Waktu terus bergulir hingga matahari menyambut esok hari lagi. Beberapa orang terlihat berbondong-bondong keluar dari desa untuk tujuan yang berbeda-beda. Aroma angin dingin menyeruak ke rongga hidung mereka hingga membuatnya sedikit membeku.
Para pengawal sudah siap dengan barisan mereka yang terdiri atas dua kelompok. Para prajurit yang menjadi pasukan Hawys dan prajurit yang menjadi pasukan Alymer dan Elisa. Seketika membuat rumah-rumah di desa sebagian besar kosong. Beberapa diantara warga memilih untuk menetap dan mengembangkan desa sesuai rencana Alymer.
Anastasia terlihat masih berdiri di depan makam orangtuanya. Terasa berat baginya yang akan pergi jauh dari orangtuanya. Tetapi, ia tetap harus pergi.
"Ibu, ayah. Aku akan pergi meninggalkan kalian berdua. Aku akan mengunjungi kalian lagi nanti," ucapnya kemudian berlalu pergi.
Ketika sampai di antara barisan para prajurit, Elisa melompat ke arahnya. Anastasia sedikit terdorong ke belakang ketika Elisa melayangkan pelukan padanya. Anastasia menepuk pundaknya dan mengusapnya berulangkali. Selang beberapa lama, mereka melepaskan pelukan dan menatap satu sama lain.
"Aku akan sangat merindukanmu. Jangan lupa untuk saling bertukar surat," ucap Elisa kemudian melepaskan pelukannya.
Ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan sesuatu. Tampak sebuah hiasan rambut dengan permata safir yang berkilau. Anastasia terlihat bingung dan ragu untuk mengambilnya, seperti ingin melontarkan sebuah pertanyaan.
"Ini hiasan milik keluarga kami, dia yang memberikannya padamu," ucap Elisa setengah berbisik.
Anastasia melirik sekilas Alymer yang terlihat seperti sedang mengobrol dengan kudanya. Ia kemudian menyambutnya dari tangan Elisa dan menggenggamnya.
Elisa dan Anastasia kemudian berpisah dan kembali pada barisan masing-masing pasukan. Kaira membantu Anastasia untuk masuk ke dalam kereta. Dan Elisa terlihat menaiki kuda putihnya.
Selang beberapa waktu, para pasukan mulai bergerak keluar desa, dengan suara hentakan kaki kuda yang mengiringi perjalanan mereka. Anastasia membuka jendela dan melambaikan tangannya pada Elisa ketika perjalanan mereka sudah bertolak arah. Hingga akhirnya mereka pun benar-benar tak dapat melihat satu sama lain lagi.
"Nona. Apakah anda baik-baik saja?" tanya Kaira dengan alis yang saling bertautan.
Anastasia tersenyum dan tertawa kecil. "Aku baik-baik saja, mengapa kau menanyakannya?"
"Tidak apa-apa. Aku hanya melihat matamu yang terlihat sendu ketika menatap kepergian mereka," ucap Kaira.
Anastasia hanya tersenyum dan kembali menatap keluar jendela yang masih terbuka. Membiarkan udara pagi yang masih bertabur sisa embun semalam, untuk masuk ke dalam kereta.
Kalimat Kaira seharusnga tak menganggunya, tetapi ia baru sadar bahwa ia memang sedang tidak baik-baik saja. Dua atau tiga tahun, bukanlah waktu yang singkat. Pertemuannya yang baru saja terjadi, membuatnya harus berpisah dalam waktu yang lebih lama lagi.
Hiasan rambut yang ia terima dari Elisa dihiasi Batu Permata Safir yang dibuat khusus untuk anggota keluarga Kekaisaran. Sejatinya, hiasan rambut itu adalah milik Ibu Alymer sendiri. Ia meminta kepada Alymer untuk menyimpannya atau memberikannya pada wanita pilihannya. Yang artinya, Anastasia adalah wanita pilihannya.
Anastasia menggenggamnya dengan erat. Senyum tipis terlukis di wajahnya. Seiring nyanyian angin yang mengiringi perjalanannya dan gemerisik dedaunan kering yang tertiup angin, rasa kantuk pun tak terelakan. Tak lama kemudian, ia pun mulai masuk ke dunia mimpinya.
* * *
Satu hari telah berlalu, kini Anastasia bersama pasukan Hawys tiba di depan gerbang kota Ladorah. Seorang prajurit yang memantau di atas gerbang memberi perintah pada dua penjaga dibawah untuk membuka gerbang.
Para pengawal segera memberi hormat dan tampak para warga berbaris dipinggir jalan untuk memberikan hormat. Anastasia yang masih merasa ngantuk, memaksakan dirinya untuk duduk dengan sempurna. Kaira segera mengatur posisinya agar Anastasia bisa lebih stabil dalam duduknya.
