mimpinya masing-masing. Padahal sekarang sudah jam tujuh lewat tiga menit. Alarm ponsel Yera sudah berbunyi sejak satu menit lalu. Yera perlahan membuka matanya, mematikan alarm. Ia melihat jam, sontak matanya terbuka lebar. "Mampus, telat."

Yera berdiri, membuat perutnya terasa sakit lagi. Ia berjongkok, meringis pelan. "Than," panggil Yera.

Fathan masih tertidur. "Fathan!" panggil Yera sedikit berteriak.

Fathan mengucek matanya. "Hm," gumamnya.

"Bangun, udah telat."

"Jam?"

"Tujuh,"

Fathan bangun, ia menatap Yera yang sedang berjongkok. "Lo kenapa?" tanyanya.

"Nggak."

Yera berdiri, ia melangkah ke arah lemari ingin mengambil seragam sekolah. Fathan mengamati Yera, ia mengeryitkan alisnya saat melihat area bokong Yera ada noda darah. "Ra, darah," ucap Fathan.

Yera tersentak. Ia menoleh ke Fathan. "Ha?"

"Darah di itu lo."

Yera melihat belakangnya. Ia memalingkan wajahnya, malu. Tangannya mengambil pembalut lalu dengan cepat ke kamar mandi seraya berganti seragam.

Sepuluh menit menunggu, Fathan menghela nafas. "Yera, ayo!"

"Iya!"

Yera keluar kamar, menghampiri Fathan di ruang tamu. "Ayo," ujar Yera.

Mereka berdua melangkah keluar rumah, tak lupa untuk mengunci pintu. Mereka menaiki motor dan melaju ke arah sekolah. Selang beberapa menit, mereka sampai. Untungnya satpam hari ini memperbolehkan mereka masuk.

Fathan dan Yera berlari kecil di koridor, mereka berhenti begitu melihat guru piket sedang berjalan ke arahnya. Guru itu menatap tajam kepada Fathan dan Yera. "Jam berapa ini?" tanya guru itu.

"Setengah delapan Pak," jawab keduanya.

"Lari keliling lapangan dua puluh kali putaran." suruh guru itu.

"Tapi Pak--"

"Atau saya tambah?" potong Pak guru.

Fathan melirik ke Yera. Yera mengangguk pelan walaupun ragu.

"Cepat, tunggu apa lagi?" ujar guru itu.

Fathan dan Yera berjalan ke lapangan, menaruh tas mereka di bawah. Sebelum itu, Yera menatap Fathan. "Sorry," ucap Yera.

Fathan menoleh. "For what?"

"Udah bikin lo dihukum lagi,"

Fathan tertegun. Ternyata Yera mengingat ucapannya tempo lalu, padahal waktu itu Fathan hanya bercanda. "It's okay. Gak apa-apa. Asal dihukumnya bareng lo." ujar Fathan, mengangkat satu sudut bibirnya.

Yera mendengkus. Ia mulai berlari lebih dulu. Fathan menyusul. Baru lima putaran, perut Yera terasa sakit membuat ia memperlambat larinya, dan memegangi perutnya. Fathan ikut memperlambat larinya, memandang Yera yang berada lima meter di depannya. Fathan menghampiri Yera. "Ra, masih sakit?" tanya Fathan. "Ke UKS aja ya?" lanjutnya.

Fathan & YeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang