Tiga puluh tujuh

966 211 18
                                    

Sakura sudah selesai bersiap-siap saat mendengar seseorang mengetuk pintu rumahnya dari luar.

Itu pasti Gaara. Pikir Sakura jika mengingat kurang dari lima belas menit lagi tepat pukul sembilan pagi.

Setelah membereskan peralatan make-up yang baru saja ia pakai ke dalam wadah lalu kembali menaruhnya kembali ke meja rias, Sakura bergegas menuju ruang tamu untuk membuka pintu.

"Gaar- lho, Sasuke?"

Sakura sedikit terkejut saat mendapati Sasuke-lah orang yang ada di balik pintu rumahnya, bukan Gaara. Ia mengangkat sebelah alisnya, menyadari jika kini jelaga tak berdasar Sasuke tengah memperhatikan penampilannya dari bawah hingga ke atas.

Sakura berdeham, berharap apa ia lakukan bisa menghentikan aksi terang-terangan yang Sasuke lakukan sebelum rona merah disertai rasa panas menjalar di kedua pipinya, lalu merambat ke wajah bahkan telinga. Jujur, diperhatikan seperti itu oleh seorang pria tampan -meski berpenampilan berantakan karena sepertinya baru bangun tidur- membuat Sakura merasa salah tingkah dan juga canggung.

"Ada apa?" tanya Sakura setelah fokus Sasuke kembali padanya, benar-benar padanya, bukan penampilannya.

"Kau akan pergi?" tanya Sasuke balik.

Sakura mengusap tengkuknya dengan gerakan kaku. " Uh, ya. Seperti yang kau lihat," jawabnya sambil mengangkat bahu.

Ia tidak mungkin mengatakan tak akan pergi ke mana pun di saat penampilannya benar-benar terlihat sebaliknya. Dress tanpa lengan bermotif bunga sakura dengan panjang sebatas lutut dipadukan dengan high heels setinggi tiga centi meter, juga tatanan rambut yang ia bentuk menjadi sedemikian rupa sudah cukup menjadi bukti. Sangat jauh dari penampilan kesehariannya yang selalu mengenakan celana pendek serta t-shirt.

"Baiklah, aku akan kembali lagi nanti."

Sakura segera memegang bahu Sasuke sebelum lelaki itu berbalik untuk pergi.

"Apa ada hal penting?" ulangnya. Tatapan matanya memancarkan kekhawatiran yang berhasil membuat satu senyuman terbit di bibir Sasuke.

"Tak ada," balas Sasuke. "Aku hanya merasa butuh teman bicara."

"Kau ada masalah?"

"Tidak, tidak, Sakura." Sasuke menggeleng cepat. "Sudah ku bilang tidak ada, kan?"

"Kau yakin?" tanya Sakura lagi, memastikan.

Sasuke mengangguk mantap.

"Oke, baiklah. Aku percaya padamu," ujar Sakura diiringi helaan napas. "Lalu, kenapa kau kemari?"

Sasuke mendengus. "Sudah kubilang aku hanya butuh teman mengobrol."

Ah, oke. Sepertinya otak Sakura tidak bekerja dengan benar akhir-akhir ini.

"Tapi, karena kau ingin pergi ..." Sasuke mengangkat bahu. "Kurasa aku akan pulang."

Sakura segera menarik lengan Sasuke saat lagi-lagi lelaki itu hendak pergi. "Kita bisa mengobro-"

"Teman kencanmu sudah datang," sela Sasuke saat mobil berwarna putih berhenti di pekarangan rumah Sakura. "Dan kita bisa mengobrol nanti?" lanjutnya dengan nada bertanya.

Sakura hanya menghela napas, kemudian memberi anggukkan persetujuan untuk Sasuke. Tersenyum tipis saat Gaara melambai ke arahnya sembari mengedipkan sebelah mata. Ia tertawa dibuatnya.

"Baiklah, kita akan mengobrol nanti," ujar Sakura. Melepaskan tangannya dari lengan Sasuke. "Seperti katamu, karena teman kencanku sudah datang, aku harus bersiap-siap sekarang."

Sasuke tersenyum. "Kau sudah terlihat cantik, mau melakukan persiapan apalagi?"

"Oke, Terima kasih atas pujianmu, Tuan," balas Sakura. "Tapi, bukankah aku harus terlihat sempurna di acara kencanku?"

Tetangga Idaman (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang