Anastasia masuk ke dalam ruangan, meskipun pikirannya masih belum teralihkan dari kata-kata Hawys tadi. Tatapan matanya terlihat kosong dan berjalan tanpa ekspresi ke arah Irina.
Terlihat Mathew dan Vincent sedang berbincang, Afred yang duduk menyendiri di ujung ruangan dengan buku ditangannya, Irina yang berbincang dengan Zegh serta Clax dan Rich yang sedang membicarakan tentang sebuah buku.
Dua pelayan meletakkan beberapa gelas dan dua pitcher yang berisi minuman non alkohol dari sari-sari buah di atas meja. Pelayan lainnya membawa beberapa cemilan dan permen manis ke atas meja.
Anastasia masih duduk termenung dengan satu tangan yang masih menggenggam bros pemberian Hawys. Irina melirik Anastasia dan menyadari bahwa pikiran Anastasia sedang teralihkan.
"Anastasia?" sapanya.
Tak ada tanggapan dari Anastasia, sehingga Irina kembali menegurnya.
"Anastasia?"
"Ya? Irina?" Anastasia sudah tersadar dari lamunannya.
"Apakah ada masalah?" tanya Irina padanya sembari memegang lengan Anastasia.
Suara Irina yang cukup kencang, membuat yang lain mengalihkan pandangan padanya.
"Tidak. Tidak ada masalah. Aku hanya sedang melamun saja. Mungkin aku masih sedikit mengantuk karena semalam kesulitan tidur," bualnya.
Clax tertawa dan menghampiri mereka, lalu duduk di samping Zegh. Rich memutar tubuhnya ke arah tempat duduk Anastasia.
"Aku sangat terkejut karena Anastasia masuk ke perpustakaan larut malam tadi, aku pikir itu adalah ibuku. Bukankah begitu Afred?" tanyanya yang tak dibalas oleh satu patah kata pun dari Afred yang hanya sibuk dengan bukunya.
Clax memasang wajah kesalnya sembari menyandarkan punggungnya ke sofa. Anastasia hanya tersenyum sembari menyelipkan bros itu ke lengan bajunya yang panjang.
Pikirannya mulai terganggu oleh bayangan dari ekor matanya yang menangkap sosok pria disebelah Mathew. Seperti sedang merencanakan sesuatu, senyum licik mulai merayap di bibir pria itu.
"Maaf jika aku berkata dengan lancang. Tetapi, sepertinya aku pernah melihat anda di suatu tempat," ucapnya seolah-olah tak memiliki kebenaran tentang itu.
Leher Anastasia menegang. Matanya langsung tertuju pada pembicara itu. Rasa kesal mulai menguasainya, tetapi ia harus menyembunyikannya di dalam dirinya. Anastasia menyunggingkan senyuman yang terpaksa ia tunjukkan untuk menyembunyikan rasa kesalnya.
"Benarkah? Sepertinya ini pertama kalinya saya bertemu dengan anda," jawab Anastasia.
Emosi yang tersulut di kepala Vincent, hanya bisa ia tunjukkan dengan seringaiannya. Yang ia tahu, wanita itu adalah wanita yang lemah dan tak memiliki kuasa atas apapun. Terlebih, wanita itu adalah milik saingannya, Alymer.
"Dulu saat di varde, aku melihat seorang rakyat jelatah yang mirip sekali dengan anda saat aku pergi ke alun-alun."
Ucapan sarkas Vincent membuat semua orang tercengang namun tak ada satupun yang berani mencairkan suasana. Afred melirik sekilas dari ujung buku yang ia baca. Sepertinya cukup untuk melihat situasi yang sedang terjadi. tetapi sikap angkuh Vincent sedikit mengganggunya.
"Benarkah? Saya juga sebelumnya tinggal di Varde, tetapi saya tidak pernah melihat anda, Tuan Muda Vincent," ucapnya dengan sedikit penekanan.
Irina menyenggol lengan Anastasia dengan sikunya. Suasana di ruangan itu seketika menjadi dingin, bagaikan bongkahan es yang masuk ke dalam ruang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENJADI DUCHESS (ANASTASIA) | 7
Historical FictionPangeran Alymer Crowel, seorang putra tunggal Duke of Valarosa. Calon penerus berikutnya. Ia tampan, berkharisma dan tegas. Wanita bangsawan mana yang bisa menyembunyikan kekaguman jika melihatnya. Anastasia Marines. Gadis biasa, lugu, ramah dan ca...