Lima puluh enam

783 136 7
                                    

"Shion, aku akan berbicara langsung pada intinya." Sasuke menatap tepat pada netra Shion. "Aku akan menikah dengan Sakura."

Untuk beberapa saat lamanya, tak ada yang membuka suara. Bibir berpoles lipstik merah milik Shion masih membentuk segaris tipis. Netranya membalas tatapan Sasuke tanpa gentar. Tak ada ekspresi berarti di wajahnya.

Baik Sasuke mau pun Sakura, keduanya menjadi was-was sendiri. Entah apa yang akan Shion katakan setelah ini.

Hela napas yang berasal dari Shion terdengar. Sudut bibirnya kini terangkat sedikit, dan satu detik berikutnya berubah menjadi kekehan pelan.

"Jadi, kau mengajakku bertemu hanya untuk mengumumkan pernikahan kalian?" Shion berbicara dengan nada santai. Bukan nada mengejek seperti yang biasa perempuan itu berikan pada Sakura. "Wah, aku tak menyangka kalau kau akan menikahi si wanita bar-bar ini."

Wajah Sakura menekuk, matanya menyipit, memberi pelototan tergarang yang ia punya untuk Shion. Namun, ia masih tak mengeluarkan suaranya, belum. Ia benar-benar akan membiarkan Sasuke menyelesaikan semuanya dan menjadi anak baik. Juga, menahan emosinya yang kembali merangkak naik.

Apa-apaan julukan itu? Wanita bar-bar?

"Tapi, selamat untuk kalian." Kali ini Shion tersenyum, terlihat tulus hingga kedua matanya menyipit.

Sakura sampai dibuat melongo karenanya. Bahkan, merinding sendiri. Ia melirik Sasuke, dan berekspresi tak jauh beda dengan dirinya.

"Kenapa kalian berekspresi seperti itu?" Shion bertanya, nada bicaranya kembali seperti semula. Terdengar menyebalkan hingga telinga Sakura menjadi kebas. "Aku paham kenapa kau mengajakku bertemu." Netranya beralih pada Sasuke. "Tapi, apa yang kau takutkan tidak akan terjadi, Sasuke. Aku bisa menjamin itu."

Lagi, Shion tersenyum. Dan lagi-lagi, Sakura bergidik ngeri.

"Kita sudah dewasa, aku bukan wanita jahat yang akan tega merusak rumah tangga orang lain seperti tokoh dalam beberapa novel yang sering aku baca."

Sekarang, Sakura merasa merinding sendiri. Tidak menyangka jika perempuan semenyebalkan Shion bisa mengeluarkan kata-kata super bijak seperti itu.

Sasuke menghela napas lega, kemudian mengulas satu senyum untuk Shion. Memberi remasan pelan pada kemari Sakura yang sadari tadi masih dalam genggamannya sebelum ia berbicara, "Terima kasih."

Shion mengangkat alis. "Kenapa harus berterima kasih?" tanya Shion. "Sudah seharusnya seperti itu, 'kan?"

Sasuke mengangguk saat Shion melanjutkan perkataannya. "Dan aku benar-benar tak menyangka jika kau akan kembali bertekuk lutut pada wanita. Maksudku, setelah Karin," sambung Shion saat mendapati raut tak mengerti dari Sasuke.

Sasuke kembali terkejut, berdeham dengan canggung saat merasakan ada delikan tajam dari perempuan di sebelahnya. Ia tak menyangka jika Shion  benar-benar seorang wanita yang sangat peka akan sesuatu.

"Aku serius, Sasuke." Shion bersuara dengan wajahnya yang berubah masam. "Meski tak ingin mengakuinya, tapi aku bisa melihat dengan jelas jika kau benar-benar jatuh cinta pada si wanita bar-bar ini. Matamu mengatakan semuanya." Shion kembali menyeringai saat raut jengkel hadir di wajah Sakura. Namun juga ada rona merah yang perlahan hadir di kedua pipinya. Ia mendengus keras karena hal tersebut. Menurutnya, Sakura sudah seperti anak SMA yang baru pertama kali merasakan indahnya jatuh cinta. Digoda sedikit, langsung malu-malu kucing.

"Jika kalian ingin menikah, menikah saja. Jangan takut dengan apa yang belum tentu terjadi. Maksudku... " Shion memandang Sakura, lagi. "Meski itu kau, aku tak pernah mau menjadi orang ketiga dalam hubungan seseorang," lanjutnya. "Aku tak akan melakukan kesalahan yang sama seperti dulu." Kemudian beralih pada Sasuke. Ia yakin, jika Sasuke mengerti maksud ucapannya.

Tetangga Idaman (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang