Bab 22 : Cerita di Perjalanan

191 15 0
                                    

Kereta menyusuri jalan menuju keluar gerbang pedesaan. Kini mereka mulai masuk ke hutan-hutan yang begitu rimbun. Seperti itulah suasana perjalanan mereka selama 13 hari ke depan. Para pengawal atau ksatria yang sebelumnya telah berpencar di desa, kini berkumpul kembali bersama rombongan mereka. 

Posisi terdepan dipimpin oleh Hawys yang mengendarai kuda hitamnya. Kemudian barisan belakangnya diisi oleh pengawal lainnya, lalu kereta Ana dan kereta lainnya yang dikendarai oleh pengawal wanita serta sisa pengawal lainnya lengkap dengan kuda mereka. 

Pagi menjelang malam, hingga matahari menyambut keesokan harinya lagi. Mereka sudah menempuh perjalanan panjang yang masih terhitung 5 hari itu. Beberapa kali mereka harus berhenti untuk istirahat dan seringkali mereka berperang dengan makhluk buas yang menerjang mereka. 

Ana yang awalnya sedikit mengalami mabuk perjalanan, sepertinya mulai terbiasa melalui beberapa rute yang membuat perutnya mual. Terlebih hujan lebat yang menyelimuti perjalanan mereka, membuat mereka harus berhati-hati melewati rute di sekitar pegunungan dengan lembah yang curam. 

Begitulah suasana perjalanan mereka selama berhari-hari, hingga mereka saat ini sudah menempuh perjalanan selama 10 hari. Tersisa waktu 3 hari lagi sebelum mereka sampai ke Desa tujuan. Kini mereka memutuskan untuk bermalam hari ini. Perbekalan masih cukup banyak dan waktu tempuh tidak akan lama lagi. 

Para pengawal perempuan, Kaira dan Ana akan beristirahat di dalam kereta. Sedangkan pengawal pria lainnya dan Hawys akan beristirahat di bawah pohon dengan mendirikan tenda sederhana. Cahaya bulan dan bintang-bintang yang bersinar terang sepertinya tak bisa mereka saksikan karena diselimuti oleh kanopi hutan yang saling bergandengan. 

Para pengawal menyalakan api untuk menghangati mereka dan memasang beberapa obor di sekitar mereka. Kaira terlihat sibuk mengambil beberapa selimut dan menyodorkannya pada pengawal lainnya. Tak lupa ia mengatur isi kereta agar Ana bisa beristirahat cukup nyaman. 

Setelah selesai dengan kegiatan masing-masing, mereka semua pun berkumpul di depan api unggun. Para pengawal melemparkan beberapa ubi dan kentang ke dalam api dan sebagian memasak air. 

"Aku tahu bahwa makanan malam ini tidak terlalu istimewa seperti makanan sebelumnya. Tapi ini cukup untuk menggganjal perut anda," ucap Rouf sembari melemparkan beberapa kentang dan ubi lagi ke dalam api. 

Ana hanya tersenyum dan mereka semua pun menggosokkan telapak tangan mereka di depan api. 

"Kita sudah lama sekali tidak berkumpul dengan tenang seperti ini. Bagaimana jika waktunya bercerita?" ucap Lif dengan penuh semangat yang disusul oleh persetujuan semua orang. 

Ana tersenyum lebar, ia ikut bersemangat mendengar antusias semua orang. Mereka pun merapikan lingkaran dan secara bergilir bercerita. Dimulai dari Rout hingga yang terakhir adalah Hawys. 

Cerita dimulai dari Rout yang berkisah tentang khayalannya yang melawan goblin dan monster lainnya. Rout sepertinya lebih tertarik dengan dunia fantasi, berbeda dengan Lif yang bercerita ia menjadi ratu yang pemberani dan pandai berperang. Kemudian dilanjutkan oleh Dax dan seterusnya. Cerita mereka cukup beragam dan beberapa di antara mereka menyuguhkan lelucon yang mengundang tawa dari semua orang. 

Kentang yang terlihat mulai terbuka, segera ditarik dari api yang masih menyala dengan kayu yang cukup panjang lalu membuka kulitnya dengan hati-hati. Kegiatan bercerita mereka tertunda sejenak dan mereka dengan lahap mengunyah kentang dan ubi yang masih panas itu.

"Ini untuk anda. Karena cukup panas, anda bisa meniupnya terlebih dahulu agar tidak melukai langit-langit mulut Anda," ucap Hawys sembari menyuguhkan kentang dan ubi yang dibakar yang dibaluti daun besar agar tak terlalu panas saat dipegang. 

MENJADI DUCHESS (ANASTASIA) | 7Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang