Suara kebisingan yang dibuat oleh orang-orang di luar rumah, membuat Anastasia terlonjak dari tidurnya. Raganya memaksa untuk menarik kembali kesadarannya hingga membuatnya sedikit pusing. Ia menghela nafas dengan panjang, kemudian menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Anastasia segera menggeser kakinya dari atas kasur dan menapakkannya ke lantai kayu rumah. Ia dengan buru-buru membuka jendela kamar untuk melihat kebisingan di luar rumah. Ia sedikit merapatkan matanya ketika jendela terbuka. Cahaya matahari yang masih redup serta angin pagi yang masih sejuk karena sisa embun semalam, masuk ke dalam kamarnya.
Ia biasanya bangun lebih awal, tetapi perjalanan yang panjang membuatnya sedikit bangun telat dari biasanya. Otot-otot dan sendinya juga masih terasa kaku. Tetapi ia memaksakan dirinya untuk bangun dan memeriksa sendiri apa yang terjadi.
Orang-orang terlihat memenuhi seluruh jalanan di desa. Ia mengikuti arah pandangan orang-orang yang tertuju pada rumah pengobatan. Ketegangan mulai merasuk ke dalam kepalanya dan bibirnya terbuka begitu saja, seperti ia memiliki firasat yang buruk.
Anastasia segera menutup jendelanya dan melayangkan kakinya menuju pintu kamar. Saat membuka pintunya, Elisa dan Kaira tengah berdiri di depan pintu. Tatapan mereka yang sayu membuat Anastasia mengerutkan alisnya. Kaira menurunkan wajahnya dan menangkupkan kedua telapak tangannya.
Semakin ia menyembunyikan wajah sayunya itu, semakin ia tak bisa membendung airmatanya. Anastasia masih menatap mereka berdua secara bergantian.
Ketakutan telah memuncak di benaknya. Ia seperti tak ingin mendengar alasan mereka berdua menunjukkan ekspresi seperti itu. Anastasia menarik tenggorokannya yang kering sebelum ia melanjutkan langkahnya. Ia mengalihkan pandangannya dari Elisa dan Kaira.
Elisa membentangkan kedua tangannya untuk menghalangi langkahnya. Bibir Anastasia bergetar dan merasakan urat lehernya yang menegang. Elisa menarik langkah ke Anastasia dan memeluknya dengan erat. Sedangkan Kaira, ia hanya bisa menutup mulutnya dengan telapak tangannya untuk meredam tangisannya.
Anastasia yang hanya menebak sesuatu, membuat matanya mulai berkaca-kaca. Ia menatap kosong ke depan dari balik bahu Elisa. Suara isakan tangis dari Elisa terdengar jelas di telinganya. Nafas Anastasia naik turun dengan cepat dan airmatanya mulai berlinang begitu saja.
"Maafkan aku, Ana!" ucap Elisa sambil terisak.
Anastasia mengangkat tangannya untuk memeluk balik Elisa. Ia menyanggakan dagunya di bahu Elisa dan memejamkan matanya bersamaan dengan air matanya yang jatuh dari pelupuk matanya.
Anastasia, gadis cantik yang selalu menganggap dirinya tak pernah beruntung dalam keadaan apapun. Baru saja melewati sungai yang arusnya deras, kini ia harus tenggelam ke dalam palung yang begitu gelap.
Apakah takdirnya juga akan membawa keburukan untuk orang lain? Apakah lebih baik ia meninggalkan dunia ini juga?
* * *
Pemakaman beberapa waktu yang lalu telah selesai. Anastasia tengah duduk termenung di sudut ruangan, di atas lantai yang cukup berdebu. Ia menggenggam kalung milik ibunya yang memiliki emblem kota Adorah. Airmatanya yang kering, hanya meninggalkan rasa sesak di dadanya.
Matanya yang sembab masih menyisakan rasa perih. Elisa masih menunggu Anastasia di depan pintu kamar. Anastasia masih ingin menyendiri, ia bahkan tak tahu apakah masih memiliki tenaga untuk melanjutkan hidup.
Elisa mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu Anastasia. Ia memilih menunggu Alymer kembali pulang untuk membantu menenangkan Anastasia. Ia tahu benar seperti apa menjadi seorang Anastasia. Bertubi-tubi masalah telah datang ke hidup Anastasia, bahkan tak membiarkannya istirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENJADI DUCHESS (ANASTASIA) | 7
Historical FictionPangeran Alymer Crowel, seorang putra tunggal Duke of Valarosa. Calon penerus berikutnya. Ia tampan, berkharisma dan tegas. Wanita bangsawan mana yang bisa menyembunyikan kekaguman jika melihatnya. Anastasia Marines. Gadis biasa, lugu, ramah dan ca...