Ia mengintai dari balik celah kereta dan merasa terpukai melihat deretan warga yang memberi mereka penghormatan. Matanya seolah memancarkan cahaya kebahagiaan. Senyum mulai merayap ke bibirnya.
"Orang-orang terlihat antusias," ucapnya pada Kaira yang ikut mengintip dari celah pintu kereta.
"Anda benar Nona. Terlebih, Sir Hawys pernah menjadi salah satu tentara Kota Ladorah. Semua orang sangat menyayanginya," ucap Kaira.
Anastasia menganggukan kepalanya dengan diselimuti perasaan kagum pada Hawys. Hawys tak hanya sekedar Ksatria biasa, tetapi ia sudah beberapa kali menaklukkan peperangan besar yang tergabung dalam pasukan tentara pusat.
Selang beberapa waktu, mereka kini tiba di depan kastil yang dipisahkan oleh parit besar di depannya. Penjaga pintu gerbang kastil segera menurunkan jembatan yang membentang di atas parit besar itu.
Hawys dan prajurit lainnya turun dari kuda mereka masing-masing. Salah satu pengawal membuka pintu kereta yang ditumpangi Anastasia. Kaira meraih sisi pintu dan keluar lebih dulu, kemudian mengulurkan lengannya untuk membantu Anastasia turun.
Setelah berhasil turun, ia sedikit memperbaiki tampilannya dan menepuk roknya untuk menghilangkan debu yang mungkin saja tertinggal.
Tampak beberapa pria dengan seragam militernya dan beberapa wanita dengan dress cantik berjalan menuju jembatan yang baru saja dilepaskan. Anastasia menuju barisan Hawys yang berada di bagian depan dan diikuti oleh Kaira di belakangnya.
Mereka adalah keluarga Anastasia yang mengelolah tanah Ladorah. Anastasia dan Hawys serta prajurit lainnya dengan sigap memberi hormat ketika mereka telah melewati jembatan dan berada lebih dekat di hadapan Anastasia dan Hawys.
Salah satu wanita yang berumur paling tua diantara mereka maju lebih dekat lagi ke arah Anastasia. Ia kemudian memeluk Anastasia dengan erat dan mengusap punggung Anastasia.
"Kau pasti mengalami masa yang begitu berat. Kami minta maaf," ucapnya dengan nada lirih.
Anastasia hanya bisa tersenyum. Wanita itu kemudian melepaskan pelukannya dan menarik Anastasia untuk lebih dekat dengan anggota keluarga lainnya.
Satu persatu, Anastasia memberikan hormat pada mereka. Dimulai dari sang kakek, hingga cucu terakhir mereka.
Setelah memberikan penghormatan, Anastasia melangkahkan kakinya ke belakang.
"Selamat datang di Ladorah, Putri Lucy," ucap anak pertama Grand Duke.
Anastasia sekali lagi memberikan hormat sebagai ucapan terima kasih.
"Lebih baik kita melanjutkannya di dalam kastil. Udara di luar sangat dingin," ucap salah satu wanita.
Mereka pun bergerak menuju jembatan untuk memasuki kastil. Hawys dan Kaira mengikuti langkah Anastasia ke dalam kastil.
Ketika memasuki kastil, Anastasia disambut oleh karpet merah dengan ukiran emas di tepinya, lampu yang bergantung di langit-langit dengan kemilau kristal yang menghiasinya, serta beberapa patung para pemimpin sebelumnya. Nampak lukisan-lukisan menghiasi beberapa sisi dindingnya. Anastasia menatap sekelilingnya dengan perasaan kagum.
Selang beberapa lama, mereka pun tiba di ruang keluarga. Beberapa pengawal pribadi juga tampak berada di dalam ruangan itu. Mereka duduk dengan tenang sebelum memulai perbincangan.
Tetapi satu hal yang sedikit mengganggu pikiran Anastasia. Sejak pertama kali ia tiba di Ladorah, salah satu pria dia hadapannya sedari tadi memasang wajah dingin.
'Apakah aku benar-benar tidak mengganggu?'
Anastasia segera menepis pikirannya yang berlebihan, dan memusatkan pada hal lain. Termasuk pada perkenalan saat ini.
To be continue . . .
Hola! Up ekstra dua bab hari ini. Tapi mungkin entar malam yah author up nya 👉🏻👈🏻 🤭
Terima kasih telah membaca 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
MENJADI DUCHESS (ANASTASIA) | 7
Historical FictionPangeran Alymer Crowel, seorang putra tunggal Duke of Valarosa. Calon penerus berikutnya. Ia tampan, berkharisma dan tegas. Wanita bangsawan mana yang bisa menyembunyikan kekaguman jika melihatnya. Anastasia Marines. Gadis biasa, lugu, ramah dan ca...