vote dulu bestie
43. KATA MAMA
.
Fathan memasuki rumah. Tadi Yera pulang lebih dulu bersama Adnan ketika ia dan Cyra tengah mengobrol. Fathan tiba di hadapan pintu kamar, mengetuk pintu itu. "Raa, gue boleh masuk?"
Fathan membuka engsel pintu. Tidak dikunci. Fathan masuk ke dalam. Tidak ada Yera, sepertinya ia sedang di kamar mandi. Fathan menaruh tas di nakas lalu melepas seragamnya. Sempat terdiam beberapa saat. Fathan bingung. Yera membuatnya menjadi kelimpungan sendiri. Fathan juga takut.
Pintu kamar mandi terbuka. Yera melengos lalu duduk di kursi meja belajar. Membuka buku matematikanya. Fathan menghampiri Yera, berdiri di sampingnya. "Ra, maafin gue," ucap Fathan.
Yera tak menghiraukan.
"Sampe kapan lo diemin gue kayak gini?"
"Ra ... Jangan diemin guee," Fathan merengek. Ia ingin meraih tangan Yera namun Yera menghindar. Membuat hati Fathan mencelos. Fathan beralih menatap buku Yera. "Lo besok olimp? Kalau gitu semangat ya, lo mau makan seblak? Gue beliin ya?"
Fathan lalu membalikkan badannya. Ia melajukan motornya untuk membeli makanan. Setelah itu kembali dengan membawa plastik berisi seblak. Makanan kesukaan Yera. Fathan menuju dapur, mengambil mangkuk lalu menuangkan seblak itu. Ia membawa mangkuk itu ke dalam kamar, menghampiri Yera yang masih sibuk dengan bukunya. Fathan menaruh mangkuk itu di samping buku. "Makan dulu," suruh Fathan.
Yera tak bergerak. Ia sibuk mengerjakan soal matematika. Fathan melangkah mundur, keluar dari kamar lalu menutup pintu.
Fathan duduk di sofa, menghela napas berat. Ia mengambil ponselnya. Mencari kontak kembarannya lalu meneleponnya. Telepon tersambungan langsung terdengar suara Qathan di sana.
"Iya gue tahu. Ke sini aja, Mama juga nanyain lo gak ke sini-sini."
Fathan mematikan sambungannya. Mama. Fathan sepertinya harus meminta bantuan pada Mamanya. Laki-laki itu melihat arlojinya, hampir pukul tiga sore. Ia berdiri, kemudian melakukan pekerjaan rumah. Menyapu, mengepel, memasak, mencuci piring, mengangkat jemuran, melipat pakaian dan lainnya. Setelahnya Fathan merebahkan badannya di sofa, cukup melelahkan. Biasanya Fathan hanya melakukan separuh. Karena dulunya ia dan Yera membagi pekerjaan rumah menjadi dua.
***
Sehabis magrib, Fathan memakai hoodienya yang tersimpan di ruang kerja. Ia berdiri di pintu kamar, hendak membuka pintu namun terkunci. Fathan beralih mengetuk pintu. "Ra, gue mau ke rumah Mama bentar. Gue pergi dulu." pamit Fathan.
Ia melangkah keluar. Melajukan motornya ke arah rumah Mama. Tanpa Fathan ketahui, Yera memperhatikannya dari jendela. Selang beberapa menit, Fathan sampai di rumah orang tuanya. Ia mengetuk pintu rumah. "Assalamualaikum, Maa!"
Tak lama kemudian, Mama membuka pintu. "Waalaikumussalam," Gita melirik sekitar. "Yera gak ikut?"
Fathan menggeleng. "Nggak."
"Ya udah masuk, Mama lagi makan. Kamu udah makan?" tanya Gita seraya berjalan menuju ruang makan.
"Udah." jawab Fathan.
Mereka sampai di ruang makan. Di sana sudah ada Qathan dan Papa. Gita kembali duduk. Fathan ikut duduk, memandang makanan di hadapannya.
"Kamu sendiri? Yera mana?" tanya Papa.
"Di rumah." jawab Fathan.
"Makan Than, lemes banget kamu ih." ujar Gita. "Mama ambilin,"
Fathan mengangguk sekali. Fathan tetap Fathan, cowok yang bergantung pada Mamanya. Gita mengambil nasi serta lauk lalu memberikan ke Fathan. Fathan memandangi makanannya sebelum akhirnya menyuapkan ke mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fathan & Yera
Teen Fiction[END | PART LENGKAP] [MS 1] . Dijodohkan? Mungkin kata 'dijodohkan' itu tidak asing bagi orang zaman dahulu. Fathan, laki-laki yang bergantung pada Mamanya alias manja, ia mau tak mau menerima paksa perjodohan yang dilakukan oleh kedua orangtuanya i...