1

39.5K 1.4K 3
                                    

Di tengah ruangan yang luas seorang wanita tengah tertidur lelap di ranjang, tak menghiraukan cahaya mentari yang telah bersinar terang di luar sana.

Wanita itu menggeliat dalam tidurnya dan segera menyandarkan punggungnya di kepala ranjang.

"Pusing sekali," Wanita itu memegang kepalanya dan meringis pelan, "Ini gara-gara Zaky sialan itu membuatku minum terlalu banyak."

Wanita itu meraba nakas di samping tempat tidurnya dengan mata terpejam, merasa sesuatu yang ia cari tak ada ia membuka matanya dengan kerutan di dahinya.

"Ponselku dimana?" Ia menatap lekat nakas yang bersih tak ada apapun di sana selain lampu tidur yang masih menyala. Ia mengedarkan pandangannya di sekitar ranjang dan menemukan apa yang ia cari.

Wanita itu membuka ponselnya, matanya terbelalak terkejut, ia berdiri dengan tergesa-gesa tak menghiraukan kepalanya yang masih sedikit pusing.

"Bela! Bela!! Cepat kesini!" Ucapnya sambil berlalu menuju kamar mandi.

Beberapa menit kemudian wanita itu keluar dari kamar mandi, wajahnya masih tetap kusut seperti orang yang tak tertidur semalaman.

Wanita itu dengan cepat membuka lemari pakaiannya, wajahnya semakin tak enak dipandang, "Baju kantorku dimana? Bela! Astaga dimana perempuan itu, diletakkan dimana pakaianku?!"

Dengan kesal ia mengambil salah satu gaun putih polos yang ia berikan ikat pinggang.

Ia juga mengambil tas berukuran sedang dan high heels berwarna putih dengan ujung runcing dengan tinggi lima cm.

Wanita itu keluar dari kamar, menuruni tangga spiral dengan cepat. Ekspresi khawatir dan kesal bercampur menjadi satu dalam raut wajah cantiknya.

"Aishh kenapa Bela tak membangunkanku? Sudah hampir tengah hari dan aku telat ke kantor!" Selama menuruni tangga wanita itu meracau dengan kesal.

"Nyonya Savera? Anda mau pergi kemana?" Tanya seorang lelaki yang berada di belakang wanita itu.

Orang yang dipanggil Savera itu menghentikan langkahnya, ia membalikkan badannya dan menatap lelaki itu dengan malas.

"Paman Alex, Bela ada dimana? Kenapa tak ada satupun dari kalian yang membangunkanku? Sudahlah aku pergi dulu."

Tanpa mendengarkan balasan dan melihat raut wajah rumit dari Alex, Savera segera melanjutkan langkahnya melangkah keluar dari rumah itu.

"Kepala pelayan, Nyonya Savera akan pergi kemana tergesa-gesa seperti itu?" Wanita muda yang membawa kain lap di tangannya datang menghampiri Alex.

"Entahlah, cepat kembali bekerja." Alex menatap sosok Vera yang menghilang dari pandangannya, "Hari ini Nyonya aneh sekali."
.
.
.

Savera mengendarai sedan hitamnya di jalan raya dengan kecepatan lumayan tinggi. Beberapa pengendara yang terganggu dengan cara Savera mengemudi menyumpah serapahi dirinya sepanjang perjalanan.

Setelah 20 menit berlalu Savera sampai di gedung kantornya, ia mengarahkan mobilnya ke parkiran gedung.

Dengan anggun dan elegan Savera turun dari mobilnya, membawa tas hitamnya di tangan kirinya.

Savera berjalan dengan percaya diri menuju gedung kantornya. Ia tersenyum tipis pada satpam yang membukakan pintu untuknya.

"Nona Anda ada keperluan apa disini? Apakah sudah membuat janji?" Tanya seorang wanita yang menggunakan rok sedikit di atas lutut, baju pas di badan membentuk lekuk tubuhnya dan rambut yang digerai indah.

Savera memiringkan kepalanya sedikit tak senang, "Orang baru ya?"

Wanita itu mengerutkan kening, terlihat sekali jika dirinya bingung atas ucapan Savera, "Maaf Nona saya sudah bekerja disini hampir dua tahun."

"Sungguh? Jangan bercanda, kalau kamu sudah bekerja disini selama itu mana mungkin saya bersikap seolah tak pernah mengenal kamu? Jangan buang-buang waktu saya, saya sudah benar-benar terlambat untuk menyelesaikan pekerjaan saya."

Savera yang melihat resepsionis masih tenggelam dalam pikirannya itu memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanannya yang tertunda.

"Tapi, Nona?!" Wanita itu sadar kembali dan mengejar Savera dengan sia-sia. Savera telah memasuki lift untuk naik ke lantai paling atas dimana ruangan bos berada.

"Satpam! Ayo ikut saya ke ruangan Tuan Adnan!"

Di lantai ke 21, lantai tertinggi gedung perkantoran itu lift yang dinaiki Savera berhenti.

Savera keluar dari lift berjalan sebentar dan sampai di depan ruangannya. Sebelum ia sempat memegang gagang pintu, pintu itu telah terbuka dari dalam.

Muncul lah sosok wanita muda yang cantik, yang mungkin seusia dengan Bela, 25 tahun. Setelah lulus kuliah, Bela yang merupakan juniornya dulu waktu zaman kuliah langsung ia pekerjaan dalam perusahaannya.

"Siapa ya? Kenapa keluar dari ruangan saya?"

Bukan tanpa alasan Savera bertanya seperti itu, setelah dirinya lulus kuliah 5 tahun lalu dan menjabat sebagai CEO di perusahaannya, bukan sembarang orang yang bisa masuk ke ruangannya sesuka hati.

Biasanya hanya dirinya, Bela dan beberapa klien penting yang bisa memasuki ruangannya.

Perusahaan perhiasan miliknya memang bukan yang paling terbaik di negara ini, tapi perhiasannya sudah menjadi hal yang umum di kalangan menengah dan kelas atas.

"Maaf Nona, seharusnya saya yang bertanya kenapa Nona bisa sampai disini? Apakah sudah ada janji dengan atasan saya?"

Savera mengerjapkan matanya bingung, ia heran kenapa banyak orang baru yang bekerja di kantornya dalam waktu semalam?

Savera memandang wanita itu dengan tatapan aneh, ia terlalu malas untuk melanjutkan perbincangan dengan orang baru semacam itu. Setelah ia bertemu dengan Bela nanti, ia berjanji akan memarahinya habis-habisan.

Tanpa aba-aba Savera masuk ke dalam ruangan CEO, ia berjalan dan membeku di tempat.

°°°

Tolong luangkan waktu sebentar...

Di sini author cuma mau ngasih pemahaman sedikit karena bukan cuma satu dua orang readers yang mengeluhkan ngga paham dengan alur cerita ini

Sejujurnya dari awal author memikirkan dan merancang cerita ini dengan sengaja untuk membuat cerita yang agak rumit dengan harapan cerita ini akan menjadi cerita teka-teki yang membuat pembaca kebingungan

Kalau kalian pernah baca cerita misteri di wattpad nah author harapannya sih maunya gitu, tapi kayanya malah melenceng jauh

Makanya di cerita ini author ngga menjelaskan secara gamblang tentang apa yang terjadi dengan tokoh utama kita, author menuliskannya secara tersirat dan perlahan

Makanya kalau ada yang bilang kenapa kok tokoh utama kita lama menyadari? Ya karena semuanya memang sama, ibaratnya bumi yang kita pijak saat ini ya sama dengan bumi yang dipijak tokoh utama kita ya sejenis dunia paralel gitu

Jadi sekali lagi author ngga bisa menjanjikan kalau kalian bakal suka, tapi author harap kalian mau baca cerita ini sampe 10 chapter lebih karena mungkin kalian akan menemukan jawaban atas pertanyaan yang selama ini mengambang

Awalnya author mau bikin prolog atau nulis deskripsi yang lebih menggambarkan cerita, tapi sampai detik ini author belum mendapatkan ide tentang menulis deskripsi atau menulis prolog yang tidak membocorkan sisi teka-teki

Jadi author harap maklum ya, kalau memang readers masih bingung chat aja di kolom komentar siapa tau author bisa menjawab

Terimakasih atas perhatiannya.

One More Holy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang