Bab 20 : Perkenalan 2

207 18 0
                                    

"Ayo Nona kita kembali ke kamar," ucap Kaira mengajak Ana untuk pergi.

Ana menurutinya, meskipun ia masih penasaran dengan apa yang terjadi. Mereka berdua pun lanjut  menyusuri jalan menuju kamar.

"Apa yang sedang terjadi? "

"Mereka hanya melakukan sedikit pemeriksaan, untuk mengecek apakah ada hal yang mencurigakan," ucap Kaira.

Ana menggigit bibir bawahnya kemudian mengangguk.

Tak lama kemudian, mereka berdua pun tiba di kamar Ana. Bak air yang ia gunakan tadi sudah selesai dibersihkan dan diangkut pekerja penginapan. Kaira mengantarnya sampai ke dalam kamar.

"Rumah sewa ini sepertinya cukup mahal. Apakah persediaan uang yang kita bawa cukup?" tanya Ana sedikit khawatir.

"Anda tidak perlu khawatir nona, kita menjual cukup banyak barang disini, yang terpenting adalah kenyamanan anda."

"Aku sudah terbiasa hidup dalam kesulitan Kaira."

Ana mendekat ke jendela kamar yang menghadap langsung ke arah bangunan yang berdiri kokoh dan orang-orang yang berjalan dengan debu yang beterbangan diantara mereka.

"Jadi kalian tidak perlu mengkhawatirkanku," Ana menoleh sejenak pada Kaira.

"Sungguh mulia hati anda, Nona. Aku menjadi penasaran dengan Putri Lucy Estionate, pasti ia juga orang yang sangat baik," Kaira menangkupkan kedua tangannya.

Ana tersenyum sambil menatap lurus ke depan. Ia tak tahu mengapa hidupnya terasa sangat pahit. Orang-orang yang ia cintai kini jauh darinya. Ayah, ibunya dan DUKE.

Seketika hatinya terasa pilu, ia tak tahu apakah ia sanggup menjalani hidup seperti biasa. Untuk memikirkan hari esok saja, sepertinya sangat berat baginya.

Tok . . . Tok . . . Tok

Suara ketukan pintu membangunkannya dari lamunan. Kaira bergerak ke arah pintu dan membukanya.

"Nyonya Estionate ditemukan!"

Ana bergerak menjauh dari jendela dan menuju pintu. Matanya sedikit berkaca-kaca mendengar Dax membawa berita itu.

"Nyonya dan Tuan sudah aman berada di perjalanan menuju desa tenggara. Meskipun kondisinya sedikit lemah, tetapi mereka telah dirawat dengan baik."

Ana tersenyum dan airmatanya mengalir begitu saja.

"Aku senang mendengarnya," ucap Ana.

"Nona, Sir Hawys Sawef ingin bertemu anda," ucap Dax kemudian.

Ana menatap Dax dengan penuh kebingungan.

"Maafkan saya Nona. Jadi Sir Hawys Sawef adalah Ksatria yang memimpin wilayah di selatan Adorah. Ia sudah banyak membantu menjalankan misi rahasia ini," jelas Dax.

Ana mengangguk mengerti, kemudian berjalan menuju keluar kamar yang dituntun oleh Dax. Mereka menuju keluar rumah sewa dan menuju gubuk yang letaknya cukup jauh dari rumah sewa.

Sesampainya disana, ia melihat semua pengawal yang berada di perjalanan telah berkumpul. Termasuk satu orang asing yang ia tebak bernama Hawys.

Ia terlihat seperti pria yang berusia sekitar 25, dengan rambut pirang dan kulit sedikit kecoklatan. Tubuhnya tinggi dan berotot serta kumis tipis di wajahnya menambah ketampanannya.

Pria itu memberikan hormat dan Ana membalas hormatnya. Para pengawal lain pun segera keluar gubuk dan meninggalkan mereka berdua.

Rasa panik dan canggung mulai menyelimuti Ana. Hawys mempersilahkan Ana untuk duduk di kursi yang berada di depannya. Ana pun segera menurutinya dan duduk di kursi itu.

"Perkenalkan, saya adalah Hawys Sawef. Saya salah satu ksatria yang ikut dalam kampanye Grand Duke dan setelah meraih kemenangan saya mendapatkan wilayah saya di selatan Adorah," ucapnya memperkenalkan diri.

"Aku Anastasia Marines. Tetapi para pengawal memanggilku dengan Nona Estionate," balas Ana dengan sedikit malu.

Pria di hadapannya memberikannya senyum manis. Ana hanya membalasnya dengan senyuman.

"Mulai dari hari ini, saya akan membantu pengawalan anda menuju perjalanan. Sebenarnya melalui jalur air akan lebih cepat sampai, tetapi kami sangat khawatir jika banyak mata-mata."

"Lalu, berapa lama lagi kita akan sampai?"

"Sekitar 13 hari lagi jika tak ada masalah di perjalanan," jawabnya.

Ana mengangguk mengerti, meskipun ia cukup terkejut mendengar berapa lama lagi ia akan sampai. Ia tak bisa membayangnya otot-otot dan sendinya yang akan tersiksa lagi selama perjalanan.

Ana yang sedari tadi tak benar-benar memandang ke arah Hawys kini mengalihkan pandangannya pada Hawys.

Ia yang baru saja menatap Hawys, sedikit terkejut melihat Hawys yang menatapnya dengan pandangan berbeda. Perasaan canggung mulai bersemayam di tubuh Ana.

"Oh, maafkan saya yang memandang anda secara tidak sopan," ucap Hawys sedikit terkekeh.

Rasa campur aduk mulai menyelimuti Ana. Apa mungkin pria itu sedang memperhatikan kondisinya. Atau pria itu berpikir bahwa ia tak pantas? Mengapa pikiran buruk terus menghujaninya?

"Saya tak tahu bahwa Cucu Grand Duke of Adorah sangat cantik. Benar-benar sebuah mutiara yang indah," sambungnya.

Seketika pikiran negatif Ana runtuh dan kini berganti rasa malu. Pipinya mungkin menjadi merah saat ini, seperti buah delima.

"Anda terlalu berlebihan," ucap Ana sembari tersenyum malu.

"Saya tidak pernah berbohong, Nona Anastasia," balas Hawys dengan sedikit serius.

"Terima kasih," balas Ana dengan senyuman.

Dada Hawys seperti tergelitik sesuatu. Sebuah rasa tertarik pada Ana seperti terdorong keras. Ia mungkin mulai jatuh pada pesona Ana, meskipun ia masih berpenampilan seperti gadis desa lainnya.

Ia bahkan mulai membayangkan sebuah pernikahan yang bisa saja terjadi padanya dan Ana. Ia bukan pria yang mudah jatuh cinta dan sering berkhayal. Tetapi sepertinya Ana telah mencairkan suasana hatinya.

Mereka melanjutkan perbincangan, mulai dari misi perjalanan atau pun penjelasan mengenai latar belakang kota Adorah. Tanah kelahiran ibunya.

Mata biru Ana yang terpancar seperti sungai lira membuatnya semakin terpesona setiap kali mata mereka bertemu. Kecantikan itu selama ini ditutupi oleh pakaian murah dan sangat kuno.

Setelah beberapa lama berbincang mereka pun keluar dari gubuk itu. Ketika pintu terbuka, mereka disambut oleh para pengawal yang terlihat memasang telinga mereka di depan pintu. Ana sedikit tersentak karena terkejut, entah berapa lama para pengawal berada di depan pintu dan memang telinga mereka.

"Ekhemm, ayo semua kita pergi mengecek barag di kereta," ucap Dax yang sedikit gugup.

Sir Sawef hanya memasang wajah datar, meskipun ia sebenarnya merasa malu mengingat pujian yang ia berikan pada Ana. Ana yang sedikit terkekeh berpamitan pada Hawys untuk kembali ke kamar yang diikuti oleh Kaira.

Di perjalanan menuju kamar, Kaira membuka percakapan.

"Sepertinya Tuan Hawys Sawef menyukai anda," Kaira sedikit tertawa kecil.

Senyum merayap di bibir Ana. "Meskipun ia menyukaiku, sepertinya ia harus mengingat istrinya dirumah," balas Ana dengan tawa.

"Hei Nona, dia masih belum memiliki istri. Pria itu hanya fokus pada pekerjaannya dan tidak pernah tertarik pada sebuah hububgan sebelumnya. Tetapi dari cara ia melihat anda, sepertinya ia menyukai anda," jelas Kaira panjang lebar yang diselingi tawa.

Mereka pun tertawa bersama. Meskipun para pengawal termasuk Kaira sendiri mendukung hubungan mereka, sepertinya perasaannya yang tumbuh pada Alymer tidak akan pernah pudar. Meskipun hanya bisa memendam rasa itu selamanya.

To be continue  . . . . .

HOLA! Menjadi Duchess rencana akan ganti judul. Tapi Author masih galau mau ganti judul apa nggak wkwkw. Coba tolong komen dong hihi

Terima kasih 🙏🏻

MENJADI DUCHESS (ANASTASIA) | 7Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang