Anastasia muncul dari balik pintu kayu besar setinggi kurang lebih 3 meter itu. Bagian bawah gaunnya ikut berdansa seiring gerak kakinya menuju meja rias Irina.
Riasan wajah Irina sudah hampir rampung. Hanya tinggal menyebarkan beberapa hiasan kepala di rambutnya yang setengah terikat. Pelayan lainnya masih sibuk memberi uap pada rambutnya agar tercipta gelombang rambut yang tergantung indah.
"Oh Ana, aku fikir kau akan datang satu jam lagi," sindir Irina sembari melirik Anastasia melalui kaca yang berada di sisi kanannya.
Anastasia tertawa kecil. Sepertinya ia sudah telat setengah jam dari waktu yang ditentukan. Anastasia mendekat, mencoba untuk menghiburnya.
"Baiklah tuan putri, aku minta maaf karena terlambat. Cemberut seperti itu membuatmu terlihat semakin cantik," goda Anastasia.
Irina tersipu malu. Senyum tipis tersungging di bibir merahnya. Rona pipi karena riasan wajah semakin memerah seiring lengkungan garis bibir yang memanjang.
"Berhenti menggodaku! Setelah ini kau akan duduk disini," ucap Irina sedikit ketus dibaluti rasa malu.
Setelah tuntas, Irina segera berdiri dan memberikan kode kepada Anastasia untuk duduk di depan meja rias. Anastasia tersenyum, ia tahu bahwa Irina masih tersipu malu karena godaannya.
Irina segera mengenakan gaun miliknya yang dibantu dengan pelayan lainnya. Korset yang mengikat tubuhnya, membentuk sempurna tubuhnya.
Warna kuning gaunnya berkilau indahnya dalam lekukan tubuhnya. Gaya baru busana ala Brisanira siap bersaing dengan para wanita di pesta nanti malam pikirnya.
Glitter halus terlihat bertaburan di atas karpet, seiring tubuh Irina yang berputar-putar. Ia merasa puas dengan penampilannya saat ini, hanya tinggal menunggu waktu perjamuan tiba.
Anastasia tersenyum sumringah melihat Irina yang sedang berseri-seri. Pelayan di depannya mulai membubuhkan riasan pada kulit Anastasia.
Pelayan itu merasa takjub yang terlihat dari binar matanya. Ia yang sadar bahwa Anastasia juga memperhatikan mimik wajahnya, langsung menarik kuas riasannya.
"Maaf Nona, aku tidak bermaksud menatapmu dengan tatapan aneh itu," ucapnya sembari menundukan wajahnya.
"Tidak, aku tidak masalah. Aku hanya berpikir apa ada yang salah dengan wajahku," jawab Anastasia.
"Maaf Nona, aku hanya terkesima melihat wajahmu yang begitu cantik alami. Bahkan tanpa polesan riasan wajah sedikit pun."
Anastasia tersenyum simpul.
"Aku anggap itu sebagai pujian, terima kasih. Kau bisa melanjutkan riasanku, aku percaya padamu," jelas Anastasia.
Pelayan itu segera mengangguk dan mulai melanjutkan pekerjaannya. Iya tersenyum manis mendengar kalimat berharga yang terlontar dari bibir Anastasia.
Riasan telah selesai dipoles diwajah mungilnya. Kini pelayan itu beralih pada rambutnya. Rambut Anastasia yang tergerai kebelakang, mulai merapikan rambut emas anastasia dengan sisir.
Beberapa bagian rambutnya dikepang rapi. Kemudian seluruh rambutnya digulung ke atas dengan memperhatikan bentuk kepang rambutnya agar tetap rapi. Beberapa aksesoris ditaburkan di beberapa bagian rambutnya.
Beberapa helai rambutnya sengaja disisakan untuk dibentuk gelombang dengan pemanas rambut berbentuk uap itu. Tak membutuhkan waktu yang lama, sebelum akhirnya ia telah siap dengan sepatunya.
Irina berdecak melihat penampilan Anastasia. Ia menggelengkan wajahnya yang membuat tanda tanya di wajah Anastasia.
Anastasia memiringkan wajahnya seolah bertanya apa ada yang salah dengan penampilannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENJADI DUCHESS (ANASTASIA) | 7
Ficción históricaPangeran Alymer Crowel, seorang putra tunggal Duke of Valarosa. Calon penerus berikutnya. Ia tampan, berkharisma dan tegas. Wanita bangsawan mana yang bisa menyembunyikan kekaguman jika melihatnya. Anastasia Marines. Gadis biasa, lugu, ramah dan ca...