Sepuluh

1.3K 265 49
                                    

Akhir pekan tiba. Itu berarti, tiba pula acara kencan yang telah direncanakan Sasuke sejak beberapa hari lalu.

Ketika Sasuke menengok ke arah jendela kamarnya, jelaga hitamnya tek melihat sedikitpun awan yang bergelayut manja di bawah birunya langit, menandakan hari ini benar-benar cerah. Hari yang sempurna untuk acara kencan yang sangat sempurna.

Satu senyuman indah tak pernah luntur dari bibir Sasuke ketika ia mengenakan pakaian, menyisir rambut, serta memandangi penampilan dirinya sendiri di depan cermin.

"Wah, coba lihat siapa bajingan gila yang ada di depan cermin ini?" Sasuke memiringkan tubuh jangkungnya ke kiri dan ke kanan bak model profesional. Berdecak kagum seolah memuji dirinya sendiri yang terlihat sangat sempurna. "Brengsek kau, Sasuke! Kau benar-benar tampan!" Sasuke bersiul seraya bertepuk tangan heboh. Kali ini bibirnya menampilkan sebuah seringai. "Tapi yah, mau bagaimana lagi, aku harus menerima anugrah Tuhan yang satu ini," katanya seraya mengangkat bahu. Setelah itu, Sasuke tertawa keras ketika menyadari  apa yang dilakukannya adalah hal tak berguna yang benar-benar bodoh.

Namun karena suasana hatinya benar-benar bagus, Sasuke memilih untuk tak peduli. "Jadi, berhenti membuat anak gadis diluaran sana berteriak histeris, Sialan!"

Sasuke melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, sedikit terkejut karena ia hampir terlambat.

"Sial! Hinata benar-benar akan membunuhku jika aku terlambat menjemputnya."

Sasuke segera menyambar kunci mobil serta ponsel yang tergeletak di atas tempat tidur lalu berjalan keluar dari kamar. Ketika melewati ruang tamu, ia sedikit heran karena tak menemukan seorang pun di sana. Kemana penghuni rumah yang lain? Apa mereka belum bangun? Sasuke kembali mengangkat bahunya memilih tak peduli.

Lelaki itu kembali melangkahkan kakinya menuju garasi. Ia bersiul senang ketika melihat mobil kesayangan yang baru saja dibelinya seminggu lalu tampak mengkilap.

"Hai, jagoan. Aku akan menggunakanmu sekarang. Jadi, jangan coba-coba mengecewakanku, oke?"

Sasuke segera memasuki mobil dan mulai mengendarainya dengan santai. Sesekali, lelaki itu terkekeh ketika membayangkan acara kencannya dengan Hinata. Pokoknya hari ini ia akan menghabiskan waktu seharian dengan bersenang-senang bersama sang kekasih.

Namun suasana hatinya yang luar biasa bagus tak berlangsung lama. Karena sekarang, kaki sialan berbalut sneaker berlambang ceklis menginjak rem secara tiba-tiba saat jelaga hitamnya melihat ada beberapa mobil yang membawa barang-barang keperluan rumah tangga berada tepat di depan rumah Sakura. Tak jauh dari mobil-mobil tersebut, terlihat sang pemilik rumah tengah berbincang asik dengan sosok jangkung yang sangat Sasuke kenali. Ada sosok berambut merah yang beberapa hari lalu Sasuke temui berdiri kaku di sisi tubuh Sakura mengenakan pakaian formal meskipun ini akhir pekan.

Mata Sasuke menyipit kala melihat Sakura tertawa. Ia yakin sosok jangkung yang tak lain adalah kakaknya tengah mengeluarkan lelucon aneh yang tak lucu sama sekali.

Tak memerlukan waktu lama bagi Sasuke untuk melepas sabuk pengaman yang membelit tubuhnya dan keluar dari mobil. Berjalan tergesa untuk menghampiri ketiga orang yang memiliki warna rambut berbeda.

"Oh, Sasuke." Sakura yang pertama menyadari kehadiran Sasuke segera menyapa. Memberikan senyuman sehangat mentari pagi yang mampu membuat siapapun terpesona ketika melihatnya. Kedua mata  berwarna hijaunya terlihat menilai penampilan Sasuke yang terlihat cukup rapi dan bersinar. "Kau akan pergi?" tanyanya kemudian.

Sasuke mengangguk. Mengusap tengkuknya dengan gerakan kaku. "Ya. Aku ada sedikit urusan."

"Urusan? Apakah penting?" Kali Itachi yang bertanya. "Aku rasa memang hal yang penting. Kau menggunakan mobil itu." Itachi menunjuk mobil Sasuke dengan dagunya. Sakura mengikuti arah pandang Itachi. Melihat mobil berwarna hitam yang Sakura tebak adalah mobil baru.

Tentu saja itu hal yang sangat penting! Tidak ada hal yang lebih penting selain acara kencanku dengan Hinata!

Sasuke ingin sekali mengatakan hal tersebut pada Itachi. Namun kalimat yang keluar dari mulut sialannya justru berbanding terbalik dengan apa yang diperintahkan otaknya.

Sialan!

"Tidak. Tidak terlalu penting." Mata sekelam malam milik Sasuke beralih pada Sakura. "Kau pindah hari ini? Kenapa tidak memberitahuku." Lalu berdecak sebal setelahnya.

Sakura hanya mengangkat bahunya. "Kenapa kau ingin membantuku lagi?" tanya Sakura dengan nada menggoda. Sasori yang berada di sisi tubuh Sakura hampir saja melayangkan tangannya untuk memukul bagian belakang kepala gadis itu. Sejak kapan saudara kembarnya berubah jadi gadis binal?

Diam-diam Sasori menghela napas saat jam yang melingkar di pergelangan tangannya menunjukkan hampir pukul sepuluh pagi. Ia menepuk pelan bahu Sakura untuk mengalihkan atensi gadis itu agar berfokus padanya— bukan pada dua orang berambut gelap yang ada di hadapan mereka.

"Aku harus pergi sekarang," kata Sasori dengan raut wajah bersalah. "Mereka akan mengomeliku jika aku terlambat datang."

Sakura memberikan senyum iba untuk Sasori dan mengangguk. "Terimakasih sudah meluangkan waktumu yang sibuk untuk menemaniku." Tidak ada nada sindiran atau ejekan dalam kalimat yang dilontarkan Sakura kali ini. Ia mengerti, Sasori adalah lelaki sibuk yang tak memiliki banyak waktu luang. Dan itu semua karenanya. " Hati-hati," tambahnya.

Sasori mulai melangkahkan kakinya setelah Sakura memberikan satu kecupan singkat di pipi. Sedikit menyeringai ketika mendapati satu dari dua orang yang Sasori ketahui bernama Sasuke tengah mengeraskan rahang dengan bola mata yang hampir meloncat keluar.

"Dan Sasuke," Sakura mengembalikan atensinya untuk Sasuke setelah mobil Sasori benar-benar menghilang di belokan. " Selamat bersenang-senang," katanya." Aku harus masuk dan menata beberapa barang pada tempat yang semestinya."

"Aku akan membantu," ujar Itachi. "Lagi pula, hari ini aku tak memiliki kegiatan apapun selain bermalas-malasan."

Sakura mengangguk senang. Sangat berbanding terbalik dengan mata Sasuke yang memicing tak suka.

"Aku juga. Aku akan membantumu. "Sasuke bersuara, tak ingin kalah dengan apa yang dilakukan kakaknya. "Aku bisa menyelesaikan urusanku lain kali," jelasnya ketika melihat Sakura mengangkat alis serta kakak bodohnya yang memberikan senyum mengejek.

Dalam hati, Sasuke berkali-kali meminta maaf pada Hinata karena telah membatalkan acara kencannya secara sepihak. Dan jika Hinata tahu alasan dibaliknya adalah Sakura, Sasuke yakin riwayatnya akan benar-benar tamat.

"Dia kenapa?" tanya Sakura ketika memperhatikan Sasuke yang mulai mengendarai mobilnya. Berbalik arah menuju rumahnya sendiri.

Itachi hanya mengangkat bahu tak peduli. Kali ini dibarengi dengan raut wajah geli. "Entahlah, aku rasa dia benar-benar sudah gila."

.

.

.

Tbc.

Wwkwk jangan coba-coba bayangin pas Sasuke petangtang-petengteng di depan cermin. Asli, aku geli banget.

Dan juga, itu kenapa Mas Ita demen banget ngatain adiknya gila, ya?

Karena semalem publish chapternya cuma seuprit, kali ini aku panjangin deh. Moga aja kalian ga bosen 🙈🙈🙈

Tetangga Idaman (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang