Bab 51 Valarosa

111 7 0
                                    

Hari-hari telah berlalu sejak saat itu seiring jarum jam yang berputar. Kapal yang mereka tumpangi terlihat mendekati dermaga beberapa saat lagi.

Ikan-ikan yang melompat kegirangan dan membuat riak-riak air, menyambut kedatangan mereka. Angin yang datang dengan tergesa-gesa, menerpa pakaian dan rambut mereka.

Kecanggungan antara Anastasia dan Hawys sedikit mereda. Terkadang Anastasia tak berbicara pada Hawys meskipun ia membutuhkan bantuannya.

Setelah berlabuh, mereka akan menaiki kereta menuju pusat kota Valarosa selama beberapa jam. Roxa dan Rouf terlihat mengatur kereta keberangkatan mereka menuju pusat kota Valarosa.

Irina, Zegh dan Anastasia segera memasuki kereta. Hawys dan kelimanya, akan menunggangi kuda mereka masing-masing. Setelah memastikan semuanya siap, Hawys memberikan isyarat kepada kusir untuk melanjutkan perjalanan.

Kusir segera mencambuk kuda, dan roda segera berputar. Kereta meluncur menjauh dari dermaga hingga suasana berganti pepohonan yang rimbun.

Jalanan yang tidak begitu mulus, beberapa kali membuat mereka terhempas. Suara ketukan kaki kuda dan roda yang berputar, saling bersahutan.

"Aku tidak sabar untuk melihat Valarosa. Mereka mengatakan bahwa kereta api pertama akan segera diluncurkan," ucap Zegh antusias.

"Benarkah?" Anastasia ikut penasaran dibuatnya.

"Benar. Menurut kabar yang kudengar, mereka sengaja mempercepat proyek kereta api itu untuk menunjang acara peresmian gedung pelatihan," jelas Zegh.

Irina tak terlalu tertarik dengan pembicaraan tentang teknologi itu. Ia hanya menopang kepalanya dan memutuskan untuk tidur sepanjang perjalanan. Zegh dan Anastasia masih terus membahas tentang Valarosa yang sebelumnya tak pernah mereka kunjungi.

Alih-alih membicarakan soal kehebatan Valarosa, Anastasia mulai memikirkan cara untuk bertemu dengan Alymer. Bukankah akan sedikit canggung untuk bertemu lagi selama dua tahun lebih lamanya.

Zegh yang menyaksikan Anastasia mulai melamun, mencoba melambaikan tangannya di depan wajah Anastasia.

"Oh, tidak. Aku tidak apa-apa," ucapnya berbohong.

"Sepertinya kau butuh istirahat. Aku juga akan tidur. Sepertinya kita akan tiba sekitar dua jam lagi," ucap Zegh sebelum akhirnya ia masuk ke alam bawah sadarnya.

Anastasia terlihat tertarik menyaksikan pepohonan yang rimbun sepanjang perjalanan. Ranting-ranting pohon yang menunduk karena beratnya menopang dedaunan, sesekali diraihnya untuk sekedar menghilangkan penat.

Ia tak sabar akan waktu pertemuan itu tiba. Telah lama ia memimpikan itu selama bertahun-tahun. Meski hanya sebentar, ia akan sangat bersyukur.

Selain itu, ia mungkin saja bertemu dengan Illa dan Eric. Teman masa kecilnya. Membayangkannya saja sudah begitu menyenangkan. Bagaimana jika waktu itu akan tiba.

Suara ketukan kaki kuda yang menusk ke telinga, gemerisik dedaunan yang gugur dan angin yang menerpa  rambutnya, menghiasi perjalanannya. Beberapa kereta juga terlihat lalu lalang, mengantarkan beberapa penumpang dengan tujuan yang sama dengan mereka.

Sekuat apapun ia menahan rasa kantuknya, tetap saja ia harus tidur sejenak. Menyandarkan kepalanya, lalu memejamkan matanya. Membiarkan alam bawah sadar membawanya.

* * *

Anastasia terbangun dari tidurnya. Pepohonan rimbun yang menemani perjalanannya sebelumnya, kini berganti dengan gedung-gedung perkotaan yang memukau.

Anastasia menggeser jendela kereta dan menyaksikan pemandangan kota dengan mata telanjang. Matanya berkeliling hingga ke puncak gedung yang tinggi.

Tak lama itu, Zegh dan Irina ikut tebangun. Mencoba memperbaiki posisi duduk dan mengerjapkan mata beberapa kali.

MENJADI DUCHESS (ANASTASIA) | 7Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang