Dua belas

1.2K 258 43
                                    

"Ada apa? Kau bertengkar dengan Sasuke?" Naruto bertanya ketika melihat wajah muram Hinata. Awan berwarna kelabu seolah mengelilingi seluruh tubuh perempuan yang kini tengah memasang seatbelt dengan ekspresi tak enak di pandang.

"Tidak, tidak ada apapun," jawab Hinata tanpa menatap Naruto.

"Baiklah." Naruto mulai melajukan mobilnya setelah memastikan Hinata duduk nyaman di tempatnya. Ia yakin, tak lama lagi Hinata akan membuka mulut untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Lagipula, ia juga sudah tahu alasan kenapa wajah Hinata seperti itu.

Selama hampir lima belas menit perjalan hanya diisi keheningan. Baik Hinata maupun Naruto, keduanya tak ada yang berniat membuka percakapan sama sekali. Naruto fokus dengan acara menyetirnya sedangkan Hinata dengan pemandangan membosankan dari balik kaca jendela mobil yang sudah sangat sering dilihatnya.

Matahari di atas sana sudah sangat terik pertanda waktu makan siang telah datang. Naruto memutuskan untuk singgah di salah satu kedai ramen yang mereka lewati. Sebenarnya Naruto tidak tahu kemana mereka akan pergi. Ia hanya mengikuti keinginan Hinata untuk memperbaikinya mood-nya yang buruk.

"Kita makan siang dulu," kata Naruto yang kini telah telah keluar dari mobilnya. Hinata hanya mengangguk menyetujui dan mulai berjalan menuju pintu masuk beriringan.

"Kau tahu apa alasanku mengajakmu keluar?" Hinata bertanya setelah menghabiskan satu porsi ramen berukuran jumbo. Sebenarnya itu masih kurang, tapi mungkin orang-orang akan memandangnya aneh jika ia kembali memesan porsi yang kedua.

Naruto yang kini tengah mengelap mulutnya dengan tisu  hanya mengangguk. "Sasuke membatalkan acara kencan kalian?" katanya dengan nada pura-pura bertanya.

"Sialan! Dia memang pria brengsek!"

Jika saat ini di dalam mulutnya terdapat makanan atau ia tengah meminum sesuatu, mungkin ia akan kembali menyemburkannya karena kaget. Demi Tuhan! Seorang Hinata yang sudah dikenalnya semenjak sekolah menengah pertama, seorang wanita lemah lembut bak putri keraton kini tengah mengeluarkan umpatan! UMPATAN!

Naruto memandang ngeri Hinata seolah tengah melihat Hantu Sadako. "Hinata, k-kau—"

"Aku benar-benar ingin mencakar wajah sok tampannya itu sekarang juga!" seru Hinata. Kali ini dibarengi dengan gebrakan meja.

Astaga. Naruto hampir saja terkena serangan jantung dadakan. Ia yakin, jika sekarang Hinata benar-benar tengah kesal pada Sasuke.

"Hinata," panggil Naruto sekali lagi. Kali ini dengan menyentuh tangan wanita itu untuk mengalihkan atensi Hinata. "Dengarkan aku, oke?" Hinata tiba-tiba saja terdiam dan berubah menjadi anak baik. "Tarik napas yang panjang lalu keluarkan secara perlahan. Lakukan itu beberapa kali."

Hinata menuruti apa yang Naruto katakan, menarik napasnya dengan panjang lalu mengeluarkan secara perlahan sebanyak tiga kali. Ia mencoba mengontrol emosinya yang hampir saja meledak dan mungkin saja akan memporak porandakan kedai ramen yang mereka singgahi.

"Kenapa Sasuke membatalkan acara kencan kalian?" tanya Naruto setelah memastikan emosi Hinata sudah terkontrol.

Mengingat percakapan yang dilakukannya dengan Sasuke tadi pagi, wajah Hinata kembali merengut. Rasa kesal yang dirasakannya kembali naik ke permukaan. Naruto hanya memandangnya dengan raut geli. Menurutnya, ekspresi yang ditampilkan Hinata benar-benar menggemaskan sekarang ini.

"Kau tahu, Sasuke mengatakan omong kosong itu lagi." Kedua alis Hinata menekuk ke dalam. "Dia bilang, pemilik baru rumah bekas pamannya hari ini pindah, dan sebagai tetangga yang baik, Sasuke harus membantunya."

Tetangga Idaman (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang