BAB 6 : Perasaan Senang

342 25 0
                                    

Setelah beres mengerjakan pekerjaan rumah, Anastasia segera mandi dan bersiap-siap untuk mengantarkan pesanan.

Ia menuju meja kerjanya untuk memeriksa daftar pengantaran.

Lady Welow

Diantara banyak nama antrian pemesan, sepertinya nama Lady Welow berhasil membuat matanya membelalak. Ia hampir lupa bahwa Lady Welow memiliki pesanan bunga hari ini.

Anastasia menggigit bibir bawahnya sebelum akhirnya menghampiri ibunya yang sedang membungkus beberapa bunga.

Ia terlihat ragu-ragu untuk mengatakan sesuatu. Namun sorot matanya yang gelisah membuat ibunya menegurnya.

"Ada apa? Sepertinya kau ingin mengatakan sesuatu?"

Anastasia menggeleng, lalu memejamkan matanya beberapa kali. Namun perasaannya yang diselimuti kegelisahan sungguh tak bisa ia sembunyikan dari siapapun yang melihatnya.

Ibunya hanya tersenyum, mungkin karna kejadian tadi, membuat putri semata wayangnya itu masih salah tingkah.

"Um, begini Bu. Aku melihat bahwa daftar pengantaran hari ini terdapat nama Lady Welow. Apakah aku boleh mengantarkannya pada pengantaran terakhir?" tanya Anastasia akhirnya.

Namun mata ibunya membulat sempurna, seperti ada sesuatu yang baru ia sadari. Ibunya pergi ke dalam rumah untuk memeriksa jam.

"Tidak Anastasia. Ibu lupa kalau Lady Welow ingin menggunakan bunganya sebentar lagi. Syukurlah masih ada 30 menit lagi. Pesanan yang lain tinggalkan saja dulu, cepat antarkan dulu ini sebelum terlambat!"

Anastasia melongo mendengar ucapan ibunya panjang lebar sembari menyodorkannya beberapa tangkai bunga lily yang sudah dibungkus. Anastasia membalikan tubuhnya dan keluar rumah.

Tidak! Semoga saja duke muda sudah pergi dari rumah Lady Welow.

Anastasia memejamkan matanya sebentar, sebelum melanjutkan langkahnya.

Jarak rumah yang tidak begitu jauh, membuat Anastasia bisa datang 10 menit sebelum waktu yang ditentukan tiba.

"Permisi, aku ingin mengantarkan pesanan bunga Lady Welow," ucap Anastasia kepada salah satu pelayan rumah.

"Lady Welow memberitahuku agar kau menemuinya langsung. Silahkan masuk," ucap pelayan itu sembari mempersilahkan Anastasia untuk masuk.

Keringat dingin mulai mengucur diseluruh tubuhnya, wajahnya yang merah padam membuat siapapun yang memperhatikannya pasti tahu bahwa ia sedang gelisah. Bisa saja dugaannya benar dan bertemu dengan sang duke muda.

Ia mulai menyusuri koridor, berbelok beberapa kali serta melewati beberapa ruangan hingga akhirnya sampai di ruangan aula.

Ia segera menghampiri Lady Welow yang terlihat sedang berbincang dengan seseorang. Ia berdoa dalam hati bahwa jangan sampai orang itu adalah duke muda.

Ketika melihat jelas lawan bicara Lady Welow, barulah ia bisa bernafas lega.

Lady Welow melambaikan tangannya. Anastasia segera mempercepat langkahnya.

Anastasia menekuk kakinya dan menurunkan bahunya ketika tiba di hadapan Lady Welow. Pria itu pun pamit pergi meninggalkan mereka berdua.

"Maaf Lady Welow, saya hampir terlambat mengantarkan pesanan," ucapnya meminta maaf.

"Tidak apa. Aku ingin memberitahu bahwa aku akan mengadakan penyambutan untuk Marquis Robert dan keluarganya besok malam."

Anastasia mengangguk mengerti.

"Besok pagi tolong hias beberapa ruangan dengan bunga segar. Maaf aku terlalu mendadak memberitahumu, karena kedatangan Marquis juga terlalu mendadak," sambung Lady Welow.

"Tidak apa-apa, Lady. Besok pagi aku akan kesini untuk mulai menghias ruangan ini," jawabnya.

"Syukurlah, kau mengerti," ucap Lady Welow sembari menghela nafas.

"Oh aku hampir lupa dengan pesananku. Apakah kau bisa membawanya ke ruang kerjaku? Aku masih ada pertemuan dengan pedagang lain," ucap Lady Welow sembari memberikan Anstasia sekantong koin.

"Lengkap dengan tipnya," ucapnya dengan senyum lebarnya.

Anastasia mengucapkan terima kasih, lalu menekuk kaki dan menurunkan pundaknya untuk berpamitan.

Ia berjalan menjauh keluar aula dan menyusuri koridor yang sepi menuju ruang kerja Lady Welow.

"Kupikir ia masih disini, ternyata sudah tidak ada," ucapnya tanpa ia sadari sesosok pria sedang duduk di pojok ruang kerja Lady Welow.

Anastasia menyusun bunga tersebut ke dalam beberapa vas. Ia memang sudah terbiasa untuk menggantikan bunga di ruang kerja Lady Velow sehingga tak heran jika ia mengetahui apa saja isi rumah ini.

Namun, tak lama kemudian...

"Kau sedang mencariku?" ucap seseorang tiba-tiba.

"Ya Tuhan!"

Anastasia hampir terjatuh dan menepuk dadanya pelan lalu mengatur nafasnya. Ia menoleh ke arah pemilik suara itu dan berhasil membuat matanya membulat sempurna

Du..duke? Bagaimana bisa ia disini

Tanpa berpikir panjang, ia segera bergegas untuk keluar ruangan, namun suara buku yang ditutup dengan sengaja membuat langkahnya terhenti.

Alymer mendekatinya. Anastasia yang sadar duke muda menghampirinya segera menghadap Alymer dan menekuk kakinya sebagai tanda hormat.

Alymer berjalan mengitarinya, yang berhasil membuat ia semakin dibuat bergetar.

"Jadi kau daritadi mencariku?" ucapnya dengan sombong.

Anastasia menghela nafas sebelum menjawabnya.

"Maaf Pangeran, saya sedang buru-buru," jawabnya dengan gelisah.

Sebelum ia sempat melangkah pergi, Alymer meraih tangannya sehingga tubuhnya pun jatuh di dada Alymer.

Wajah mereka bertemu. Manik mata yang saling memperhatikan satu sama lain. Alymer memandangi setiap inci wajah Anastasia.

Mata indahnya yang berwarna biru seperti pantulan bulan di sungai lira, mampu membuat sang duke muda semakin jatuh ke dalam pesonanya.

Alymer mendekatkan bibirnya ke telinga Anastasia dan hendak membisikan sesuatu.

"Jangan pura-pura lagi bahwa kau tidak ingin bertemu denganku. Jika kau berbohong lagi, bisa kupastikan bahwa kau akan kuculik," ucapnya lalu mengecup pipi Anastasia sekilas.

Pipi Anastasia yang semakin memerah pun membuatnya menarik diri dari Alymer dan berlari pulang secepat mungkin.

Sesampainya di rumah, ia mendorong pintunya dengan kasar dan menjatuhkan dirinya di atas tempat tidur.

Ia memukul-mukul kasurnya berulang kali dan menggosok rambutnya kasar masih dalam posisi telungkup

Antara malu dan senang, ia tak bisa menastikan perasaannya saat ini. Ia membalikan badannya sehingga menatap langit rumahnya.

Ia menyentuh pipinya yang hangat karna kecupan dari bibir Alymer tadi. Kehangatan itu masih bisa ia rasakan meskipun sudah berlalu. Tanpa ia sadari, senyum mulai mengembang di wajahnya. Ia menjadi salah tingkah lagi.

"Anastasia, cepat antar pesanan lain!"

Seketika perasaan berbunga-bunganya terbuyarkan oleh suara teriakan ibunya. Ia pun hampir melupakan pesanan lainnya.

"Ya Bu, aku datang!"

To be continue . . . .

MENJADI DUCHESS (ANASTASIA) | 7Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang