BAB 2 : Tulisan

657 43 0
                                    

Keheningan malam yang basah karena embun, terdengar sahutan suara aungan anjing yang terdengar samar samar di sekitar pemukiman.

Anastasia terdengar mengigau dengan suara yang samar. Mungkin dia terlalu banyak bermain. Tak lama ia pun berenti mengigau dan kembali tidur normal.

Akan tetapi belum berapa lama lagi, suasana mimpi yang kurang nyaman membuat ia seketika terbangun dari tidurnya.

Ia menggosokan mata kanannya yang terasa perih dengan punggung jarinya. Namun ada sesuatu hal yang aneh, suasana kesejukan malam kini terasa lebih hangat bahkan membuat badannya basah akan keringat.

Ia bangkit dari tempat tidur dengan tubuh mungilnya, keluar dari kamar tidurnya. Perasaannya sedikit tidak nyaman dan terdengar suara seperti kobaran api mendekat.

Anastasia semakin ketakutan kemudian berlari ke kamar orangtuanya. Dan benar saja, kobaran api kini terbentang di satu disi dinding kamar John dan Mary.

Ia pun segera membangunkan kedua orangtuanya, mengguncang keras tubuh orangtuanya. John dan Lucy pun lantas terbangun dan terkejut mendapati setengah dindingnya terbakar.

"Ayah, Ibu, ayo segera keluar!" teriak Anastasia histeris.

John dan Mary pun berlari kencang keluar dari rumah sembari menggendong Anastasia. Tak lupa sebelum berlari keluar Mary meraih sebuah peti kecil yang tak tahu apa isinya.

Bersamaan dengan mereka yang telah menapakkan kaki di jalanan yang dingin, suara dentuman pun terdengar dan membuat kobaran api menyelimuti sempurna rumah mereka.

"Mengapa ini semua harus terjadi lagi?" Teriak Lucy histeris.

John hanya ikut menangis dan memeluk istri serta anaknya. Tak lama kemudian, datang warga lainnya yang membantu memadamkan kobaran api. Dan yang lainnya membantu mereka beristirahat di tempat lain.

Suara dentuman di langit yang saling bersahutan berseling dengan cahaya terang, kini disusul dengan butiran air yang berjatuhan di pemukiman mereka.

Mulai dari butiran kecil, kini butiran air menjadi besar dan bergerombolan. Langit yang sadar bahwa mereka sedang membutuhkan bantuan, segera menurunkan kawanan airnya.

Tentu saja kawanan api yang tadinya membesar, kini mulai menyusut dan akhirnya padam.

Di tempat lain, kini John dan keluarganya sedang duduk di ruang tengah seorang temannya yang sesama pekerja di rumah Marquis.

"Mengapa semuanya bisa terjadi?" Tanya temannya setelah menyuguhkan air putih kepada mereka.

John menegak air itu, merasakan kesejukannya mengalir di dalam tubuhnya. Setelah menghabisakan segelas air miliknya, ia pun memberikan jawaban.

"Aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, Anastasia membangunkan kami dan kami sudah mendapati api membentang di dinding," jawab John.

Suara ketukan sepatu kuda yang terdengar lebih dari seekor kuda, mendekati rumah itu. Baru saja John dan pemilik rumah itu akan memeriksa siapa yang sedang bertamu, penunggang kuda itu kini lebih dulu masuk.

"Tuan?" ucap John dan Lucy secara bersamaan dengan sangat terkejut.

"Aku baru saja pulang dari tugasku dan mendapati kejadian malang di rumahmu. Apa kau baik-baik saja?" tanya Tuan Albert kepada mereka.

Lucy dan John mengiyakan pertanyaan Albert, mengatakan bahwa mereka sedang baik-baik saja. Namun sungguh tragis mereka harus kehilangan harta benda mereka dalam sekejap.

John meminta waktu kepada Tuan Albert untuk berbicara secara pribadi. Mereka berdua pun keluar rumah untuk berbicara lebih lanjut.

John bercerita bahwa ia menaruh kecurigaannya pada orang suruhan ayah Lucy yang telah berhasil menemukan mereka, sehingga mencoba untuk mencelakakan mereka kembali.

Albert yang menyetujui kecurigaan John pun, lantas memberitahu John untuk mencari pelakunya.

John menolak dengan alasan akan semakin membuat mereka dalam keadaan lebih berbahaya lagi.

Tuan Albert pun mengurungkan niatnya tersebut.

"Tuan, aku dan istriku berencana untuk pindah dari sini dan menuju daerah lain," jelas John.

Tuan Albert kurang menyetujui tindakan John tersebut karena takut mereka akan diincar kembali.

Namun John menegaskan bahwa mereka akan pergi sedikit lebih jauh sehingga akan sulit bagi mata-mata menemukan mereka.

Tuan Albert yang pasrah pun hanya bisa mendukung rencana John untuk pergi ke daerah lain.

* * *

Beberapa jam berlalu sejak kejadian semalam, Luc dan John serta permata satu-satunya yang tak lain adalah Anastasi sedang menunggu kereta untuk mengantarkan mereka ke dermaga.

Tak lupa John dan Lucy berpamitan dengan tuan dan nyonyanya selama kurang lebih 8 tahun itu.

Lady Rose memeluk Lucy dan mengucapkan salam perpisahan, tak lupa juga ia mengingatkan untuk saling mengirimkan surat. Lucy tersenyum, lalu melepaskan pelukannya dan hendak berbalik karena kereta telah tiba.

John menjabat tangan Tuan Albert dan mengucapkan banyak terima kasih. Tuan Albert memberikan beberapa kantong emas sebagai perbekalan mereka di tempat baru. John pun merasa tak enak hati dan menolak pemberian itu, namun Tuan Albert memaksa sehingga John pun menerimanya saja.

Eric dan Illa yang terlihat hadir bersama orang tuanya pun saling berpelukan dengan Anastasia. Mereka sedih karena harus kehilangan satu sahabat mereka. Begitu juga Anastasia yang harus kehilangan sahabatnya karena harus pergi jauh.

Mereka saling mengingatkan agar terus bertukar surat sehingga kerinduan diantara mereka bisa terobati.

Anastasia pun berbalik dan menjauh dari mereka lalu menaiki kereta kuda yang sudah siap mengantar mereka.

Kusir itu segera menutup pintu ketika mereka bertiga sudah masuk dan duduk dengan tenang. Meskipun jauh dilubuk hati mereka merasakan kesedihan dan akan tibanya rasa rindu terhadap keluarga Marquis yang telah berbaik hati pada mereka.

Kusir mencambuk punggung kuda dan kuda pun menghentakkan kakinya menjauh dari Mansion. Anastasia membuka jendela dan melambaikan tangannya kepada Illa dan Eric hingga hilang dari pandangannya.

Anastasia yang terlihat murung, disemangati oleh ayah dan ibunya agar bisa lebih tegar menghadapi apa yang terjadi.

Anastasia pun menangis karena tak bisa menahan kesedihannya, lalu menundukkan kepalanya di pangkuan ibunya.

Beberapa jam telah berlalu, kini mereka tiba di dermaga dan segera menaiki kapal menuju tujuan baru dan hidup baru mereka di tanah asing.

John sedikit memiliki keraguan di hatinya, namun ia segera menepisnya dan lebih nyakin akan tujuan barunya itu.

Beberapa awak kapal melepaskan tali tambang yang terikat erat di tiang dermaga, menandakan bahwa mereka akan meninggalkan daratan.

Jauh di lantai terbawah, beberapa awak kapal mengisi bahan bakar dan saling memutar tuas agar mesin kapal dapat terus bekerja maksimal menuju pelayaran.

Anastasia yang masih sedih, memilih untuk menuliskan perjalannya di atas kapal dalam buku yang diberikan Illa sebagai kenang-kenangan.

Beberapa hari berlalu di atas kapal, dan sudah banyak cerita yang dituliskan oleh Anastasia di dalam bukunya. Kapal yang mereka naiki, kini tiba di dermaga.

Beberapa awak kapal segera melempar tali pengikat kapal kepada pekerja yang berada di atas dermaga. Tali tersebut lalu diikatkan di beberapa tiang dermaga.

John, Lucy serta Anastasia pun akhirnya turun dari kapal. Mereka saling berpegangan tangan dan tersenyum satu sama lain.

Mereka berjalan menjauhi dermaga dan bersiap menuju kehidupan baru mereka.

To be continue . . . .

MENJADI DUCHESS (ANASTASIA) | 7Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang