Cahaya matahari yang masuk dari sela-sela pintu kereta yang menyilaukan matanya, membuatnya terbangun dari tidurnya. Getaran yang berasal dari luar kereta membuatnya sedikit terguncang.
Ana segera bangkit dari tidurnya dan duduk bersandar dengan kakinya yang turun kebawah kursinya. Ia menggosok matanya beberapa kali dan mengumpulkan kekuatannya. Rasa sakit menyelimuti sekujur tubuhnya. Bahkan tulang punggungnya terasa seperti dipukul beberapa kali dan begitu juga tengkuknya yang seperti habis diikat.
Ia tak melihat Kaira di hadapannya, lalu ia mengintip dibalik celah pintu kayu kereta. Suasana hutan-hutan yang menyelimuti perjalanan sebelumnya kini berganti dengan beberapa bangunan sederhana dan terlihat beberapa orang lalu lalang menjajakan dagangannya.
Terdengar suara Kaira di sisi pintu lainnya.
"Nona, kita akan berhenti sebentar untuk menjual beberapa barang. Karena keadaan sangat ramai, kami mohon agar Anda tetap berada di kereta. Setelah sampai di tempat yang aman, kita akan turun dan istirahat," jelas Kaira dengan suara yang sedikit berbisik.
"Baiklah," balas Ana dengan sedikit berbisik.
Kereta tiba-tiba saja terhenti, membuat tubuh Ana sedikit terangkat. Ana menoleh ke arah sela pintu lagi. Terlihat beberapa pengawal mengangkat beberapa barang untuk dijual, yang diletakkan di kuda lainnya.
Salah satu pengawal terlihat mendekati pintu. Ia pun menggeserkan tubuhnya menjauh dari pintu kereta. Setelah pintu terbuka, beberapa pengawal mengambil beberapa barang lagi yang ada bersamanya di dalam kereta.
Ana pun segera membantu untuk mengulurkan barang-barang yang ada, dan para pengawal juga terlihat bersemangat. Setelah selesai mengeluarkan semua barang yang akan dijual, perut Ana secara spontan mengeluarkan suara.
Pengawal yang baru saja akan menutup pintu kereta sedikit tertawa. Warna merah jambu kini menghiasi pipi Ana, ia bisa saja keluar untuk melarikan diri karena tak bisa menahan malu.
"Sebentar lagi kita akan sampai di tempat peristirahatan Nona. Disana ada sup enak yang terkenal, anda bisa mencobanya nanti."
Pengawal itu tersenyum ramah dan menutup pintu kereta kembali. Sepertinya pipi Ana semakin memerah setelah mendengarkan penjelasan pengawal tadi. Ana hanya bisa menutup wajahnya karena malu.
Setelah selesai mengantarkan semua barang dagangan, para pengawal segera meninggalkan pasar dan menuju ke sebuah rumah sewa yang letaknya cukup jauh dari keramaian. Kaira segera membuka pintu kereta.
"Sekarang sudah aman Nona. Anda bisa turun sekarang," ucap Kaira.
Kaira mengulurkan tangannya untuk membantu Ana keluar dari kereta. Ana dengan senang hati menyambutnya, kemudian ia turun dari kereta dengan sempurna.
Mata Ana menatap Kaira dan pengawal lainnya, dari atas hingga ujung kaki mereka. Kaira yang melihatnya pun sedikit kebingungan. Dan menanyakannya pada Ana.
"Nona? Apa ada yang salah?"
"Um, tidak. Maksudku, sejak kapan kalian mengganti pakaian?" tanya Ana dengan polos.
Kaira sedikit tersenyum, kemudian menjelaskannya pada Ana.
"Kami tidak mungkin menggunakan pakaian hitam seperti tadi malam. Itu bisa mengundang perhatian semua orang Nona. Saat dini hari tadi, kami segera mengganti pakaian sebelum masuk wilayah ini," jelasnya.
Ana mengangguk mengerti, kemudian Kaira menuntunnya masuk ke dalam rumah sederhana yang berada di depannya saat ini. Satu pengawal membantu membawa barang-barang Ana ke dalam kamarnya.
"Mengapa beberapa pengawal terlihat berkurang?" tanya Ana sembari duduk di atas kasur yang cukup empuk.
"Beberapa pengawal berpencar agar tak ada yang curiga. Jika kita berkumpul seperti tadi malam, bisa saja beberapa penjaga menginterogasi kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
MENJADI DUCHESS (ANASTASIA) | 7
Historical FictionPangeran Alymer Crowel, seorang putra tunggal Duke of Valarosa. Calon penerus berikutnya. Ia tampan, berkharisma dan tegas. Wanita bangsawan mana yang bisa menyembunyikan kekaguman jika melihatnya. Anastasia Marines. Gadis biasa, lugu, ramah dan ca...