Bab 17 : Surat Misterius

220 17 0
                                    

Tok . . . Tok . . .

Suara ketukan pintu terdengar dari luar rumah. Ana yang baru saja menggoyangkan kakinya dibawah meja, segera berdiri dan melangkahkan kakinya menuju pintu.

Ketika ia membuka pintu, sepucuk surat menyambutnya. Pengantar surat itu pun memberikannya pada Ana.

"Sudah lama sekali sejak surat terakhirmu," ucap pengantar surat itu tersenyum kemudian pergi.

Ana segera menutup pintu dan buru-buru membuka surat itu.

Nama pengirim tak ada disana, tetapi isi suratnya cukup panjang.

To : Lucy

Keadaan di Adorah semakin berantakan. Identitasku tidaklah penting, karena ini mengancam keselamatan kelompok yang mendukung anda. Orang-orang kami akan menunggu anda di sebuah desa yang terletak di tenggara Adorah. Kami akan memberikan perlindungan kepada anda. Jangan berpikir lebih lama lagi. Mata-mata kami memberikan informasi bahwa saudara pertama anda akan melakukan pemberontakan dan bergabung dengan negara musuh setelah pemberian tahta yang akan berlangsung beberapa bulan lagi. Kami khawatir akan terjadi perang antar dan melanggar perjanjian damai.

Ana mengerutkan keningnya. Mengapa surat ini diberikan kepada ibunya. Apakah ada rahasia yang disembunyikan oleh ibunya selama ini?

Ana teringat kata-kata Elisa beberapa waktu lalu, bahwa pemimpin Adorah menurunkan tahtanya pada seorang anaknya yang sampai sekarang tidak diketahui siapa pewaris tahta itu.

Apa mungkin kejadian 10 tahun lalu berkaitan dengan cerita di surat ini?

Apa mungkin Ibunya adalah seorang bangsawan ?

Ana semakin pusing memikirkannya. Ia pun menggeledah kamar ibunya, berharap memiliki jawaban lain. Setiap sisi ia geledah satu per satu, hingga ia menemukan sebuah kalung yang memiliki simbol yang sama dengan yang ada di surat.

Tak hanya itu, sepucuk surat dengan simbol yang sama seperti surat yang terima baru saja. Ana segera membuka surat itu dan membacanya. Seketika Ana menganga lebar dan matanya membulat sempurna.

Entah ini semua adalah mimpi atau kenyataan. Ana duduk termenung di samping tempat tidur.

Apa yang sebenarnya terjadi?
Apakah ini semua alasan mengapa ibunya takut ia masuk ke lingkungan bangsawan?

Setelah beberapa saat berpikir, Ana segera berlari keluar rumah. Satu-satunya yang terpikir olehnya adalah Rigeo.

* * *

"Rigeo!" Teriak Ana dengan nafas yang naik turun.

Rigeo menoleh, mendapati Ana yang tengah berlari padanya. Rigeo menepuk kudanya untuk kembali masuk ke dalam kandang.

"Ana?" Tanyanya bingung.

Ana menghentikan langkahnya dengan nafas yang masih terengah-engah dan keringat yang bercucuran di dahinya.

Rigeo menatapnya bingung, sudah cukup lama Ana tak pernah mengunjunginya sejak terakhir kali Ana terjatuh dari kuda.

"Rigeo, aku.. aku butuh bantuanmu!" Ucapnya mengikuti irama nafasnya.

"Hei, hei. Tenangkan dulu dirimu, lalu kita berbicara," Rigeo membawa Ana ke depan rumahnya.

Ana yang sudah cukup tenang pun mulai berbicara. Ia menceritakan tentang isi surat itu, yang membuat Rigeo ikut terkejut.

"Lalu, apa yang kau akan lakukan selanjutnya?" tanya Rigeo.

Ana diam sejenak, sebelum melanjutkan kalimatnya.

MENJADI DUCHESS (ANASTASIA) | 7Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang