Tiga Puluh Dua

985 211 28
                                    

"Maaf, Hinata. Ini mungkin gila, tapi sekarang ini, aku telah menyukai seseorang."

"M-menyukai seseorang?" Kepala Hinata menunduk, menyembunyikan ekspresi wajah juga air matanya yang terus berjatuhan. Kedua tangan yang berada di sisi tubuhnya terkepal dengan erat, berusaha sekuat tenaga untuk menahan emosi yang sebentar lagi akan meledak. "Apakah dia? Perempuan dengan rambut aneh itu?"

Sasuke menghela napasnya, saat tatapannya teralih pada vas bunga yang terdapat di meja kecil sudut ruangan.

"Kau tidak perlu mengetahui siapa orang yang kusukai."

"Tidak, aku yakin pasti dia."

"Jika pun iya, itu sudah bukan urusanmu." Sasuke kembali menatap Hinata yang kini sudah melayangkan tatapan tajam ke arahnya, sarat akan amarah dan juga keputusasaan. "Aku sudah mengatakan padamu jika hubungan kita telah berakhir."

"Aku belum menyetuju—"

"Kau mencintai Naruto!" Sasuke berteriak, mengusap wajahnya secara kasar dengan punggung tangan. Emosi yang sudah susah payah ditahannya akhirnya keluar. "Dan sekarang, dia sudah mengetahuinya, dia juga menyukaimu. Kalian bisa menjalin hubungan tanpa melibatkan perasaan orang lain. Tanpa menghancurkan kepercayaan orang lain. Tanpa membuat hancur hati orang lain."

"Sas—"

"Diam!" Sasuke memperingatkan Naruto melalui ekor matanya. "Itu juga berlaku untukmu. Jika kau mencintai seseorang, katakan. Jangan hanya memendamnya seperti orang tolol."

Sasuke berdiri, menatap Naruto yang sudah kehilangan kata-kata untuk membalas ucapannya.

"Aku tegaskan sekali lagi, peranku sudah selesai." Sasuke menarik napas dengan kuat. Merasakan dadanya yang tiba-tiba menjadi sesak padahal sebelum ini ia baik-baik saja, benar-benar baik-baik saja. Mungkin karena perasaan kecewa yang ia rasakan untuk keduanya jauh lebih dalam dari yang ia duga, atau hal lain? Entahlah. Ia tak peduli. "Hubungan kita sudah selesai," lanjutnya.

"Tidak, hubungan kita belum selesai, Sasuke." Hinata menggeleng. "Bukankah kau bilang kau mencintaiku? Kau juga mengatakan akan melakukan apa pun untukku, kan?

Rahang Naruto mengetat saat mendengar penuturan Hinata. Bibirnya terkatup rapat dengan pandangan mata menggelap. Bayangan tentang apa yang terjadi antara dirinya dan juga Hinata beberapa hari lalu kembali berputar di kepalanya. Membuat ia menggertakkan giginya tanpa sadar. Apa yang baru saja Hinata katakan? Bukankah Hinata mengatakan menyukainya? Lalu sekarang? Ia mendengus tak percaya. Namun terlalu sulit untuk mengeluarkan sepatah kata saja karena semuanya seolah tersangkut di tenggorokkan.

"Mencintaimu, ya?" Sasuke bergumam. "Entahlah. Mungkin ya, mungkin juga tidak. Aku sendiri bingung, apakah dulu aku benar-benar mencintaimu atau hanya terobebsi padamu." Sasuke mengangkat bahu seolah apa yang baru saja keluar dari  celah bibirnya bukanlah hal besar.

Sasuke hendak pergi— demi Dewa Jashin, Ia ingin pergi secepatnya pergi dari tempat laknat ini, namun perkataan Hinata kembali menahannya. Sial! Kapan pembicaraan ini akan selesai!

"Tidak, Sasuke. Kau tidak bisa mengakhiri hubungan kita semudah membalik telapak tangan."

"Tapi kita juga tak bisa meneruskan sebuah hubungan tanpa adanya cinta, Hinata."

"Kau mencintaiku!"

Sikap keras kepala Hinata yang terkadang membuat Sasuke mengalah, tak berdaya. Dan itu masih menjadi salah satu senjata yang menjadi kelemahannya.

"Oke, baik." Sasuke kembali duduk di tempatnya. Menatap Hinata yang kini seolah tengah menantangnya. "Aku tak pernah mencintaimu, tak pernah sedikit pun. Dan jika kau penasaran dengan siapa orang yang aku sukai, maka tebakanmu benar. Aku menyukai gadis berambut merah muda itu. Aku menyukai Sakura. Apa jawabanku membuatmu puas?" tanya Sasuke dengan tidak sabar. "Pembicaraan kita sudah selesai. Kalian bisa pulang sekarang."

Tetangga Idaman (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang