🐀.05 BALAPAN

4.9K 407 5
                                    

Assalamu'alaikum
Mohon Tekan Bintang dibawah
Berikan komentar ter-Warmu
Hati -hati ada typo.

SELAMAT MEMBACA

MERVANOS GENERASI 14

🐀🐀🐀

"Sayang kok makanannya gak dihabisin lagi," ujar Dinar pada anak bungsunya.

Fero Reygantara, balita ini sejak dua hari lalu susah sekali makan. Sebagai seorang ibu Dinar merasa khawatir, ditambah sekarang malah sibuk dengan mainan barunya.

"Beliin obat cacing aja kali mah." Saran Fella sambil mengunyah roti.

"Coba nanti mamah belikan dia Vitamin," jawab Dinar lalu mengamati setiap anggota keluarganya.

"Loh abangmu kemana?" Dinar baru menyadari anaknya kurang satu dimja makan. "Kenapa gak ikut sarapan?" tanya Dinar.

"Masih molor kali," saut Fella.

"Bangunin Fell takutnya meninggal gak ketahuan," ceplos Dewa. Lelaki beranak Tiga ini memang terkadang masih asal bicara .

"Yang benar mas kalau ngomong!" tutur Dinar.

"Kan maut tidak ada yang tahu sayang."

"Jadi kamu mendoakan anak kamu mati?"

"Iya gak gitu dong masa --"

"Ah sudahlah, Fella panggil abangmu ajak dia sarapan." Suruh Dinar.

"Tapi mah..."

"Fella."

"Iya ya .."
Dengan langkah berat, Fella pun beranjak dari bangkunya dan menuju ke kamar Fardan.

"BANG WOY..." teriak Fella menggedor kamar abangnya. Kelamaan langsung nyelonong aja dia.

Benar Fardan masih molor dengan posisi tengkurep. Tanpa menunggu lama Fella langsung menipuk kepala Fardan.

"Bangun woy!"

"Apasih! Berisik." Fardan menarik selimutnya menutupi seluruh tubuhnya.

"Buset, kayaknya harus di setrum nih." Beo Fella mulai celingukan mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk membangunkan abangnya.

Baru saja Fella hendak mengambil senjata setrum nyamuk, Dewa sudah lebih dulu masuk ke kamar Fardan.

"Yah gagal," Batin Fella.

"Masih belom bangun?" tanya Dewa lalu duduk di tepian kasur putranya, Fella pun mengulurkan tangannya ke Dewa berpamitan  dan keluar karena jam sudah semakin siang dia harus ke sekolah.

"Anak ganteng mau sekolah gak?" ujar Dewa perlahan membuka selimut yang menutupi wajah Fardan .

"Cuti pah,"

"Palamu cuti!," Dewa menyentil telinga anaknya. "Buruan Bangun!" Sentak Dewa menarik tubuh Fardan untuk duduk.

"Pah udah jam segini, percuma juga berangkat palingan terlambat mending libur aja sekalian," Jawab Fardan lesu.

FARDAN MARGANTARA | BADBOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang