34

1.1K 43 0
                                    

Gamial merasa bersalah saat dia terus mengabaikan Etan, dia akui dia sedikit berlebihan. Jadi Gamial berinisiatif untuk datang langsung ke rumah pelatih nya.

Dia turun dari mobil nya dan melihat pintu rumah yang tertutup rapat, dia celingak celinguk dengan bingung.

Tok tok...

Gamial mengetuk pintu rumah Etan, berpikir mungkin saja Etan masih tidur, setelah mengetuk cukup lama, Gamial menurunkan tangan dan memilih duduk di kursi gantung yang terdapat di dekat jendela.

Dia tidak bisa menghubungi Alisha, karena ponsel wanita itu ada pada nya. Dia menekan kontak telpon dan dengan ragu-ragu  menghubungi nomor Etan.

"Gamial"

Gamial mengangkat wajahnya, pupil matanya membesar melihat sosok Etan yang sudah berdiri di depan nya.

"Pelatih"

Gamial berdiri dan dengan canggung menatap Etan yang memasang ekspresi datar, dia tersenyum dan mengambil tangan Etan untuk berjabat tangan.

"Apa kabar pelatih? Aku datang untuk mencari mu"

Etan menarik nafas dan menghembuskan nya dengan pelan.

"Aku menghubungi mu tapi kamu tidak pernah mengangkat nya, aku juga menelpon Alisha, ponsel nya tidak aktif"

"Maaf pelatih, itu karena... " Gamial melepaskan tangan Etan dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Kami minum-minum sampai mabuk, dan ponsel Alisha tertinggal padaku"

Etan menarik sudut bibir nya dengan perasaan yang tidak jelas, padahal dua muridnya tahu dia akan pulang, tapi masih minum-minum dan mengabaikan dirinya.

"Tidak masalah"

Mendengar itu hati Gamial sedikit tenang, dia melihat Etan membuka rumah nya dan dengan senyum tipis memintanya untuk masuk ke dalam.

Gamial dengan senang hati masuk kedalam rumah tersebut, rumah itu sederhana dengan tata letak yang biasa-biasa saja. Tapi ada satu yang menarik perhatian Gamial. Sabuk -sabuk yang terpajang di ruang tengah.

"Wah pelatih, kamu tidak pernah bilang jika kamu memenangkan banyak penghargaan"

Gamial mendekat pada lemari kaca yang terpajang empat sabuk dengan kelas yang berbeda.

David menghela nafas, dia duduk di sofa ruang tamu dan hanya menatap Gamial yang begitu antusias.

"Itu hanya kenangan, sekarang aku sudah tidak mampu untuk bertanding"

Gamial berbalik dan duduk di samping David dengan perasaan senang. Dia tahu Etan bukan hanya pelatih biasa, dia baru menjadi anak didik nya selama delapan bulan dan dia sudah pernah ikut pertandingan.

Etan tidak banyak bicara tentang diri nya di masa lalu, dia hanya terus memberi arahan pada Gamial dan Alisha, bahkan Gamial yang sudah lama menjadi anak didik nya tidak tahu jika Etan memiliki banyak sabuk kejuaraan.

"Pelatih, maafkan aku yang mengabaikan mu" Gamial jadi semakin bersalah setelah tahu Etan benar-benar seorang mantan petinju yang hebat.

Etan mengeluarkan kertas dari tas yang dia bawa dan meletakkan nya di paha Gamial, Gamial mengambil kertas tersebut dan tidak bisa untuk tidak melebarkan matanya.

"Surat ikut pertandingan"

" Iya, aku sudah memindahkan kalian atas pelatihan ku, dan aku mengajukan permohonan pada perusahaan agar kamu dan Alisha bisa ikut "

"Pelatih... "

Gamial terharu dan hampir memeluk David, tapi pria itu dengan gesit menghindar, Gamial tidak tersinggung dan kembali duduk dengan benar.

ALISHA (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang