pencet bintang dulu yaa
52. LDR SEMENTARA
.
Hari ke-4 Fathan di rumah sakit, ia sudah dipindahkan ke rawat inap kemarin. Namun kondisinya masih masa pemulihan, dirinya belum sadar sampai saat ini.
"Gimana sekolah kamu, Sa?"
Qathan yang sedang menatap layar ponsel menjawab pertanyaan Sang Mama. "Baik-baik aja, Ma,"
Qathan menatap Gita. "Ma, mau nambah mantu gak?"
Gita menaikkan alis. "Emang punya?"
"Punya lah, mau lihat?"
"Mana?"
Qathan mencari foto Kirei lalu memperlihatkannya ke Gita. Gita mengangguk-ngangguk. "Adek kelas kamu?"
"Kok tahu?"
"Tahu lah, apa coba yang Mama gak tahu."
Qathan mendengkus. "Iya deh. Gimana? Boleh, kan?"
"Bawa dulu ke hadapan Mama,"
Qathan refleks tersenyum. "Oke!"
Gita geleng-geleng kepala. "Jangan suka nyakitin cewek, kalau kamu nyakitin cewek sama aja kamu nyakitin Mama,"
"Iya Ma, Aksa gak akan nyakitin siapapun."
Gita mengangguk pelan. "Oh iya, gimana urusan kuliah kamu? Udah nentuin?"
"Aksa bakal kuliah bareng temen-temen, buat jurusannya Aksa masih pikirin,"
"Mama dukung apapun pilihan kamu, di sini kamu bebas mau pilih masa depan kamu kayak gimana, jadi jangan disia-siain oke?"
"Iya Mama, nanti Aksa pikirin mateng-mateng."
Gita mengangguk, mengusap kepala anaknya dengan lembut.
Sementara Fathan mengernyit, menyesuaikan cahaya yang masuk lalu membuka matanya perlahan. Entah kenapa, tubuhnya terasa sangat sakit. Ia menatap langit-langit ruangan lalu mengedarkan pandangan, melihat Mamanya dan Qathan yang duduk di sofa. "Ma-ma," ucapnya pelan.
Gita dan Qathan menoleh, mendekat ke arah laki-laki yang masih terbaring di brankar. "Udah bangun, Than? Minum dulu ya,"
Gita mengambil air di gelas lalu membantu Fathan minum. "Ada yang sakit?"
"Badan Athan sakit,"
Gita mengangguk. "Bentar lagi dokter ke sini,"
"Lemah." cibir Qathan.
Fathan tak membalas, dirinya memang masih lemah. Fathan mengingat kejadian itu, laki-laki itu menatap Mamanya. "Ma, Yera gimana?"
"Yera baik-baik aja, dia pulang ke rumah ortunya."
"Yera gak jenguk Athan?"
Gita tersenyum. "Kemarin lusa jenguk kok. Tapi buat sementara waktu, Yera di sana dulu sampe kondisi kalian bener-bener sembuh. Kamu juga masih harus dirawat kan?"
Alis Fathan mengernyit. "Yera kenapa?"
"Kamu tahu kan Yera punya trauma? Dokternya nyuruh bawa Yera ke psikolog, takut trauma Yera berdampak gak baik buat dia. Makanya Ayah sama Bundanya biarin Yera di sana dulu,"
Fathan mendesah berat. Ia takut Yera kenapa-napa. "Athan mau lihat Yera, bisa kan Ma?"
"Bisa kok, tapi nanti kalau kamu udah sembuh."
"Athan mau sekarang,"
Gita tersenyum. Sejujurnya ia tidak tega melihat anaknya seperti ini. "Nanti ya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fathan & Yera
Teen Fiction[END | PART LENGKAP] [MS 1] . Dijodohkan? Mungkin kata 'dijodohkan' itu tidak asing bagi orang zaman dahulu. Fathan, laki-laki yang bergantung pada Mamanya alias manja, ia mau tak mau menerima paksa perjodohan yang dilakukan oleh kedua orangtuanya i...