Empat Puluh Tiga

973 174 16
                                    

Harap-harap cemas adalah yang Sakura rasakan sekarang. Sekitar tiga puluh menit lalu, Naruto menghubunginya bahwa lelaki itu akan mempertemukan Sasuke dan juga Hinata saat jam makan siang. Jadi, ketika acara mengajarnya telah berakhir, Sakura buru-buru pergi ke tempat yang Naruto ssebutkan setelah memesan taksi,  duduk di salah satu kursi paling pojok untuk memantau situasi. Tak lupa, ia mengenakan topi yang dibelinya ketika di perjalanan menuju kafe untuk menyamarkan rambut gulali yang mencolok.

Kepalanya segera menunduk saat mendapati dua orang yang dikenalnya berjalan beriringan melewati pintu kafe menuju kursi paling ujung.  Beruntung bagi Sakura karena kedua orang tersebut tidak memilih kursi yang mengharuskan mereka melewat ke arahnya, atau berada di dekatnya, atau hal merepotkan lainnya yang menyulitkan Sakura keluar dari kafe nantinya. Sakura menghela napas lega karenanya.

Omong-omong, Jika dilihat-lihat, mereka berdua sudah seperti pasangan serasi yang akan saling mencintai sampai mati. Namun sayang, itu hanya ada dalam pikiran orang yang memiliki kecenderungan tertentu. Karena keduanya memiliki gender yang sama, yaitu laki-laki.

Dari tempatnya sekarang, Sakura bisa melihat dengan jelas ke tempat dua orang tersebut meski tak bisa mendengar percakapannya. Masa bodo dengan percakapan! Toh, Sakura hanya ingin memastikan apakah Naruto berkata jujur padanya atau berbohong. Tapi, saat mendapati ada sosok lain—yang sempat ditemuinya beberapa hari ke belakang tetiba saja menghentikan langkah di dekat pintu masuk, Sakura percaya bahwa Naruto berkata jujur padanya.

Buru-buru, tangan Sakura mengambil ponsel yang ada di tas kerjanya kemudian menyalakannya. Membuka aplikasi pesan, lalu mengetikkan sesuatu dengan cepat di sana. Setelah memastikan pesannya terkirim, Sakura mengulas senyum, kembali memasukkan ponsel berwarna metalik tersebut ke dalam tas kerjanya. Mulai menikmati segelas jus strawberry pesanannya  yang baru saja tiba dengan tenang.

.

.

.

"Tunggu aku di tempat parkir. Lima belas menit lagi aku menyusulmu."

Hawa dingin yang menusuk tiba-tiba saja Naruto rasakan pada tengkuknya ketika ia membaca deretan kalimat yang  seseorang kirimkan padanya. Manik sebiru lautnya berpendar, Memastikan bahwa mungkin orang yang mengiriminya pesan tersebut hanya mengerjainya.

Naruto bergegas masuk ke dalam mobil, bersiap untuk pergi dari tempat  laknat yang berhasil membuat dirinya hampir mengalami serangan jantung dadakan. Namun, belum sempat ia menyalakan mobilnya, tetiba saja ponselnya berdering, membuat Naruto berjengit karena terkejut.

Kali ini apa lagi? Astaga.

Netra sebiru laut Naruto terbelalak, ponsel dalam genggamannya hampir terjatuh jika  saja ia tak cepat mengendalikan diri.

Tetangga Idaman (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang