Hinata mengekor di belakang Sasuke yang kini melangkahkan kakinya dengan tergesa menuju kediaman lelaki itu. Entah apa yang membuatnya begitu terburu-buru, yang pasti Hinata merasa ini akan berakhir buruk. Diam-diam menarik napas, menggigit bibirnya sendiri saat perasaan tak nyaman menyeruak begitu saja.
"Duduklah."
Hanya itu yang bisa Sasuke katakan sebelum berlalu menuju dapur.
Lelaki itu kembali tak lama setelahnya, membawa beberapa kaleng soda di atas nampan serta beberapa makanan kecil sebagai pelengkap di dalam toples kaca. Ia meletakkannya di atas meja, menatap Hinata selama beberapa detik kemudian menghela napas.
Sekeras apa pun ia mencoba, Sasuke tak bisa mengabaikan seorang perempuan terlalu lama meski pun ia sangat ingin melakukannya. Apalagi perempuan tersebut masih berstatus sebagai kekasihnya. Ingat, ia belum membicarakan apa-apa dengan Hinata perihal hubungan mereka ke depannya.
"Aku sudah menghubungi Naruto, dia akan tiba sebentar lagi," jelas Sasuke.
Hinata mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, ia mengambil satu kaleng soda, membukanya dengan cepat lalu meminumnya. Tenggorokannya tiba-tiba saja terasa kering dan ia tak mampu untuk sekedar membalas ucapan Sasuke.
"Aku akan membersihkan diri terlebih dahulu." Sasuke kembali beranjak dari sana tanpa perlu mendapat persetujuan dari Hinata.
Sebenarnya, ia berbohong. Dirinya hanya menghindari kecanggungan yang akan terjadi jika ia tetap berada di sana sebelum Naruto tiba. Ia juga tidak bisa melihat ekspresi Hinata yang menurutnya menyedihkan.
Sasuke baru turun saat melihat mobil Naruto sudah terparkir di pekarangan rumahnya— ia mengamatinya dari jendela kamar.
Sasuke menyamankan dirinya di sofa tunggal yang berhadapan langsung dengan Naruto dan juga Hinata. Entahlah, tapi Sasuke merasa sedikit bingung saat melihat Naruto memilih untuk duduk bersisian dengan perempuan yang masih berstatus sebagai kekasihnya tersebut. Bukannya ia merasa tak senang atau apa, tapi, bukankah seharusnya dirinya yang duduk di samping Hinata? Sasuke mendengus tanpa sadar.
Ia membalas tatapan tajam Naruto yang sedari tadi, bahkan ketika ia baru saja menjatuhkan tubuhnya, sudah mengarah kepadanya. Ia juga merasa sedikit bingung dengan sikap Naruto, kenapa dengan pria rubah itu?
Hinata masih menunduk dalam, seolah tengah mencoba untuk menyembunyikan wajahnya yang entah seperti apa. Sasuke juga mendapati kedua tangan Hinata saling meremas. Apakah karena gugup? Atau ... Karena hal lain?
Cukup lama mereka hanya diam, saling melemparkan tatapan tajam antara Sasuke dan Naruto. Hingga membuat pemuda yang memiliki gaya rambut seperti pantat ayam itu mulai merasa tak nyaman dengan atmosfer yang tercipta di antara mereka. Ia berpikir, mungkin sebentar lagi akan ada badai yang besar mengerjang kota, meluluhlantakkan segala yang ada jika mereka tak juga memulai pembicaraan.
Sasuke menarik napas dengan kuat kemudian mengeluarkannya. Sepertinya, memang ia yang harus memulai semuanya agar masalah yang mereka hadapi cepat selesai.
"Baiklah. Apa tidak ada yang ingin kalian jelaskan padaku?" Sasuke membuka percakapan, menatap kedua manusia yang kini duduk bersisian di sofa panjang. "Atau mungkin, ada yang ingin kalian tanyakan?" Jelaga hitamnya kini beralih pada Hinata.
"Hinata, aku yakin kau ingin menanyakan beberapa hal padaku. Benar, kan?" tanya Sasuke dengan nada datar. Pun dengan ekspresi yang ditunjukkan lelaki itu.
Hinata langsung mendongak tepat setelah Sasuke menyelesaikan perkataannya. Ia memberikan tatapan tak percaya untuk yang kedua kalinya. Bagaimana mungkin Sasuke bisa bersikap seperti itu padanya? Setelah tadi berbicara dengan nada tinggi, sekarang lelaki itu berbicara dengan nada datar. Ke mana Sasuke yang selalu berbicara dengan lembut serta mengulas senyum padanya?