Pria itu menyeringai sembari menaiki beberapa anak tangga. Ana mundur perlahan, seolah ia takut dengan pria itu.
"Wow, rakyat jelatah yang kemarin?" Tanyanya memastikan
Pentingnya menuruti perintah Elisa ternyata akan membuatnya terhindar dari pria pembawa masalah di depannya.
"Prince Vincent Benard," ucap Ana sembari menurunkan pundaknya memberi hormat.
Vincent membalas hormat Ana.
"Kemarin anda sudah menghina saya dan sekarang kita bertemu lagi. Apakah anda sedang meminta hukuman kepada saya?"
Ana sedikit bergidik, binar mata zamrudnya menatap mata biru Ana. Ana menggigit bibirnya dan memainkan jari-jarinya. Ana mencoba memutar pikirannya mencari cara agar terbebas dari intimidasinya. Akan tetapi, badannya yang kaku membuatnya sulit untuk berpikiran jernih.
Tak lama kemudian seorang wanita dengan pakaian berwarna biru langit lengkap dengan ukiran-ukiran cantik di atasnya dan beberapa perhiasan mewah yang menunjang penampilannya, menghampiri mereka berdua.
"Wah! Ada pemandangan apa ini?" ucapnya.
Ana menoleh ke arahnya, yang membuatnya semakin kaku.
"Princess Mary," Ana memberikan hormat.
Sedangkan Mary hanya melipat kedua tangannya di depan dada sambil memasang wajah sombongnya.
"Tidak ada yang begitu spesial. Tetapi mengapa ada rakyat jelatah berkeliaran secara bebas disini," ucap Vincent dengan nada yang sedikit menghina.
Terasa seperti debu yang masuk ke matanya, tanpa ia sadari matanya sedikit berkaca-kaca. Dengan hati yang begitu pilu mendengarkan kalimat yang menghinanya, Ana mencoba membuka mulut untuk mengucapkan sesuatu.
"Maafkan saya telah merusak pemandangan disini, saya akan segera pergi," ucap Ana menunduk memberikan hormat dan berlalu pergi.
Namun langkahnya segera dihentikan oleh Vincent. Ana mencoba mencari jalan lain, tetapi Vincent selalu berhasil mengikuti langkahnya. Ke kanan dan ke kiri secara berulang, Vincent sepertinya kehilangan hiburan sehingga membuang-buang waktunya untuk mengganggu Ana.
"Maafkan saya Yang Mulia, tetapi bisakah anda tidak menghalangi jalan saya?" tanyanya dengan nada sedikit cemas.
Vincent sedikit menyeringai, kemudian bergeser untuk memberikan Ana jalan. Setelah mendapatkan jalan, Ana segera melanjutkan langkahnya. Namun, bukan Vincent jika tak membuat masalah. Ia dengan sengaja memasang kakinya ketika Ana berjalan melewatinya
Alhasil Ana harus jatuh tersungkur di beberapa anak tangga yang membuat kapalanya sedikit membentur pagar tangga. Ana meringis kesakitan, dan merasakan sesuatu mengalir di kakinya. Namun ia tak ingin berlama-lama lagi di situasi menyedihkan ini.
Ana segera bangkit tanpa memikirkan rasa sakitnya. Beberapa pelayan yang melihatnya merasa iba padanya dan Vincent dengan buru-buru menyuruh pelayan yang lewat untuk tidak membantunya.
Ana menangis sembari berjalan sedikit menyeret kakinya. Airmata mengalir dari pelupuk matanya, tangannya yang terluka memegang kedua sisi pakaiannya untuk mencegah luka di kakinya tersentuh langsung dengan pakaiannya.
Ana menanyakan kepada pelayan dimana pintu keluar lainnya. Pelayan itu pun dengan senang hati menunjukkan jalan kepada Ana yang terlihat sulit untuk berjalan.
Dengan perjalanan pulang yang cukup panjang, Ana sesekali duduk di dekat pepohonan untuk mengisi tenaganya. Setelah cukup lama beristirahat, Ana kembali berjalan pulang. Tanpa ia sadari, darah terlihat menetes di pakaiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENJADI DUCHESS (ANASTASIA) | 7
Historical FictionPangeran Alymer Crowel, seorang putra tunggal Duke of Valarosa. Calon penerus berikutnya. Ia tampan, berkharisma dan tegas. Wanita bangsawan mana yang bisa menyembunyikan kekaguman jika melihatnya. Anastasia Marines. Gadis biasa, lugu, ramah dan ca...