Lima Puluh dua

705 139 17
                                    

Tadi sore, ketika Sasuke hendak keluar untuk menemui Sakura, ia malah mendapati hal yang menjengkelkan. Meski jaraknya cukup jauh karena Sasuke baru saja keluar dari gerbang rumahnya, tapi Sasuke yakin jika Sakura sedang mengobrolkan hal yang menyenangkan bersama Itachi. Dan yang paling menjengkelkan di antara semua itu adalah, jarak antara keduanya terlalu dekat. Di tambah, Sasuke mendapati tangan nakal Itachi mengacak surai merah muda milik Sakura tanpa permisi.

Sasuke tahu  mereka jika keduanya berhubungan akrab, tapi ia tak tahu akan seakrab itu. Atau mungkin ia yang tak pernah benar-benar memperhatikan. Kecurigaan yang coba Sasuke buang jauh-jauh untuk sang kakak harus kembali muncul saat mendapati pemandangan itu.

Mungkin, ia harus menanyakannya langsung pada Itachi agar tak terjadi kesalahpahaman. Tidak lucu, kan, jika hubungan kakak beradik harus renggang hanya karena seorang wanita? Jadi, Sasuke memutuskan untuk menanyakan hal tersebut sekarang juga. Menunggu Itachi keluar dari kamar di undakkan tangga paling atas, tangannya ia lipat di depan dada dengan tubuh bersandar pada pagar pembatas.

Sekali lagi, desah napas lelah keluar dari celah bibir Sasuke. Sudah sepuluh menit berlalu, tapi pria bersurai panjang yang memiliki garis keriput di kedua pipinya itu masih belum menampakkan diri juga. Sebenarnya, apa yang sedang si keriput lakukan di dalam sana? Sasuke sudah menambah stok kesabarannya, tapi lama-lama  merasa kesal juga jika harus berdiam diri seperti patung selamat datang— yah, meski itu dilakukan di rumahnya sendiri, sih.

"Oh, Sasuke. Sedang apa?"

Itachi keluar dari kamarnya sekitar lima menit setelahnya dengan wajah serta pertanyaan kelewat polos. Sasuke bahkan ingin sekali memutar bola karena tingkah sang kakak yang menurutnya mengesalkan.

"Kau ingin ke mana?" tanya Sasuke balik. Memperhatikan Itachi dari atas hingga ke bawah.

Penampilannya luar biasa rapi, luar biasa wangi dan luar biasa— untuk yang satu ini, sebenarnya Sasuke tak ingin mengakuinya, tapi yah, Itachi memang kelewat tampan.

"Oh, aku ingin ke rumah Sakura." Itachi berbicara sembari menggulung kemeja lengan panjangnya tanpa memperhatikan ekspresi Sasuke yang kini matanya menyipit. "Katanya, ada beberapa hal yang harus dia bicarakan denganku."

"Dengan pakaian seperti itu?"

"Kenapa?" Itachi terkekeh pelan. Mendapati wajah Sasuke yang sudah tidak bisa dijabarkan seperti apa kondisinya, ia yakin jika adik bungsunya sedang merasa kesal sekarang. Menggoda Sasuke sedikit sepertinya ide yang cukup bagus. "Aku sekalian pergi berkencan."

"Ah, begitu." Sasuke mengangguk sekali. "Baiklah, kalau begitu selamat bersenang-senang." Sasuke hendak pergi ke kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Itachi. Namun, Itachi segera bergeser untuk menghalangi jalan.

Sembari melipat tangan di dada, Itachi berbicara, "Ada apa?" tanyanya. Tidak ada lagi acara menggoda atau apa pun. Perubahan sikap Sasuke sejak semalam membuat Itachi yakin ada hal yang ingin Sasuke bahas dengannya. Namun, ia tak tahu hal apa itu. "Kalau ada yang ingin kau bicarakan padaku, katakan saja."

Sasuke kembali menggeleng, kali ini dibarengi senyum yang malah terlihat aneh di mata Itachi. "Nanti saja," balasnya. "Bukankah kau akan ke rumah Sakura?"

"Benar. Tapi, aku masih memiliki sedikit waktu untuk mendengar apa yang akan kau katakan."

Sasuke menghela napas. "Ini bukan obrolan yang akan selesai dalam waktu sepuluh menit," ujarnya. "Kita akan berbicara nanti, setelah kau pergi menemui Sakura dan juga ... berkencan."

"Oke." Itachi mengangkat bahu seraya menyingkir dari jalan. "Kita bicara setelah aku pulang berkencan," lanjutnya santai. Mulai berjalan menuruni undakkan tangga dengan tatapan tajam Sasuke yang mengiringi langkahnya.

Tetangga Idaman (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang