Mulut Sasori membentuk huruf 'o' saat mendengar penjelasan Sakura tentang alasan apa yang menyebabkan Sasuke menerima dengan mudah saran gila yang diusulkan saudara kembarnya itu. Jujur, Sasori merasa terkejut. Ia tak menyangka jika hubungan asmara pemuda keturunan ayam yang menjadi tetangga Sakura begitu mengenaskan. Yah, meski pun hubungan asmaranya di masa lalu jauh lebih mengenaskan, sih.
Jika Sasori berada di posisi Sasuke, ia juga akan melakukan hal yang sama tanpa perlu berpikir terlebih dahulu. Dijadikan kekasih hanya untuk membuat orang lain cemburu? Oke, Sasori ingin mengacungkan jari tengah untuk wanita gila yang sayangnya cukup cantik itu.
Tapi, yang membuat Sasori lebih terkejut lagi adalah saat mengetahui siapa sebenarnya orang yang disukai oleh perempuan itu.
Mungkin benar, dunia memang sudah tua dan sebentar lagi akan binasa.
"Gila! Aku tak menyangka akan ada yang menyukai si kuning bodoh itu!"
Sakura langsung melemparkan bantal yang ada di pangkuannya tepat ke wajah Sasori dengan perasaan kesal. Bukan apa-apa, meski pun ia sangat ingin menendang Naruto sampai ke planet Jupiter sana, tapi lelaki berisik itu tetaplah temannya.
"Kau ingin mati, ya!" Kenapa malah melemparku dengan ini?" Sasori segera melemparkan bantal yang ada di tangannya ke sembarang arah kemudian mengusap hidungnya yang sedikit Berdenyut nyeri. Meski hanya sebuah bantal, tapi jika dilemparkan dengan kekuatan monster milik Sakura tetap saja akan terasa menyakitkan.
"Seharusnya aku melemparmu dengan vas bunga." Sakura menunjuk vas bunga yang ada di atas meja dekat tangga.
Sasori mendengus. "Aku hanya mengeluarkan apa yang berkeliaran di otakku, sialan!"
"Biar bagaimana pun, Naruto tetap teman kita."
"Oke." Sasori mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. "Tapi—"
"Entahlah, aku sendiri bingung." Seolah tahu apa yang akan Sasori katakan, Sakura menyelanya cepat. "Jujur, saat Sasuke mengatakan menyukaiku, aku merasa senang. Dan—"
"—dan?"
"Dan Sasuke mengatakan jika ia merasa takut."
"Takut?"
Sakura mengangguk. "Sasuke mengatakan kalau ia takut jika perasaan sukanya padaku hanyalah sebuah obsesi."
"Bagus." Sasori berdiri, menggulung lengan kemejanya hingga sebatas siku dengan perasaan menggebu. "Itu alasan yang bagus untukku menendang pantatnya."
"Duduk, atau aku yang akan menendang pantatmu," perintah Sakura mutlak. Terdengar tegas dan tak bisa dibantah.
Sasori menampilkan ekspresi jengkel.
"Aku sudah berbaik hati menerima ajakanmu untuk menginap di sini, dan kau akan pergi? Kau tidak sopan sekali," cibir Sakura lagi.
Sasori yang sudah mengambil kunci mobilnya, bersiap pergi untuk menendang pantat manusia keturunan ayam bernama Uchiha Sasuke akhirnya memutuskan kembali duduk saat mendengar perkataan Sakura yang sialnya benar.
"Mengenai masalah Sasuke, biar aku yang menyelesaikannya."
Bibir Sasori terkatup rapat. Matanya masih setia memperhatikan Sakura yang tengah memakan kue kering dalam toples kaca dengan tenang. Namun, ekspresi wajahnya terlihat sedikit murung. Sasori tahu jika Sakura tengah memikirkan banyak hal mengenai pemuda pantat ayam itu.
"Yah, aku hanya berjaga-jaga," ujar Sasori pada akhirnya.
"Aku bukan gadis SMA yang baru pertama kali menjalin hubungan romansa, Sasori."