Empat puluh delapan

906 155 10
                                    

Begitu memasuki ruang makan keluarga Uchiha, Sakura langsung disambut oleh lambaian tangan Itachi serta senyum keibuan Mikoto. Sakura mengulas senyum tipis untuk membalas keduanya. Duduk disalah satu kursi kosong saat Mikoto mempersilahkan.

Sasuke datang tak lama kemudian, duduk di kursi kosong yang berada tepat di sebelah Sakura.

Sebelum mereka sampai di ruang makan, Sasuke mengatakan bahwa lelaki itu akan ke kamarnya terlebih dahulu untuk mengganti baju. Dan yah, Sasuke memang benar-benar mengganti bajunya meski celana yang dikenakannya masih tetap sama.

"Maafkan aku Sakura, aku hanya menyiapkan ini." Suara Mikoto menginterupsi Sakura yang tanpa sadar sibuk memperhatikan penampilan Sasuke. Ekspresi bersalah tercetak nyata di wajah senja Mikoto. "Jika si bodoh ini mengatakannya lebih awal, aku pasti akan menyiapkan lebih banyak makanan."

Sakura menggelengkan kepala saat matanya mengabsen satu persatu hidangan yang ada di atas meja porselen. "Ini sudah lebih dari cukup, Bibi," ujarnya disertai senyum. Sakura berkata jujur, hidangan yang tersaji di meja makan menurutnya memang sudah cukup. Toh, ia juga bukan perempuan rakus yang memiliki porsi makan banyak.

Mereka makan dengan tenang sambil sesekali diselingi dengan obrolan ringan meski suara alat makan yang saling beradu lebih mendominasi.

Untuk ketiga kalinya, Sakura mencomot tempura udang. Sejak awal ia mendudukkan diri di sana, fokusnya memang sudah mengarah pada makanan bercita rasa gurih yang membuat liurnya hampir menetes. Hampir.

"Kau pasti sangat menyukai itu."

Bisikan yang berasal dari kursi disebelahnya membuat pipi Sakura bersemu. Ia mengangguk membenarkan tanpa berniat mengelak.

"Ini makanan favoritku sejak kecil."

"Lain kali, aku akan membuatkan untukmu."

Sakura mengangkat sebelah alisnya, ingin sekali tertawa dengan apa yang baru saja Sasuke katakan.

"Kau bisa memasak?"

"Tidak. Tapi kalau hanya tempura udang—"

"Terima kasih, aku masih menyayangi nyawaku."

"Kau tenang saja, aku tak akan membuatmu mati hanya karena tempura udang buatanku."

Sebelum Mikoto dan Itachi mendengar percakapan tak jelas mereka, Sakura tak mengatakan apa-apa lagi setelah itu. Memilih untuk menyantap makanannya dengan tenang—tentu saja dengan mengabaikan Sasuke yang beberapa kali mencoba menggodanya.

.

.

.

Ia memutuskan untuk membantu membereskan bekas makan malam mereka, mengumpulkan alat makan kotor lalu menaruhnya di bak cuci piring. Sakura tak bisa diam saja setelah ia menghabiskan hampir separuh porsi tempura udang yang ada di meja makan.

Itachi langsung pergi begitu saja, katanya ingin pergi ke mini market untuk membeli sesuatu. Sedangkan Sasuke, pria yang memiliki gaya rambut bak bokong ayam itu masih duduk manis, memperhatikan Sakura yang kini mencuci piring kotor bersama dengan sang ibu.

Sudut bibirnya berkedut menahan tawa, benaknya membayangkan hal-hal yang tak seharusnya Sasuke bayangkan. Apa jadinya jika Sakura menjadi istrinya? Ia akan melihat pemandangan indah ini setiap hari. Lalu, ekspresinya berubah murung saat menyadari satu hal; hubungannya dengan Sakura dan segala ketidakjelasannya.

Astaga. Sasuke ingin sekali memukul kepalanya sendiri.

"Sasuke?"

Panggilan dari sang ibu membuat Sasuke berjengit dan langsung tersadar dari lamunan sesaatnya. Ia menatap Mikoto dengan ekspresi bertanya.

Tetangga Idaman (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang