Bab 45 "Mari berteman"

109 6 0
                                    

Lantunan musik bertempo sedang mulai dimainkan. Seperti tradisi dansa di kalangan bangsawan, dansa bertukar pasangan itu adalah salah satu yang menarik perhatian.

Beberapa pasangan dansa baru, mulai memenuhi lantai dansa dan menambah kemeriahan. Sorak-sorakan pun mulai bergema di seluruh ruang aula. Namun, Anastasia sepertinya tidak begitu menikmatinya.

Pelajaran pertama yang ia terima ketika masuk kastil adalah buku-buku tebal yang lusuh itu. Tetapi sebelum ia benar-benar belajar berdansa, pesta dansa itu telah berlangsung.

Vincent dengan lincah memainkan langkahnya tanpa memperhatikan Anastasia yang hanya bisa menggenggam erat tangannya. Saat ketukan yang tepat, seluruh pasangan pun mulai bertukar pasangan dansanya.

Anastasia dengan berhati-hati memperhatikan sepatunya. Mengikuti kemana langkah kakinya membawanya. Sebuah tangan berhasil menyambut tangannya.

Anastasia dengan sigap memperbaiki posisi tubuhnya. Beruntung itu adalah Mathew, sepupu tertuanya.

"Are you alright?"

"Yah, aku baik-baik saja. Pardon me," ucap Anastasia.

"Tidak apa-apa. Hanya saja kau sedikit tidak seimbang," ucap Mathew sembari terkekeh.

Anastasia hanya tersenyum malu, kemudian mulai mengikuti gerakan dansa kembali. Gerakan-gerakan dansa itu sangat asing baginya, sehingga ia hanya bisa menyesuaikannya dengan melihat sekelilingnya.

"Apa kau yakin tidak ada masalah?" tanya Mathew memastikan.

Anastasia menggelengkan kepalanya dan melanjutkan gerakan demi gerakan hingga pada ketukan selanjutnya. Mathew mulai melepaskan Anastasia dan meraih pasangan dansa berikutnya.

Ia yang sudah terganggu konsentrasinya, hampir saja kehilangan arah dan membentur pasangan dansa lainnya. Sebelum itu benar-benar terjadi, sebuah tangan kokoh menarik telapak tangannya.

Ia menarik Anastasia lebih dekat olehnya. Sontak Anastasia memejamkan matanya sekilas dan membukanya perlahan.

"Akhirnya aku menemukanmu," ucapnya kemudian.

Anastasia membulatkan matanya sempurna. Pria itu mengatakan hal yang sama lagi.

"Excuse me?"

Binar mata berwarna keabu-abuannya, menyoroti setiap inci wajah Anastasia. Tangannya dengan sigap membawa Anastasia memasuki irama musik dansa. 

Tatapannya yang berkepanjangan, membuat Anastasia sedikit salah tingkah. Rambut yang semula disapu ke belakang, sedikit jatuh di atas keningnya dan membiarkan rambut keemasannya berkilau dibawah lampu-lampu kristal yang bergantungan di langit-langit aula. 

"Maafkan saya, Nona Anastasia," ucapnya di tengah gerakan dansanya.

Anastasia menatapnya bingung dan mengerjapkan matanya beberapa kali. Seolah-olah pertanyaan di kepalanya dapat didengar oleh Austin. 

Ia terlihat licik, tetapi tak melakukan hal buruk seperti Vincent. Atau ia belum saja melihatnya, pikirnya.

Austin menarik Anastasia lebih jauh ke dalam dekapannya. Sekujur tubuhnya menjadi kaku bersamaan dengan keringat tipis yang melintasi tengkuknya. Saraf-saraf di kepalanya juga ikut berkontraksi seiring jari-jari nakal Austin yang menyisir wajahnya.

Tubuhnya seperti memaksa untuk menarik diri dari dekapan Austin. Tetapi, sebelum benar-benar menjauh, Austin mengecup pipinya sekilas.

Seketika ia berhenti dari berontaknya dan tak berkutik sedikit pun. Mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. 

MENJADI DUCHESS (ANASTASIA) | 7Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang