"A-apa maksud anda?" Anastasia bertanya dengan ragu.
"Ana." Elisa menghela nafasnya sejenak, kemudian melanjutkan kalimatnya.
"Jangan pikir aku bodoh. Aku melihat tatapan Alymer yang berbeda sejak kedatangan kami waktu itu di tengah hutan."
Anastasia bernafas lega. Ia hanya khawatir apa yang terjadi pada gelapnya malam di dalam hutan yang rimbun waktu itu diketahui oleh Elisa. Setidaknya Hawys adalah satu-satunya yang pernah melihat, tetapi mungkin hanya sekedar tahu mereka masuk ke dalam hutan.
"Um itu-" Anastasia menelan salivanya.
"Tidak perlu menjawabnya lagi. Yang terpenting aku lega bahwa pilihan Alymer adalah dirimu. Aku juga tidak ingin si penyihir itu menjadi Duchess of Valarosa selanjutnya," imbuhnya.
Anastasia tertawa kecil, mendengar Elisa yang mengumpat. Dan yang terpenting, Elisa tidak mempermasalahkan hubungannya dengan Alymer. Ia dan Elisa segera menyelesaikan makanan masing-masing, yang ditutup dengan minuman tak berakohol dari buah-buah yang di ekstrak.
Langit masih terlihat terang, Elisa mengajak Anastasia berjalan-jalan untuk sedikit menghiburnya. Anastasia menyetujuinya dan mereka pun keluar rumah. Di tengah perjalanan, Dax dan Lif melihat Anastasia dan Elisa, lalu menyapa mereka yang membuat Anastasia dan Elisa menghentikan langkahnya.
Dax dan Lif buru-buru menghampiri Elisa dan Anastasia yang berjarak cukup jauh dari jangkauan mereka.
"Nona Anastasia, kami turut berduka. Kami baru saja pulang dari mengejar penyusup yang menyerang Nyonya dan Tuan Marines, sehingga baru dapat bertemu anda sekarang," ucap Dax dengan wajah murungnya.
Anastasia tersenyum dan berterima kasih pada mereka.
"Terima kasih Dax dan Lif. Jangan lupa istirahat, karena kalian berdua pasti sangat lelah." Anastasia menepuk pelan bahu Lif.
Mereka mengangguk mengerti, kemudian Anastasia dan Elisa melanjutkan langkahnya. Desa kecil ini ternyata tak begitu kecil pikirnya, bahkan masih banyak jalan yang belum mereka susuri. Langkah mereka kemudian terhenti di sebuah sungai yang penuh dengan bebatuan yang besar.
Anastasia menarik tangan Elisa untuk duduk di salah satu bebatuan besar yang setengahnya terendam air. Mereka duduk dibagian puncaknya, dan menyelupkan setengah kaki mereka ke dalam air yang dingin. Kulit mereka sedikit bergidik ketika bersentuhan langsung dengan dinginnya air.
Anastasia sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan untuk menggayung air dengan telapak tangannya. Elisa melihat Anastasia dan mulai mengikutinya.
"Ana," ucap Elisa.
"Iya?" tanyanya dengan air yang masih di telapak tangannya yang membentuk mangkuk.
"Aku harap kau harus selalu tersenyum bagaimanapun beratnya hidup yang kau jalani."
Anastasia tersenyum, lalu mengembalikan tangkupan air di tangannya.
"Pasti. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri," jawab Anastasia.
Elisa menyunggingkan senyum manis, lalu memeluk erat Anastasia. Ia menepuk bahunya perlahan, lalu melepaskan pelukannya. Anastasia melanjutkan kegiatannya membuat gemercik air di dekatnya.
Selang beberapa waktu, mereka pun melanjutkan perjalanan. Kini langit mulai diselimuti warna kelabu, menunjukkan bahwa malam segera menyambut mereka. Di perjalanan pulang, mata Anastasia bertemu dengan sosok Hawys yang terlihat berbicara serius dengan salah satu prajurit.
Naluri Hawys berkata bahwa seseorang sedang memperhatikannya. Hawys memalingkan wajahnya dari lawan bicaranya, kemudian matanya menangkap sosok Anastasia yang juga tengah melemparkan pandangan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENJADI DUCHESS (ANASTASIA) | 7
Historical FictionPangeran Alymer Crowel, seorang putra tunggal Duke of Valarosa. Calon penerus berikutnya. Ia tampan, berkharisma dan tegas. Wanita bangsawan mana yang bisa menyembunyikan kekaguman jika melihatnya. Anastasia Marines. Gadis biasa, lugu, ramah dan ca...