Enam Belas

1.2K 235 21
                                    

Suasana ruang tengah yang tadinya bising oleh tiga lelaki berbeda warna rambut kini berubah hening saat Sakura berjalan tergesa—mungkin setengah berlari dengan napas yang tersengal menuju dapur. Meminum air dingin yang diambilnya dari lemari es sebanyak-banyaknya saat ia merasakan panas yang menjalar dari pipi ke seluruh bagian wajah. Ia masih mengibaskan kedua tangannya, berharap angin yang berhembus tidak terlalu kencang itu bisa sedikit meredakan panas itu. Namun, perbuatannya seolah sia-sia.

"Sial! Apa yang telah aku lakukan?" Sakura memukul kepalanya berkali-kali dengan frustasi, merasa marah dengan dirinya sendiri. Bagaimana mungkin ia berubah menjadi wanita super binal? Astaga. Sakura bergidik ngeri saat membayangkan apa yang telah ia lakukan pada Sasuke beberapa menit lalu. "Benar. Sepertinya aku memang sudah gila," racaunya seraya berlalu menjauh dari dapur.

Saat Sakura kembali melintasi ruang tengah hendak menuju kamar, ia mendapati ketiga bajingan tampak tengah menatap penasaran ke arahnya. Apalagi dari Itachi. Pantas saja ruang tengahnya tiba-tiba hening dan mencekam.

"Ada apa?" Sakura bertanya setelah Berdeham. Membersihkan sesuatu—mungkin biji kedondong yang saat ini tengah tersangkut di tenggorokannya.

Ketiganya tampak saling pandang. Lalu setelah itu, Naruto serta Itachi kompak menatap Sasori dengan alis naik turun. Sedang Sakura kini menampilkan tatapan awasnya. Tengkuknya kini terasa dingin, Sakura yakin  sesuatu yang buruk akan terjadi sebentar lagi. Dan Sakura juga sangat yakin jika itu berhubungan dengan hal bodoh yang baru saja ia lakukan.

Sialan lagi!

Sasori yang mengerti arti tatapan tersebut hanya bisa menghela napas dengan perasaan dongkol. Tapi karena di sini dialah yang paling mengenal dan juga mengkhawatirkan Sakura, jadi dia akan berbaik hati.

"Kau baik-baik saja?" todong Sasori tanpa basa-basi.

"Siapa?"

"Kau."

"Aku?" Sakura menunjuk dirinya sendiri.

"Ya, kau."

"Aku baik-baik saja," kata Sakura. "Kenapa? "

"Kau berjalan mengalahkan kecepatan cahaya, aku kira terjadi sesuatu."

Sakura mendengus mendengar perkataan Sasori. Tubuhnya ia sandarkan pada dinding sembari melipat tangan. "Tidak terjadi apapun," tegas Sakura.

"Kau yakin?"

"Tentu." Sakura mengangguk mantap.

"Wajahmu memerah," kata Sasori dengan pandangan menyelidik. "Apa kau demam?"

Ah, sial! Ia ingin mengubur dirinya sekarang juga. Kenapa wajahnya masih memerah padahal ia sudah banyak meminum air dingin. Bayangan itu kembali hadir dan membuat pipinya semakin memanas.

Sakura menyelipkan anak rambut yang membingkai wajahnya ke belakang telinga. Terlihat salah tingkah dan menggelikan di penglihatan Sasori hingga lelaki itu memutar bola matanya karena jengah.

"Mungkin karena di luar dingin?" kata Sakura ragu. "Ya, sepertinya memang begitu," tambahnya seraya menganggukkan kepala.

Ketiganya kini memandang aneh Sakura. Terutama Itachi. Oke, lagi-lagi Itachi.

Penglihatan super tajam yang dimilikinya membuat Itachi bisa melihat hal-hal kecil yang tak bisa dilihat oleh orang lain. Bukan makhluk astral atau semacamnya, tapi hal-hal yang jarang orang lain perhatikan padahal itu adalah hal yang sangat penting. Seperti sekarang ini. Jika perkiraannya tepat, ada hal yang terjadi antara Sakura dan juga Sasuke di luar sana. Mata Itachi kini  memicing, lalu diam-diam menampilkan seringai—mungkin Sasuke akan mengatakan bahwa itu adalah seringai menyebalkan milik bajingan kelas teri.

Tetangga Idaman (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang