Bab 50 "Penguntit"

97 6 0
                                    

Suara ketukan kaki kuda dan beberapa keributan dari roda kereta yang lalu lalang di sepanjang jalan, ikut meramaikan suasana di Ibukota Brisanira. Irina sedari tadi sibuk mengurus seluruh daftar belanjanya. 

Zegh tak terlihat jalan bersama mereka. Ia memilih untuk bergabung dengan teman-temannya yang juga kebetulan singgah ke Ibukota Brisanira sebelum menuju Valarosa. Selain itu, ia juga tak ingin menguras energinya untuk menemani Irina belanja. 

"Anastasia," tegurnya pada Anastasia yang berjalan disampaingnya

"Yah Irina?" sahutnya. 

"Beberapa hari ini kau hanya menemaniku belanja. Tetapi aku tak melihat satu pun barang yang kau beli." Pandangan Irina masih berpusat pada daftar belanjanya dan mencentang beberapa yang sudah ia dapatkan. 

Anastasia menggelengkan kepalanya. 

"Entahlah. Tetapi aku sepertinya tidak membutuhkan apa-apa lagi," jawabnya. 

"Hem, baiklah. Hadiah dari Putri Elisa pasti sangat banyak. Aku jadi iri padamu," ucap Irina bercanda. 

Anastasia tertawa kecil. "Tidak seperti itu. Aku hanya belum memikirkan barang yang ingin aku beli," ucapnya mencoba meluruskan pemahaman. 

"Baiklah, baiklah. Kali ini aku mengalah saja." Irina melemparkan tatapannya yang meledek Anastasia. 

Toko demi toko telah mereka kunjungi. Tak terasa waktu telah menginjak siang hari. Mereka memutuskan untuk pergi ke restoran yang tak jauh dari pandangan mereka. 

Seorang pelayan menghampiri mereka dan menunjukkan meja yang kosong untuk mereka berdua. Hawys yang sedari tadi mengawasi mereka berjalan-jalan, memutuskan untuk menyusul kelima anak buahnya di kedai kecil di seberang jalan. Bergabung dengan ksatria lain dari berbagai negara. 

"Kau tahu Anastasia. Ini adalah restoran seafood terbaik di ibukota. Kau pasti akan menyukai makanan laut khas Negara Brisanira yang mereka sajikan," ucap Irina dengan penuh antusias. 

"Aku sangat bersemangat mendengarnya," ucap Anastasia. 

Irina mulai memesan makanan menggunakan bahasa Brisanira yang tak dimengerti oleh Anastasia. Ia terkesima menyaksikannya. Beberapa pemilik toko biasanya menggunakan bahasa resmi tujuh negara. Sehingga ini pertama kalinya ia mendengar Irina berbicara bahasa Brisanira lebih banyak. 

"Ada apa?" tanya Irina yang menyaksikan Anastasia terpukau olehnya. 

"Tidak. Hanya saja, aku kagum karena kau berbicara bahasa Brisanira," ucap Anastasia dengan penuh kekaguman. 

"Hahaha. Sepertinya pelayan itu tidak begitu memahami bahasa resmi, jadi aku mencoba membantunya menggunakan bahasa Brisanira," jawab Irina dengan percaya diri. 

Anastasia menepuk tangannya pelan dan tersenyum sumringah. 

Tak lama itu, beberapa pelayan membawakan pesanan mereka. Mata Anastasia bersinar, melihat penampilan makanan yang memancarkan aroma yang lezat. 

Anastasia dan Irina segera meraih alat makannya dan menyantap makanan mereka masing-masing. Irina terlihat antusias menunggu reaksi Anastasia yang baru saja memasukkan makanan ke dalam mulutnya. 

Anastasia melihat ke arah Irina yang sedang memandangnya. Ia mengangguk dengan gembira, merasakan kelezatan makanan yang mencair di dalam mulutnya. Irina tertawa melihat tingkah Anastasia yang begitu polos. 

Hingga tak lama kemudian, mereka berhasil menyelesaikan makan siang mereka. Irina dan Anastasia menarik serbet untuk mengelap sisa makanan yang mungkin saja tertinggal di sisi bibir mereka. 

MENJADI DUCHESS (ANASTASIA) | 7Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang