Bab 54 "First day in Valarosa"

76 4 0
                                    

Kaki Anastasia baru saja menyentuh ubin dengan ukiran indah itu. Suara melengking dari arah pintu kamarnya memekikan telinganya. Bahunya terangkat hebat dan kedua telapak tangannya ia gunakan untuk menutup kedua telinganya.

"Ana! Kau darimana saja?" teriaknya sembari berlari menghampiri Anastasia yang terperangah di depan pintu rahasia itu.

Anastasia menurunkan telapak tangannya dan menegakkan tubuhnya. Irina mendekat dan menyapu pakaian Anastasia yang terlihat sedikit kotor karena debu.

"Pakaianmu terlihat sedikit berdebu. Apakah kamarmu begitu kotor sehingga kau repot-repot membersihkannya kembali?"

"Um tidak, aku tadi hanya membersihkan beberapa perabotan disini," ucapnya berbohong.

Irina menyipitkan matanya, memperhatikan Anastasia dengan penuh kecurigaan. Meskipun tempat ini adalah asrama yang kosong dalam waktu yang lama, sangat tidak wajar jika para pelayan tidak membersihkan tempat ini karena akan dihuni oleh para tamu.

Irina tidak terlalu memikirkannya. Ia hanya penasaran karena tidak dapat menemukannya pada beberapa waktu lalu saat ia memasuki kamar Anastasia.

"Kau belum menjawab pertanyaanku!" serunya pada Anastasia.

"Eh, aku. . . . Aku tadi hanya keluar sebentar untuk meminta sabun pada pelayan. Tetapi ternyata tidak ada pelayan yang bisa kutemui," jawabnya yang masih penuh dengan keraguan.

"Hem, baiklah. Sepertinya sabun yang kau beli saat di Brisanira tidak cocok di hidungmu," ucap Irina sedikit meledek.

Anastasia tersenyum canggung, ia hampir melupakan sabun yang ia beli dari Brisanira. Sepertinya untuk urusan berbohong ia tak begitu terlatih. Jika ia menjadi seorang mata-mata, mungkin musuh akan lebih cepat mengetahuinya.

"Lupakanlah, aku hanya ingin menyampaikan pengumuman dari kepala pelayan bahwa akan ada perjamuan nanti malam di Kastil Lyra. Aku sudah memesan pelayan untuk merias kita, jadi silahkan ke kamarku satu jam lagi," ucap Irina sembari menepuk pundak Anastasia yang membuatnya tersentak.

"Aku harus tampil sebaik mungkin untuk pesta malam ini. Siapa tau saja aku bisa mendapatkan pria impianku malam ini. Aku akan tampil secantik mungkin." Telapak tangan Irina saling memeluk dan membayangkan betapa menakjubkannya pesta nanti malam.

Anastasia tertawa kecil seperti sedang melihat anak kecil yang baru saja mendapatkan sepatu baletnya. Tawa Irina memudar dan mengerucutkan bibirnya, berpikir bahwa Anastasia menertawakannya.

Anastasia menghampiri tumpukan koper dan barangnya. Ia perlahan mengeluarkan barang-barang atau pakaiannya yang sesak karena dalam waktu yang lama berada di dalam koper. Membiarkan pakaiannya bernafas dengan leluasa di dalam lemari. Irina mengambil beberapa pakaian dan membantu Anastasia untuk menatanya pada lemari.

Tak butuh waktu yang lama, penataan barang Anastasia pun selesai. Irina berbaring di atas kasur, sedangkan Anastasia bersiap untuk membersihkan tubuhnya. Teringat bahwa beberapa waktu lalu ketika ia hendak membersihkan tubuhnya, tetapi Alymer berhasil menculiknya.

"Ana. Menurutmu, aku harus menggunakan pakaian berwarna apa untuk pesta malam ini?"

"Semua warna terlihat sangat cocok denganmu, Irina. Kau selalu pantas memakai warna apa saja."

Irina menggerutu, ia terlihat tidak puas dengan jawaban Anastasia yang tidak memberikannya solusi. "Hem, aku sedang tidak ingin dipuji Ana. Aku ingin mendengar saranmu untuk warna pakaianku," ucapnya dengan ketus,

"Ha ha ha, baiklah tuan putri. Sepertinya warna kuning sangat cocok untuk memulai pesta pertama di Valarosa," jawab Anastasia sembari melucuti pakaiannya, membuka kran air dan menyediakan sabun dipinggir bak untuk ia gunakan nanti.

"Terdengar bagus, baiklah aku akan menggunakan gaun kuningku yang baru saja aku beli dari Brisanira kemarin," ucap Irina dengan penuh semangat. Ia segera bangkit dari kasur dan bergegas keluar pintu kamar.

Anastasia hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum melihat tingkah menggemaskan sepupunya. Irina berbalik dengan kenop pintu yang masih melekat di tangannya, "Jangan lupa pergi ke kamarku untuk berdandan, jangan sampai kau terlihat buruk nanti malam," canda Irina lalu menarik pintu untuk keluar.

Percikan air yang mulai mengenai kakinya menandakan bahwa air dalam bak sudah cukup penuh untuk ia masuki. Anastasia segera masuk ke dalam bak untuk menenggelamkan seluruh tubuhnya dan hanya menyisakan kepalanya di permukaan air.

Dengan lembut ia memijak pundak, kaki dan tangannya cukup penat karena perjalanan beberapa hari ini. Menampung air dalam bak dengan tangannya, lalu mengalirkannya di sepanjang tangannya. Ia meraih sabun yang masih kering dipinggir bak dan mulai mengusapkan ke kulit.

Harum semerbak dari sabun itu menyeruak ke hidungnya dan menambah ketenangan dipikirannya. Kenangan beberapa waktu lalu bersama Alymer, membuatnya menjadi salah tingkah. Seolah-olah nafas Alymer masih menyentuh pundaknya dan keringatnya masih menempel di kulitnya.

Percikan suara air yang bergantian jatuh dari tangkupan tangannya, menambah ketenangan yang berdenting di telinganya. Seolah enggan untuk keluar dari bak air yang menangkupnya, Anastasia teringat bahwa waktu untuk persiapan pesta malam semakin dekat.

Buru-buru ia menyelesaikan basuhan tubuhnya, lepas itu ia meraih handuk dan membalutkan ke tubuhnya. Keluar dari ruang mandi, ia segera membuka lemari dan meraih beberapa pakaian yang akan ia pilih untuk dikenakan pesta malam nanti.

Tak butuh waktu lama untuk memilihnya, ia sepertinya tidak ingin terlalu terlihat mencolok. Sehingga ia memilih gaun berwarna putih dengan hiasan beberapa bunga yang menyebar keseluruh sisi dressnya.
Gliter halus seperti salju terlihat ikut berbaring di sisi dressnya.

Elisa pasti akan datang malam ini pikirnya. Sehingga ini waktu yang pas untuk mengenakan dress pemberian Elisa itu.

Pernak pernik berwarna putih dan diantaranya berbentuk kupu-kupu, tak lupa ia bawa untuk menghias rambut keemasannya.

Sebenarnya ia tak butuh begitu banyak sentuhan riasan di wajahnya karena parasnya yang begitu menawan. Rona pipi di wajahnya yang alami, kulit putih sehat dan bulu mata yang lentik mungkin menjadi daya tarik yang tak banyak bisa dimiliki oleh putri bangsawan lainnya.

Rambut emas yang menyala, dress indah yang membaluti tubuhnya, serta sepatu putih dengan gradasi biru pudar menopang kakinya, ia sedang membayangkan menjadi putri cinderella saat ini.

Mungkin pikirnya, ia tak akan menarik perhatian dari ribuan pasang mata. Tetapi, pesona yang ia pancarkan tak akan ada satupun pasang mata yang tak melihatnya.

Setelah mempersiapkan semuanya, ia bergegas menuju kamar Irina.

Di sepanjang koridor, ia menyaksikan huru hara para wanita yang terlihat sibuk mempersiapkan diri untuk pesta semalam. Ia tersenyum kecil sambil celingukan.

Beberapa orang sibuk saling sibuk membantu memasang pakaian, ada yang baru saja tiba di asrama dan harus buru-buru bersiap. Ada yang terlihat saling tarik menarik pelayan karena ingin lebih dulu dirias, bahkan ada yang berkelahi karena koper yang tertukar.

Ia bergidik ngeri melihatnya, dengan langkah yang cepat ia melewati kerumunan itu dan mencari kamar Irina.

To be continue . . .

MENJADI DUCHESS (ANASTASIA) | 7Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang