Bab 23 : Diluar Dugaan

195 16 0
                                    

Keesokan paginya, mereka melanjutkan perjalanan yang tersisa 3 hari itu. Hawys masih memimpin perjalanan. Meskipun jalan yang dilalui tidak begitu buruk seperti sebelumnya, tetapi tetap saja membuat tubuh Ana terasa sakit karena beberapa akar pohon yang sedikit menonjol dijalanan. 

Hari berganti malam, hingga hari esok menyambut. Kini perjalanan tinggal 2 hari lagi. Namun desa yang mereka tuju masih belum terlihat dari tempat mereka pijak. 

"Mengapa aku tak melihat tanda-tanda adanya desa di sekitar sini?" 

 "Sepertinya kanopi hutan telah menutupi desa itu Nona. Mungkin jika kita telah sampai di sisi seberang akan lebih mudah melihatnya," Kaira menjelaskan.

"Tuan Sawef, awas di depan Anda!"

Suara teriakan dari salah satu pengawal mengejutkan Ana yang baru saja ingin bersandar. Wajah Ana mengerut, seperti membutuhkan penjelasan pada Kaira.

Tiba-tiba kereta berhenti dan membuat kepalanya terbentur di sisi kiri kereta.

"NONA! Apakah Nona baik-baik saja?" Teriak Kaira dengan panik dan membantu Ana memperbaiki posisi.

"Aghh! Tidak a. . . Aku baik-baik saja," jawab Ana sedikit meringis dan memegang kepalanya yang terbentur.

Kaira segera membuka jendela untuk melihat apa yang sedang terjadi. Seketika Kaira menganga lebar begitu melihat pemandangan yang mencengangkan di depannya.

"Kaira! Tetap di dalam kereta dan jaga baik-baik Nona Anastasia," ujar Rouf yang tergesa-gesa.

Kaira dengan sigap menutup kembali jendela kereta. Tangannya sedikit bergetar dan nafasnya tak beraturan.

"Apa yang sedang terjadi Kaira?" Ana mulai terlihat panik.

"Kita diserang Nona," tanya Kaira dengan wajah yang lemas.

Ana menganga dan menggelengkan kepalanya seolah tak percaya dengan apa yang terjadi. Ia meremas pakaiannya, berusaha untuk tetap tenang dan mengatur nafasnya. Rasa takut dan cemas mulai menyelimutinya. 

Sedangkan diluar, semua pengawal berbaris dengan jarak yang renggang mengelilingi kereta yang ditumpangi Ana dan Kaira. Sedangkan dihadapan mereka, terdapat puluhan prajurit yang familiar dengan mereka.

Hawys menarik pedangnya dan mengarahkannya ke hadapan prajurit itu. Meskipun mereka kalah jumlah, mereka tetap tak gentar sedikitpun.

Salah satu dari mereka yang memakai pakaian berbeda, maju sedikit dari barisan dengan kudanya. Ia tertawa dengan sombong, seperti sedang menggertak pasukan Hawys.

"Ternyata dugaanku selama ini benar. Anda bersengkokol dengan para pemberontak untuk mencari Lucy Estionate dan keluarganya. Apa yang membuat anda begitu yakin untuk melengserkan Duke Kanov?" teriakannya begitu kencang hingga membuat Ana dapat mendengarnya dengan jelas. 

"Pemerintahan dari Duke Kanov hanya akan membuat Adorah hancur. Dan seharusnya anda berpikir dua kali sebelum berpihak padanya!" Hawys menjawabnya dengan lantang. 

"Benarkah? Apakah anda bisa menjamin bahwa Putri Lucy akan membuat Adorah menjadi lebih baik?"

Amarah yang meledak-ledak membuat Lif maju lebih dekat dengan Hawys.

"Hem! Apakah anda tahu bahwa Putri Lucy adalah lulusan terbaik di akademi. Tentu saja ia memiliki pengetahuan yang lebih besar daripada Duke Kanov yang kalian bangga-banggakan itu!" 

Ana sedikit tersenyum dalam hati, mendengar pujian yang begitu tulus kepada ibunya dihadapan orang-orang yang membenci ibunya. 

"Kau tau soal apa?! Dasar J*****!"

MENJADI DUCHESS (ANASTASIA) | 7Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang