Seluruh anggota keluarga, termasuk keluarga Benard tengah memasuki ruang makan. Kali ini juga termasuk yang terakhir datang ke meja makan.
Ia beberapa kali telah memilih tempat duduknya. Tetapi tak ada seorang pun yang menyadari keberadaannya. Itu terus terjadi hingga akhirnya hanya tersedia satu kursi kosong disamping Vincent.
Anastasia melihat sekelilingnya, seperti memastikan kembali bahwa kursi tersebut bukanlah satu-satunya kursi yang kosong. Sepertinya, hanya kursi itu saja yang tersisa untuknya.
Ia mulai berjalan mendekat pada kursi itu. Salah satu pelayan membantunya untuk menarik kursi dan mempersilahkannya untuk duduk.
Tulang belikat dan lehernya mulai terasa tegang. Anastasia memusatkan pandangannya ke arah depan, dimana Mathew dan Afred sedang asik berbincang. Matanya menyapu ke arah lain dan mendapati Irina yang sedang tersenyum padanya.
Sebagian besar sepupunya berada pada barisan lain. Sedangkan di samping hanya ada bibi dan Vincent. Ia bergeming sejenak dan memutar pikiran agar dapat menikmati makan siang dengan baik.
"Oh! Secara kebetulan, aku berada di samping Nona Anastasia," ucapnya.
Ia memutar lehernya sedikit dan melirik Vincent yang masih sibuk mengatur serbet makannya. Anastasia hanya tersenyum sinis dan menarik kembali wajahnya ke arah depan.
"Aku pikir, aku sedang duduk disamping Tuan Benard," balas Anastasia dengan santai.
"Benarkah? Apakah aku terlihat begitu tua?" tanya Vincent yang sudah terlihat kesal.
"Saya tidak mengatakannya, tuan muda Vincent," ucapnya dengan penekanan.
Vincent hanya menggigit bibir bagian dalamnya untuk menyimpan semua amarahnya. Ia sudah beberapa kali kalah dari Anastasia, sepertinya itu akan benar-benar menganggunya.
Para pelayan mulai meletakkan beberapa menu makanan yang berbeda-beda di atas meja. Mereka pun memulai jamuan makan siang, dengan meletakkan beberapa makanan ke dalam piring mereka dan menyendokkannya ke dalam mulut.
Perbincangan mulai terjadi. Suara gigitan sendok saling bersahutan, yang terdengar samar-samar di telinga.
Anastasia yang berjarak cukup jauh dari sepupu-sepupunya, hanya memusatkan perhatiannya pada peralatan makannya dan menu makanan di depannya.
Ia masih sedikit canggung untuk menyeimbangi pembicaraan dengan bibinya yang berada di sampingnya. Sepertinya diam adalah pilihan yang tepat baginya.
Vincent yang sedari tadi ikut bergabung dengan perbincangan dengan yang lainnya, kini memalingkan wajahnya sedikit ke arah Anastasia. Dahi, sudut mata, garis hidung, bibir dan dagunya, Vincent memperhatikan setiap inci wajahnya.
"Saya sama sekali tidak tertarik pada anda, jadi jangan menggoda saya dengan sudut ekor mata anda," ucap Anastasia dengan suara yang pelan, sehingga hanya mereka berdua yang dapat mendengar.
Seolah-olah tahu bahwa Vincent memperhatikannya, Anastasia meletakkan pisau dan garpunya, lalu memutar wajahnya ke arah Vincent yang tengah menyendokkan makanan ke mulutnya.
"Sepertinya anda sangat mudah memahami situasi. Bagaimana jika anda datang ke dalam selimutku malam ini?"
Ucapan liar dengan wajah menyeringainya, membuat Anastasia mengepalkan tangannya yang baru saja memegang alat makannya kembali. Ia menghela nafas singkat sebelum mengeluarkan kalimatnya lagi.
"Anda benar-benar pria yang menarik. Sampai-sampai, anda menjatuhkan saus di pakaian anda karena terlalu terpesona dengan saya," ucap Anastasia sembari mengangkat gelas minumnya dan menegaknya sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENJADI DUCHESS (ANASTASIA) | 7
Historical FictionPangeran Alymer Crowel, seorang putra tunggal Duke of Valarosa. Calon penerus berikutnya. Ia tampan, berkharisma dan tegas. Wanita bangsawan mana yang bisa menyembunyikan kekaguman jika melihatnya. Anastasia Marines. Gadis biasa, lugu, ramah dan ca...