Bab 49 "Ilusi"

92 6 0
                                    

Sang Grand Duke mengulurkan tangannya pada Wanita yang duduk di seberangnya. Kini mereka telah resmi menjadi sepasang suami istri.

Wanita itu sedikit tertunduk dan malu-malu untuk mengulurkan tangannya juga. Grand Duke segera menarik tangannya dan membuatnya duduk di pangkuannya.

Mata Biru wanita itu tampak bersinar, ketika mata mereka saling bertemu.

"Sudah lama sekali aku menantikan ini semua. Kau pergi sudah sangat lama. Mengapa kau masih terasa jauh bagiku?" tanyanya sembari memegang wajah wanitanya.

"Saya hanya merasa canggung Yang Mulia," ucapnya dengan hati-hati.

Ia mendekatkan wajahnya, menyatukan kedua hidung mereka. Sang Duchess melingkarkan lengannya di leher Grand Duke.

"Aku mencintaimu istriku, Anastasia." 

Bibir mereka hampir saja bertemu, namun langit yang gelap seolah menghalangi pandangan mereka. Anastasia menutup matanya karena takut dan ketika ia membuka matanya lagi, suasana telah berubah. 

Ia mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum benar-benar bangkit dari tempat tidurnya. Matanya menyapu seluruh isi ruangan. Berbeda dengan yang baru saja ia lihat.

"Lagi-lagi aku memimpikan itu!"

Anastasia mengacak rambutnya kasar dan menutup wajahnya karena malu. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum ia berada di kamar itu. Saat ingatan itu kembali, seketika ia histeris.

"ARGHHH!"

Gelombang yang seolah-olah berpesta di bawah kapal, membuatnya sedikit mual. Perutnya seperti ikut menari bersama gelombang yang bersemangat.

Puncaknya adalah semalam. Ia yang masih merasa pusing, akhirnya mabuk juga. Kesadaran yang hilang begitu saja, mengantarkannya ke alam mimpi. Terakhir kali ia berlayar adalah dua belas tahun lalu saat ia dan orangtuanya meninggalkan Fowerel. Tentu saja ia harus beradaptasi kembali. 

Cklekkk

Suara kenop pintu yang ditarik mengalihkan perhatiannya. Ia menarik cardigannya dan memakainya. Menutupi pakaiannya yang tipis dan sedikit terbuka. Ia mengusap matanya beberapa kali yang masih terasa perih sembari mengembalikan kesadarannya secara penuh. 

Pintu mulai terdorong. Nampak Hawys yang muncul dari balik pintu. Anastasia terkesiap melihatnya. Ia mencoba merapikan sedikit rambutnya yang terlihat kusut.

Hawys menutup pintu dengan beberapa makanan di nampannya. Anastasia tersenyum kecil meskipun ia juga merasa malu karena kejadian semalam.

"Selamat pagi Nona Anastasia," sapanya sembari memberikan hormat.

"Selamat pagi," jawabnya.

"Bagaimana perasaan anda? Apakah anda masih merasa mual?"

Anastasia menggelengkan kepalanya. Hawys meletakkan nampannya di atas meja. Mata Anastasia mengikutinya.

"Saya membawakan sarapan untuk anda. Makanannya masih hangat, setidaknya bisa membuat perut anda lebih baik."

"Baik, terima kasih Tuan Hawys."

Hawys berjalan mendekatinya.

"Perjalanan masih cukup lama sekitar 10 hari lagi. Istirahatlah yang cukup. Jika anda butuh apa-apa, silahkan beritahu saya," ucap Hawys.

Anastasia hanya mengangguk mengerti. Hawys segera berlalu, menarik kenop pintu dan keluar kamar.

Anastasia segera duduk di kursi makan dan menyantap sarapannya. Dahinya mengerut sejenak. Berpikir bahwa Hawys sedikit lebih kaku dari biasanya.

MENJADI DUCHESS (ANASTASIA) | 7Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang