Lima puluh tiga

738 147 11
                                    

Itachi pulang dari acara berkencannya sekitar pukul sepuluh malam. Berjalan dengan hati berbunga sembari mendendangkan lagu cinta ketika menaikki undakkan tangga menuju kamarnya.

Tepat setelah ia membuka pintu, Sasuke sudah berada di sana, di dalam kamarnya. Bersandar pada kusen sembari menatap ke luar jendela yang terbuka. Itachi tidak merasa kesal karena seseorang memasuki ruang pribadinya tanpa izin. Sebab, dirinya dan Sasuke memiliki kebiasan yang cukup unik. Tak pernah mengunci pintu kamar masing-masing karena merasa tak memiliki sesuatu yang harus disembunyikan. Yah, kecuali beberapa majalah dewasa yang Itachi simpan dengan rapi di nakas paling bawah. Hanya itu. Serius, hanya itu.

"Maaf aku pulang sedikit larut." Tubuh Itachi langsung ambruk di atas ranjang dengan posisi menelungkup. Wajahnya menatap Sasuke yang kini memunggunginya. Itachi yakin, ekspresi di wajah Sasuke sekarang ini berwarna kelabu. "Aku harus mengantarnya pulang lebih dulu."

Sasuke langsung berbalik badan setelah mematikan rokok dan membuangnya keluar jendela. Wajahnya suram dengan alis tertekuk ke dalam seperti yang sudah Itachi duga.

"Kencanmu kalian menyenangkan?" tanya Sasuke sinis, begitu pula dengan matanya yang menyipit ke arah Itachi. Mungkin, lebih terlihat seperti memancarkan aura permusuhan di pandangan orang lain.

"Tentu saja," balas Itachi semangat. "Kencan akan selalu menyenangkan, kan?" tanyanya dengan alis naik-turun. Jelas, ia sedang menggoda adiknya sekarang ini. Itachi yakin jika Sasuke berpikir kalau dirinya pergi bekencan dengan Sakura. Dan mungkin itu adalah keinginan terakhir dalam hidupnya; jika perempuan yang ada di dunia ini mendadak binasa, hanya menyisakan Sakura seorang saja.

Tubuhnya sedikit bergeser saat Sasuke ikut bergabung dengannya—duduk di tepi tempat tidur. Itachi mengabaikan dengusan keras yang menyapa indra pendengarannya, memilih untuk merogoh ponsel yang masih tersimpan apik di saku celana kemudian memperlihatkannya pada Sasuke.

Sebelah alis Sasuke langsung terangkat tinggi saat mendapati potret seorang wanita dengan rambut hitam. Pun dengan sepasang bola mata yang persis seperti miliknya.

"Namanya Izumi, cantik, 'kan?" Itachi merubah posisi menjadi duduk bersila. "Dia teman kencanku tadi."

Ekspresi Sasuke seketika berubah. Terkejut. Dan Itachi tak bisa untuk tidak tertawa karenanya.

"Aku tahu isi otak licikmu itu. Kau pasti berpikir jika aku pergi berkencan dengan tetangga kita, 'kan?" Sasuke kembali mendengus. Namun tak mengatakan apa-apa karena perkataan Itachi benar-benar tepat sasaran. "Kau tenang saja, aku tak tertarik dengan tipe wanita seperti Sakura. Aku lebih tertarik—"

"Dia mangsa barumu?"

Itachi memiringkan kepala. "Siapa?"

"Wanita yang ada di ponsel itu." Sasuke menunjuk ponsel yang layarnya sudah menghitam dengan dagu.

"Tidak, Sasuke! Tidak!" Itachi berseru tak terima. Berjalan menuju sofa yang letaknya berhadapan langsung dengan tempat tidur lalu duduk di sana. "Dia calon kekasihku."

"Kau juga mengatakan wanita berambut merah yang kau bawa jalan-jalan di Mall tempo hari sebagai calon kekasihmu," ujar Sasuke seraya menguap. Mengingat kembali dirinya yang tak sengaja bertemu Itachi bersama seorang perempuan berpakaian seksi di mall beberapa waktu lalu.

"Kali ini berbeda," bantah Itachi. "Izumi berbeda."

Sasuke kembali mengangkat alis, mulai tertarik dengan tingkah sang kakak yang sedikit—

"Aku rasa, aku jatuh cinta padanya." Itachi mengulas senyum yang malah terlihat sangat mengerikan di pandangan Sasuke. "Aku akan menjadikan dia istriku," lanjut Itachi tanpa keraguan.

Tetangga Idaman (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang