Anastasia terbangun untuk kedua kalinya. Tetapi kini ia melewatkan matahari terbit. Aroma tanah yang basah karena embun semalam masih menyeruak ke dalam kamar. Sementara itu, ia merasakan sesuatu menyentuh punggungnya. Ia memutar kepalanya dan mendapati sepasang mata melihatnya.
"Aku hampir saja mati karena menunggumu bangun."
Ucapan yang sarkas mencuat dari mulutnya dan meninggalkan bekas di telinga Anastasia. Tangan Alymer dengan gesit menarik tubuhnya hingga tak membuat jarak di antara mereka. Punggungnya yang tertutupi pakaian, menyentuh langsung kulit Alymer.
Jari-jarinya yang kasar meraih pangkal rambutnya dan menarik jari-jarinya diantara helaian rambut Anastasia. Sentuhan itu membuatnya bergidik hingga menjalar ke seluruh tubuhnya. Alymer membenamkan bibirnya di ujung rambut Anastasia dan menghirupnya.
Meskipun ia tak melihat langsung pria itu, tetapi Anastasia bisa merasakan tatapan intens dari Alymer kepadanya seolah-olah ia sedang bertemu pandang dengannya. Jari-jari Alymer mulai memainkan rambutnya dan menyapunya ke arah depan, sehingga bagian belakang tubuhnya dapat terlihat jelas. Tentu saja Anastasia bergetar karena sentuhan itu.
Alymer menyentuh tengkuk Anastasia dengan hidungnya, lalu menghirupnya secara bebas. Sentuhan itu membuatnya merasa seperti sedang membenamkan diri di air es, entah sudah beberapa kali Alymer melakukan itu padanya, tetapi respon tubuhnya tetap akan seperti itu.
Bahunya menegang dan secara otomatis menariknya hingga memisahkan tengkuknya dari hidung Alymer yang menghirupnya. Alymer meraih wajahnya dan mengambilnya dengan lembut hingga ia memutar lehernya tanpa memutar tubuhnya.
Alymer mencium pipinya, lalu hidung dan berakhir di bibirnya yang merona. Anastasia menutup matanya spontan. Entah apa yang Alymer pikirkan, mereka terus saja melakukan adegan romantis di setiap saat pikirnya.
Alymer melepaskan bibirnya dan mengusap garis bibir Anastasia yang basah itu. Anastasia memutar tubuhnya mengikuti arah pandangannya.
"Aku saat ini hanya bisa menyentuh bagian terluar darimu. Suatu saat aku akan melakukan lebih dari sekedar ini. Kau bahkan tak tahu bagaimana rasanya aku menahan itu semua," celotehnya.
Ia meluapkan kekesalannya yang membuat Anastasia menatapnya dengan mata yang melebar. Anastasia seperti merasakan suhu tubuhnya meningkat hingga membuatnya merona.
'Apakah yang ia maksud adalah berhubungan itu?' batinnya.
Untuk memikirkannya saja membuatnya kehilangan dunia untuk sesaat. Ia sendiri merasakan dirinya menciut ketika mendengar kalimat itu. Sentuhan Alymer yang seperti kemarin-kemarin saja berhasil membuatnya kehilangan nafas untuk sesaat, bagaimana jika ia suatu saat akan melakukan itu.
"Dasar mesum!"
Anastasia membungkus wajahnya dengan kedua telapak tangannya, yang disusul Alymer yang tertawa lepas. Jawaban Anastasia yang teralu polos membuat ia tanpa henti mengerjainya dengan kalimat-kalimat lucu lainnya.
"Alymer?" panggilnya kemudian.
"Hem," sahutnya.
"Apa benar aku akan dibawa ke Ladorah?"
Tak ada sahutan darinya. Ia kemudian bangkit dari tidurnya dan duduk di tepi tempat tidur. Ia meletakkan telapak tangannya di keningnya seperti menahan beban. Anastasia mengikutinya dan duduk di sebelahnya.
"Benar. Itu akan terjadi besok. Orang-orang sudah banyak yang bepergian sejak kemarin, dan sebagian besar akan pergi hari ini dan esok," ucapnya.
Anastasia membuang pandangannya ke bawah dan sedikit menghela nafas. Setidaknya pertumpahan darah tak sampai terjadi karena masalah demo. Meskipun masalah yang terjadi tak dapat terselesaikan sesuai harapan para kelompok demo, setidaknya mereka bisa mendapatkan perlindungan.
"Terkait yang penyusup semalam yang meracuni orangtuamu, masih akan terus diselidiki. Tuan Hawys dan pasukannya juga akan terus memantau," sambungnya.
Alymer akan kembali bersama pasukannya ke Valarosa tanpa mendampingin Anastasia. Waktu tempuh untuk menuju Valarosa akan memakan waktu yang lama, sehingga mereka hanya punya waktu sedikit sebelum Alymer kembali ke Akademi.
Mereka mungkin akan bertemu dalam waktu yang lama lagi. Entah dua atau tiga tahun lagi mereka akan bertemu, sehingga membuatnya enggan untuk berpegian keluar kamar.
Kunjungan ke beberapa kota dan negara membuat jadwalnya padat. Terlebih pernikahan cucu Kaisar juga akan diadakan saat libur Akademi selanjutnya. Mungkin ia akan benar-benar gila pikirnya.
"Mari bertemu lagi," ucap Anastasia.
Alymer menoleh padanya dan menatapnya lekat. Membelai lagi rambut Anastasia yang sedikit berantakan dibagian atas. Anastasia memeluknya erat. Dekapan Anastasia di kulitnya yang telanjang membuat Alymer merasakan kehangatan. Tanpa Anastasia sadari, airmatanya telah jatuh membasahi bahu Alymer.
Mungkin begitu berat melepaskan Alymer untuk waktu yang begitu berat, tetapi sepertinya ia harus terbiasa dengan itu. Mulai berpikir sesuatu yang lebih jauh, terbesit di benaknya. Entah siapa yang akan Alymer pilih menjadi pasangannya di masa depan, sepertinya Anastasia juga harus bersiap akan itu.
Hidup memang tak bisa ditebak. Begitupun dengan hubungannya dengan Alymer. Meskipun mereka saling mencintai, tak dapat dipungkiri bahwa rencana Tuhan akan berbeda. Yang bisa ia lakukan adalah menunggu.
Menunggu mungkin adalah sesuatu yang menakutkan bagi beberapa orang. Ada yang memutuskan untuk pergi dan ada yang memutuskan untuk menunggu. Tergantung dari sudut pandang masing-masing.
Waktu yang ditawarkan padanya untuk menunggu tidaklah singkat. Tetapi ia yakin jika cintanya pada Alymer tidak akan membuatnya menghitung waktu yang lama itu. Meski itu adalah seratus atau seribu tahun lagi, menyimpan cintanya yang akan ia berikan pada Alymer ketika bertemu kembali adalah pilihannya.
Memang akan melelahkan untuk menunggu waktu selama itu. Bahkan jika harus sekarat seperti orang yang akan mati karena menunggu pikirnya, ia percaya bahwa ia akan bertemu dengannya. Sebuah sahutan dari dalam hatinya, menenangkannya.
Kenangan yang akan menemaninya, sepertinya mulai menenangkan pikirannya dan membuatnya berpikir akan mudah untuk menjalani itu semua. Seperti menunggu terbitnya matahari, langit cerah yang berganti langit gelap dan bintang yang bersinar menunggu matahari tenggelam.
"Aku akan menjemputmu lagi ketika waktunya tiba dan kita akan menikah," ucap Alymer sembari menghirup rambutnya.
Anastasia tersenyum meski bibirnya bergetar dan meski kata yang diucapkan selanjutnya hanya terdengar seperti tangisan. Alymer melepaskan pelukannya ketika merasa butiran air yang membasahi bahunya semakin banyak.
Tangannya terulur untuk mengusap lembut air mata Anastasia yang jatuh dengan ibu jarinya lalu mengecup keningnya dengan intens. Nafasnya yang disemburkan menyentuh kulit Alymer dengan hangatnya.
"Jangan menangis lagi. Aku tahu bahwa ini semua berat untuk kita berdua, tetapi kita harus menunggu sedikit lebih lama lagi," ucapnya menenangkan Anastasia.
"Aku tahu. Tolong tetap mencintaiku," jawab Anastasia dengan terisak.
"Yah, tentu saja aku akan selalu mencintaimu. Mengapa kau berkata seperti itu?" Alymer mengernyitkan keningnya.
Anastasia menggelengkan kepalanya, menolak untuk menjawabnya. Ia memeluk Alymer lagi dan mendekapnya lebih dalam hingga detak jantungnya terasa begitu nyata di kulitnya.
"Jika kau melakukan seperti ini terus, aku tidak akan bisa menahan diriku," ucapnya sembari tersenyum simpul.
Anastasia dengan buru-buru mendorong dadanya dan menutup matanya. "Dasar Mesum!" teriaknya yang diselingi tawa dari Alymer yang menariknya kembali ke dalam dekapannya.
Ia mengecup kepala Anastasia bertubu-tubi hingga Anastasia kembali tertawa lagi.
"Mari Bertemu lagi," pungkas Alymer.
To be continue . . . .
Hola! Akhirnya sampai bab 35 huhu. Semoga suka yah, jangan lupa vomentnya.
Terima kasih sudah membaca :)
KAMU SEDANG MEMBACA
MENJADI DUCHESS (ANASTASIA) | 7
Historical FictionPangeran Alymer Crowel, seorang putra tunggal Duke of Valarosa. Calon penerus berikutnya. Ia tampan, berkharisma dan tegas. Wanita bangsawan mana yang bisa menyembunyikan kekaguman jika melihatnya. Anastasia Marines. Gadis biasa, lugu, ramah dan ca...