Tiga Puluh Empat

1.1K 230 26
                                    

Note: pokoknya kalian harus komen! Wkwk

Sakura mengamati suasana kamar yang saat ini sedang ia kunjungi. Ada tempat tidur berukuran besar di tengah ruangan serta lemari pakaian tak jauh dari sana. Lalu, kamar mandi yang letaknya berada di sudut ruangan. Sofa berwarna biru tua yang tengah ia duduki tepat berseberangan dengan tempat tidur. Sakura kembali mengedarkan pandangannya ke sekeliling, menemukan banyak sekali hal-hal menarik di sini, di kamar Sasuke. Beberapa action figure berjajar rapi di lemari kaca berukuran cukup besar yang berada tepat di samping lemari pakaian.

Hobi yang dimiliki lelaki itu sepertinya cukup unik.

"Aku tak menyangka kau menyukai hal-hal seperti ini," gumam Sakura.

"Apa?"

Ia terlonjak serta hampir mengeluarkan umpatan saat mendapati Sasuke yang baru saja keluar dari kamar mandi. Sudah rapi dengan pakaian santainya serta bau alkohol yang menguar dari tubuhnya sudah tak tercium lagi. Tetes-tetes air dari rambut hitamnya terlihat, menandakan jika lelaki itu baru saja keramas.

"Mau ku bantu mengeringkan rambutmu?" tawar Sakura, dengan nada ragu serta kepala yang menunduk. Menyembunyikan sesuatu yang tak seharusnya Sasuke lihat, senyum bodohnya.

Sasuke mengangkat alisnya, kemudian terkekeh pelan. Melemparkan handuk yang tersampir di lehernya ke arah Sakura kemudian menyamankan diri di karpet dekat sofa.

Sakura menerima handuk tersebut, pipinya terasa hangat entah karena apa. Yang pasti, saat ia mulai mengeringkan rambut Sasuke, cara kerja jantungnya menjadi lebih cepat daripada yang seharusnya. Sedari awal ia memasuki ruangan sakral milik Sasuke ia sudah bertanya-tanya. Apa yang akan Sasuke bicarakan? Kenapa malah mengajaknya ke kamar?

Astaga. Serius, ia seorang perempuan berusia matang dan juga normal, dan hal-hal yang tak harus ia pikirkan mampir begitu saja di kepalanya. Siapa saja pasti akan berpikiran berpikiran sama dengan apa yang ia pikirkan. Benar, kan? Namun, ia tak ingin berpikir lebih jauh lagi. Berpikir positif adalah yang terbaik sekarang. Mungkin alasan Sasuke mengajak ia ke kamarnya karena tak ingin pembicaraan yang akan mereka lakukan terganggu oleh siapa pun. Ya, sepertinya memang seperti itu.

"Aku lapar. Haruskah kita makan terlebih dahulu?"

Gerakan tangan Sakura yang tengah mengusap rambut Sasuke terhenti, merasa heran dengan perkataan lelaki itu. Namun, karena perutnya juga sudah bergemuruh, ia akhirnya menyetujui usul Sasuke. Berbicara saat perutmu kosong hanya akan membuat sebuah kesalahpahaman dan berakhir buruk. Setidaknya itu kepercayaan yang sekarang  Sakura pegang.

Karena di antara mereka tak ada yang bisa berteman baik dengan dapur, kedua manusia berbeda warna rambut itu akhirnya memutuskan untuk mengunjungi restoran cepat saji yang letaknya tak begitu jauh dari kediaman mereka. Berjalan kaki sembari menikmati udara malam yang cukup dingin. Awalnya Sakura ingin pergi ke kedai ramen dekat halte bus, namun karena tempat itu selalu ramai, akhirnya gadis itu mengurungkan niatnya. Sesekali memakan makanan cepat saji tidak akan membuatnya cepat mati, kan?

Sakura mengenakan mantel tebal untuk melindungi tubuhnya dari rasa dingin, sedangkan Sasuke hanya mengenakan hoodie berwarna hitam.

Tak ada percakapan yang terjadi selama mereka menyantap makanan, keluar dari restoran cepat saji sampai berada di taman kota yang letaknya tak jauh dari sana. Jam menunjukkan pukul delapan malam lebih beberapa menit, dan Sasuke masih belum membicarakan hal yang akan lelaki itu bicarakan padanya.

Sakura menghela napas, memilih untuk pasrah meski pun ia merasa sangat penasaran. Menikmati suasana malam serta cuaca yang dingin di taman kota dengan seorang pria tampan adalah hal yang cukup baik baginya.

Tetangga Idaman (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang