Siang ini penampilan Uchiha Sasuke sudah rapi. Setelan yang dikenakannya adalah setelan santai seperti biasa. Sama sekali tak ada niatan untuk terlihat tampan atau melakukan apapun yang dapat membuat kaum hawa memekik tertahan saat melihatnya. Toh, apa pun yang ia kenakan hasilnya akan tetap sama, dirinya akan tetap terlihat tampan, tampan dan tampan.
Sasuke memutar sepasang bola mata sehitam arangnya, mulai merasa jengah dengan pemikirannya sendiri yang terkadang sedikit rada-rada. Oke, ia memang tampan. Tapi tak perlu terlalu narsis juga, 'kan? Lupakan!
Rencananya, Sasuke akan menemui Hinata saat makan siang nanti untuk melakukan penebusan dosa serta menjelaskan alasan apa yang membuat dirinya membatalkan acara kencan mereka pada kekasihnya yang memiliki paras cantik, tutur kata yang lembut serta tingkah laku yang anggun. Sasuke yakin jika Hinata akan memaafkannya jika ia menjelaskan serta meminta maaf dengan benar.
Maka dari itu, sepulangnya dari minimarket untuk menjalankan misi dari ibunda tercinta, Sasuke langsung menghubungi Hinata untuk mengajaknya bertemu. Dan kekasihnya itu menyetujui ajakannya meski pun dengan nada bicara yang rada ketus. Ah, itu masih mendingan daripada ajakannya ditolak, kan?
Waktu menunjukkan pukul setengah sebelas siang ketika Sasuke melintasi ruang tamu menuju dapur. Masih ada sekitar setengah jam lagi untuknya bersantai sebelum akhirnya menjemput Hinata di tempat kerja perempuan itu pukul sebelas nanti.
Jadi, Sasuke memutuskan untuk mengambil beberapa butir tomat di dalam lemari es kemudian mengambil blender yang ada di dekat kompor. Sasuke menggelengkan kepala, merasa heran dengan kelakuan aneh sang ibu yang terkadang menyimpan barang tak sesuai dengan tempatnya. Ia ingat, ibu Ratu Mikoto juga pernah menyimpan mie instan ke dalam lemari es. Memilih untuk tak ambil pusing, Sasuke segera memotong tomat-tomat berwarna menggoda tersebut, memasukkannya ke dalam gelas blender lalu mencampurnya dengan sedikit air serta es batu.
Tatapan iba ia berikan ketika tomat-tomat kesayangannya yang hancur lebur sesaat setelah tangannya menekan salah satu tombol yang terdapat disalah satu bagian mesin penghancur tersebut. Namun tak lama kemudian, sebuah seringai keji terbit di bibir Sasuke layaknya seorang psikopat tampan pujaan readers dunia oren.
"Maafkan aku." Sasuke mulai bermonolog ria. "Aku telah menghancurkan rupa indahmu. Tapi ...." Ia menjeda kalimatnya dengan mata berkilat. "Aku pastikan kau tak akan berakhir sia-sia."
Sasuke tertawa ketika mematikan blendernya. Menuangkan jus tomat ke dalam gelas yang sudah lebih dulu dipersiapkan kemudian menatapnya penuh damba. "Aku yakin kau akan menjadi sumber semangatku siang ini."
Itachi yang kini berada di ambang pintu hanya bisa mengangkat alisnya, menatap geli pada adik bungsunya yang sedikit gila. Lalu, menyeringai saat mendapati Sasuke hendak meminum minuman berwarna merah dalam gelas kaca tersebut. Otak cerdas dalam kepalanya sudah memikirkan sesuatu yang luar biasa.
"Aku tahu jika adikku sedikit gila, tapi aku tak tahu jika sudah separah ini."
Uhuk!
Sasuke terbatuk hebat, tersedak oleh jus tomat buatannya sendiri. Asap keluar dari kepalanya. Matanya yang berair serta memerah menatap nyalang ke arah Itachi yang kini tertawa keras dengan pinggang menyandar nyaman pada tepi meja makan.
"Kau ingin mati!" teriak Sasuke. Menyimpan jus tomat yang tinggal tersisa setengah ke dalam bak cuci piring kemudian menghampiri sang kakak yang kini hanya mengenakan celana pendek berwarna merah muda. Mengeplak bagian belakang kepalanya dengan kekuatan penuh. "Aku akan dengan senang hati mengabulkannya, Bajingan!"