"Anastasia right?"
Ucapnya sembari mendorong jembatan kacamatanya. Hanya anggukan kepala yang diterima olehnya sebagai jawaban. Suara empuk buku yang ditutup terdengar menggema di ruangan itu. Membuat Anastasia sedikit tersentak.
Ia melayangkan langkahnya pada Anastasia yang masih terpaku bagai rusa yang terpojok. Tak ada senyuman yang dilemparkan padanya, tetapi hanya sepasang mata yang sayu sedang menyorotinya.
"Ma-maafkan aku. Aku pikir ini adalah perpustakaan umum, ternyata ruang pribadimu. Aku akan segera pergi," ucap Anastasia dengan tempo yang cepat.
"Hey! Jangan membuatku terlihat seperti pria yang jahat," jawabnya lalu menggelengkan kepalanya.
Ketegangan di pundak Anastasia perlahan berkurang, meskipun ujung jemarinya masih terasa dingin dan berkeringat.
"Kau membuatnya takut, Clax!"
Sontak Anastasia memalingkan wajahnya ke arah suara yang datang. Disana sudah ada seorang pria yang bersandar dengan satu tangan memegang buku yang dibacanya dengan cahaya remang-remang yang menutupinya.
'Aferd?'
"Baiklah. Aku minta maaf karena membuatmu terperanjat. Anggap saja aku hanya ingin menyapamu," ucapnya lalu memberi hormat sekilas. Anastasia membalasnya.
Pria yang satu lagi adalah Afred. Sudah bisa ditebak, bahwa mereka sudah seperti kelalawar yang terlalu aktif di malam hari.
Clax dan Aferd memiliki umur yang sama, sehingga mereka lebih sering menghabiskan waktu bersama. Kegemaran mereka adalah membaca, sehingga ruangan yang sebelumnya adalah ruang perjamuan itu telah disihir menjadi perpustakaan.
Suasana kembali cair, saat Clax memintahnya untuk duduk kembali ke kursinya semula. Sedangkan Afred yang berada di lantai atas, masih fokus dengan bukunya. Clax meraih lilin di dekat jendela dan menyalakannya lalu membawa ke meja mereka.
"Kami memiliki masalah tidur pada jam ini. Bahkan Afred pernah tidak tidur selama semalam. Ia lebih mengerikan daripada aku," ucap Clax yang membuat Anastasia tersenyum simpul.
"Jadi, bagaimana denganmu Anastasia?" tanya Clax sambil menyilangkan kakinya.
"Aku tidak memiliki masalah tidur. Tetapi aku tidur terlalu awal, sehingga aku terbangun pada jam ini," jawabnya.
Clax tersenyum, kemudian melirik Afred yang terlalu dingin untuk ia ajak bergabung dengan mereka. Clax terlihat ingin membisikkan sesuatu pada Anastasia.
"Aku tahu bahwa kau berpikir dia adalah orang yang angkuh, tetapi ia bersikap dingin seperti itu karena merasa malu," ucap Clax dengan nada berbisik.
Wajah Anastasia menjadi tegang dan pipinya merona seperti merah jambu. Suara buku yang ditangkup menggelegar di seluruh ruangan, yang membuat mereka berdua sedikit tersentak. Clax lagi-lagi melihat Afred yang masih berada di lantai atas. Sorotan mata yang tajam dari Afred tertuju padanya.
Seperti tak terjadi apa-apa, Clax malah kembali melanjutkan perbincangannya dengan Anastasia. Terdengar langkah kaki yang sedikit lambat menuruni anak tangga, yang membuat Anastasia menoleh.
Tanpa sepatah kata lagi, Afred menyelipkan buku yang ia baca ke rak ia mengambil buku itu sebelumnya. Lalu melayangkan kaki keluar perpustakaan. Anastasia hanya bisa menelan salivanya dan mulai menyalahkan dirinya.
"Jangan terlalu memikirkannya. Ia memang seperti itu jika merasa malu," jawab Clax sembari tertawa. Suara pintu yang dibanting menggelegar di seluruh ruangan.
"HEI! Kau mau membangunkan semua orang?!" teriak Clax sambil berdecak.
Anastasia tanpa sadar, telah membuat pakaiannya kusut karena cengkramannya. Ia membuka matanya perlahan setelah suara mereda. Senyum mengembang di bibirnya. Clax akhirnya tertawa lepas yang membuatnya ikut tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENJADI DUCHESS (ANASTASIA) | 7
Historical FictionPangeran Alymer Crowel, seorang putra tunggal Duke of Valarosa. Calon penerus berikutnya. Ia tampan, berkharisma dan tegas. Wanita bangsawan mana yang bisa menyembunyikan kekaguman jika melihatnya. Anastasia Marines. Gadis biasa, lugu, ramah dan ca...