bacanya pelan pelan aja
vote dulu ya bestiee
51. PISAH
.
Seno dan Aila berada di ruangan dokter. Mereka sedang berbincang soal keadaan Yera. Yera sekarang di rawat inap, ia masih belum sadar pasca kejadian beberapa menit lalu. Cyra dan Lira yang menunggu di sana.
"Jadi, begini Pak, Bu, kondisi anak Bapak dan Ibu dalam kondisi fisik sudah membaik. Tapi yang saya khawatirkan adalah kondisi mentalnya, karena takut akan trauma yang dialami oleh pasien. Apalagi kejadiannya seperti yang Bapak dan Ibu jelaskan tadi, dan juga Yera sebelumnya mempunyai trauma bukan? Untuk itu saya sarankan agar membawa Yera ke psikolog setelah kondisinya membaik." jelas dokter.
Seno mengangguk. "Baik Dok, kita akan membawa Yera ke psikiater nanti."
"Baik lah Pak, Bu, itu saja yang saya sampaikan. Selebihnya bisa bertanya,"
"Terima kasih Dok, kalau gitu kita permisi," ucap Aila.
Dokter itu mengangguk. "Silakan,"
Seno dan Aila keluar dari ruangan itu. Mereka melangkah ke ruang rawat inap tempat Yera. Mereka memasuki ruang itu, mendapati Cyra dan Lira tertidur di samping Yera. Aila mendekat ke arah mereka. Ia menyentuh bahu Cyra. "Cyra, bangun sayang,"
Cyra melenguh pelan. "Tante? Maaf Tan, aku ketiduran,"
"Gapapa, kamu gak pulang aja? Udah malem juga, besok sekolah,"
"Aku nunggu Albert aja, Tan, dia lagi nungguin Fathan tadi."
Aila mengangguk. "Ya udah, pindah ke sofa aja tidurnya, itu Lira juga bangunin,"
"Iya Tan."
Cyra membangunkan Lira lalu pindah ke sofa. Aila duduk di samping suaminya. Seno menghela napas berat. "Aku perlu ngomong sama Ali," ucapnya.
"Ngomong apa?"
***
Bunyi monitor di ruangan ICU terdengar. Kondisi Fathan sempat kritis. Masih ada dokter yang memeriksa di sana, dan operasi pengambilan peluru berjalan lancar beberapa jam yang lalu. Ali, Gita, teman-teman Fathan menunggu di luar. Sedangkan Rafiga dan anggotanya sudah pulang. Sedaritadi, Gita berjalan mondar mandir seraya menggigit jemarinya. Ia sangat khawatir dengan keadaan anaknya itu. Bahkan matanya terlihat sembab. "Duduk Ma," suruh Ali.
Gita menghela napas, menghampiri Ali lalu duduk di samping suaminya. "Kok dokter belum juga keluar sih Pa?"
"Sabar, bentar lagi," balas Ali mengusap-usap punggung isterinya.
Gita lagi-lagi menghela napas, lalu ia teringat akan sesuatu. "Yera, Pa! Yera gimana?!"
"Tenang dulu, Yera baik-baik aja cuma pingsan," ujar Ali.
Ali menatap kedua teman Fathan dan satu anaknya. "Kalian pulang aja, istirahat. Udah malem juga," suruhnya.
"Aksa di sini aja." balas Qathan.
Albert dan Adnan saling pandang. Adnan mengangguk. Albert menatap Papa Fathan. "Ya udah, om, tante, kalau gitu kita izin pulang," izinnya.
Ali dan Gita mengangguk. "Hati-hati," ucap Ali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fathan & Yera
Teen Fiction[END | PART LENGKAP] [MS 1] . Dijodohkan? Mungkin kata 'dijodohkan' itu tidak asing bagi orang zaman dahulu. Fathan, laki-laki yang bergantung pada Mamanya alias manja, ia mau tak mau menerima paksa perjodohan yang dilakukan oleh kedua orangtuanya i...